BULUKUMBA, Suara Muhammadiyah - Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Ahmad Dahlan Rais menekankan bahwa dari sisi mana pun, tiga kata kunci gerakan Muhammadiyah adalah Islam, dakwah, dan tajdid.
"Ketiganya harus dijadikan pijakan, pegangan, dan sekaligus spirit Muhammadiyah lewat tiga hal juga, yaitu pemikiran, pengabdian, dan gerakan," ungkap dia.
Ke-Islaman Muhammadiyah adalah Islam yang berkemajuan sebagaimana diteguhkan dalam Muktamar ke 48 di Surakarta, November lalu.
Hal itu ia sampaikan dalam Pengukuhan dan Peneguhan Ideopolitor Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Bulukumba pada Ahad, 24 September 2023. Pimpinan Cabang Muhammadiyah dan 'Aisyiyah Bumi Panrita Lopi memadai Ruang Pola Kantor Bupati Bulukumba.
Tiga kata kunci itu, pertama, Islam sesungguhnya selalu membawa kemajuan. Kedua, pandangan dan keyakinan yang jika dipahami dan diamalkan dengan benar, akan menghadirkan masyarakat yang unggul dan berkeadaban tinggi.
Ketiga, Islam Berkemajuan meningkatkan manusia sebagai makhluk tertinggi yang sempurna di atas makhluk-makhluk lain, dengan mengemban amanah nilai-nilai kemuliaan universal.
"Pertanyaannya, koq tidak cocok dengan kenyataannya, ya? Koq gak cocok sama sekali? Islam itu selalu ada di barisan belakang. Sebuah masyarakat muslim adalah masyarakat yang tidak memproduksi apa pun. Mengerikan sekali. Melulu konsumen, hingga pernak-pernik haji pun, buatan bangsa lain," kata dia.
Karena itu, ia mengajak umat untuk mengubah paradigma dan terus berupaya meningkatkan spirit literasi. Ia mencontohkan, banyak umat Islam yang tidak mau belajar ke Barat karena anggapan bahwa belajar ke sana sama saja mempelajari ilmu orang kafir.
"Arruju ila Quran wassunah itu bukan kembali seperti jaman dulu, tapi untuk masa depan. Kita bisa belajar ke mana pun, ke tempat-tempat sumber ilmu itu, dengan memasang filter," kata dia.
Untuk merebut kembali kejayaan Islam, menurut dia, dengan Perwujudan akhlak mulia dan ilmu. "Dengan moral yang bagus dan ilmu, tanpa itu, jangan harap ada kemajuan umat Islam," tegas Dahlan.
Sementara itu, Untuk dakwah, Dahlan mengingatkan, konsekuensinya berat. Orang yang menyeru dan mengajak harus lebih baik dari yang diajak.
"Bagaimana mungkin membayangkan suatu bayangan yang lurus, jika tongkatnya bengkok? Tapi apakah harus jadi yang terbaik? tentu tidak," ujar dia.
Sambil menunggu untuk menjadi yang terbaik, dakwah bisa berjalan, asal selalu diupayakan untuk menjadi lebih baik. "Setidaknya, above the average, di atas rata-rata," kata dia.
Ia mengingatkan, orang-orang tertarik untuk bergabung dengan Muhammadiyah bukan karena membaca anggaran dasar dan rumah tangga Persyarikatan, tapi karena melihat perilaku baik dan kiprah nyata orang Muhammadiyah.
Ia menekankan, peningkatan kualitas dakwah Muhammadiyah dan 'Aisyiyah adalah keharusan. "Seperti yang sudah-sudah itu tidak alhamdulillah. Waktu berjalan, dunia berubah, kita koq seperti yang sudah-sudah? Seperti biasanya? Itu berarti tidak meningkat," gugat dia.
Muhammadiyah harus terus berupaya memperluas jangkauan dakwahnya dan melakukan diversifikasi. "Kalau itu-itu terus, repetitif, dilakukan dengan perasaan membosankan, tidak bisa disebut amal salih. Karena perlakuan yang berulang-ulang dan membosankan itu namanya amal jumud. Amal salih itu harus kreatif dan produktif," tandas dia.
Terakhir, ia meminta pelibatan angkatan muda Muhammadiyah. Ia berkeyakinan, gerakan dan amal usaha yang maju pasti karena di belakangnya ada anak muda. Dunia sekarang adalah milik anak muda.
"Berikan kepercayaan kepada mereka, tapi apa 100% anak muda, tidak juga, ya kolaborasi, ada senior ada junior. Karena IT itu tidak suka orang tua. Kalau pun orang tuanya suka, IT-nya nolak. Berikan kesempatan, berikan kelonggaran anak muda menggantikan kita," tandas dia. (Fikar/Riz)