Dakwah Kultural Muhammadiyah Perlu Dipandang Secara Seimbang

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
992
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr KH Haedar Nashir, MSi memberikan pidato iftitah Pengajian Ramadan di UMY

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr KH Haedar Nashir, MSi memberikan pidato iftitah Pengajian Ramadan di UMY

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Dalam Pengajian Ramadan Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Gedung Ar Fakhruddin B Kampus Terpadu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Kamis (14/3), Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr Haedar Nashir, MSi mengatakan dakwah kultural di Muhammadiyah berupaya untuk memperkaya wawasan kepada para anggota, kader, dan pimpinan. Bukan malah sebaliknya, membias dari manhaj pemikiran keagamaan dalam Muhammadiyah.

"Pemikiran yang terkandung dalam Dakwah Kultural Muhammadiyah sesungguhnya sudah sangat lengkap pemikiran, pendekatan, metode, dan hal-hal lainnya seputar pemikiran dakwah dalam Muhammadiyah,” katanya.

Dakwah Kultural menjadi keputusan di Tanwir Denpasar tahun 2002. Kelahiran pemikiran Dakwah Kultural ini sebagai langkah penajaman dakwah Muhammadiyah di akar rumput. Lewat strategi Dakwah Kultural, Muhammadiyah sesungguhnya tengah berupaya untuk menyebarluaskan dakwahnya lewat siasat yang tidak kaku, namun bersifat cair, luwes, dan menggembirakan dengan mengombinasikan antara kebudayaan.

Sebab, bagi Haedar, budaya itu telah hidup subur di Muhammadiyah. Sehingga, tidak dapat dinafikan jika dakwah kultural berdimensikan dengan budaya itu telah menjadi kekhasan tersendiri di Muhammadiyah di dalam menjalankan roda dakwahnya. Maka, sebab itu Haedar mendorong agar lebih memperdalam pemaknaan tradisi budaya secara proporsional, bukan secara parsial.

"Penting memahami tradisi, budaya, dan kebudayaan secara benar, objektif, dan proporsional,” ujarnya.

Guru Besar Ilmu Sosiologi UMY ini menegaskan melalui dakwah kultural, Muhammadiyah memang secara serius tengah berupaya memperluas spektrum dakwahnya di akar rumput. Tetapi, memang harus diakui tidak mudah untuk mengejawantahkannya ke dalam lapangan kehidupan sehari-hari. Maka, Ia mendorong agar perlu ada pendekatan secara komprehensif dengan mempertajam pada aspek bayani, burhani, dan irfani supaya  tidak mengalami pemahaman yang serampangan, kering, dan bias dalam melihat kebudayaan sebagai reaktualisasi dari implementasi dakwah kultural di akar rumput.

"Karenanya sangat penting untuk menggunakan pendekatan bayani, burhani, dan irfani secara utuh, mendalam, kaya, dan interkoneksi sehingga tidak melahirkan bias  pemahaman Islam. Karena Islam itu agama yang membawa kemajuan. Artinya, Islam melahirkan kebudayaan maju sesuai dengan nilai-nilai Islam," tandasnya. (Cris)


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Berita

MAKASSAR, Suara Muhammadiyah - Ribuan umat Islam memadati Pelataran Pusat Dakwah Muhammadiyah Sulawe....

Suara Muhammadiyah

20 June 2024

Berita

Regenerasi Estafet Kepemimpinan sebagai Kontinuitas Gerakan Perubahan CILACAP, Suara Muhammadiyah -....

Suara Muhammadiyah

21 May 2024

Berita

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Reguler Periode 86 Unit V A.2 be....

Suara Muhammadiyah

24 November 2023

Berita

BANDAACEH, Suara Muhammadiyah - Universitas Muhammadiyah Aceh (Unmuha) melaksanakan penyambutan pese....

Suara Muhammadiyah

17 February 2024

Berita

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Menyesuaikan pergantian estafet kepemimpinan di Pimpinan Daerah &ls....

Suara Muhammadiyah

15 August 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah