JAKARTA, Suara Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyelenggarakan Pengkajian Ramadan 1445 H dengan tema Dakwah Kultural : Perluasan Basis Komunitas dan Akar Rumput Muhammadiyah di Auditorium KH. Azhar Basyir, Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) pada 18-20 Maret 2024.
Pengkajian Ramadan 1445 dihadiri oleh PP Muhammadiyah, Pimpinan Wilayah Muhammadiyah, Pimpinan Daerah Muhammadiyah se-Indonesia serta Keluarga Persyarikatan Muhammadiyah diantaranya tingkat perguruan tinggi Muhammadiyah, sekolah Muhammadiyah, dan amal usaha Muhammadiyah diseluruh Indonesia.
Prof Ma’mum Murod selaku Rektor UMJ menuturkan rasa syukurnya karena UMJ menjadi tuan rumah pada kegiatan Pengkajian Ramadan 1445 H. Selain itu, ia berharap melalui kegiatan ini akan menghasilkan rumusan-rumusan pemikiran terkait dakwah yang kultural.
“Kami berterima kasih karena diberikan kesempatan untuk menjadi tuan rumah pada acara Pengkajian Ramadan 1445 H. Dan saya mengucapkan terima kasih juga untuk seluruh tamu undangan yang telah hadir. Semoga melalui kegiatan ini akan menghasilkan rumusan-rumusan pemikiran terkait dakwah yang kultural,” tutur Ma’mun.
Di lain pihak, Ketua Majelis Pembinaan Kader dan Sumber Daya Insani (MPKSDI) Bachtiar Dwi Kurniawan menyampaikan, dakwah kultural bukanlah lawan dari dakwah struktural. Ia menggaris bawahi bahwa, dakwah kultural bukan berarti gagasan yang diusung di Muhammadiyah berubah.
“Mudah-mudahan melalui pengkajian Ramadan kali ini, kita dapat melacak kembali akar historis bahkan akar sosiologis dari masyarakat. Hal ini supaya Muhammadiyah juga bisa membumi kembali, bisa lebih merangkul masyarakat dalam konteks untuk memajukan kehidupan dakwah Muhammadiyah yang lebih luas. Baik untuk Muhammadiyah sendiri, untuk umat, bangsa dan kemanusiaan,” ujar Bachtiar.
Sementara itu, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof Haedar Nashi mengatakan, tema Pengkajian Ramadan 1445 H diusung oleh PP Muhammadiyah, agar warga Muhammadiyah lebih memperdalam hal yang sangat penting dan strategis.
“Selama ini, dakwah kultural menjadi bagian dari mata rantai perjalanan Muhamamdiyah yakni, memperluas basis gerakan Muhammadiyah sekaligus keberadaan Muhammadiyah di akar rumput dan pengimplementasikan dakwah kultural untuk menjadi instrumen gerakan Muhammadiyah yang kokoh,” tutur Haedar.
Watak kultural itu dilihat dari sejarah perkembangan dakwah Muhammadiyah yang menyebar berawal dari Pulau Jawa di awal generasi Muhammadiyah, hingga ke Ternate Tidore. Haedar mengajak peserta pengkajian untuk kilas balik perjalanan dakwah Muhammadiyah yang umumnya berpusat di pusat ekonomi.
“Muhammadiyah sudah menyebar ke hampir banyak pelosok lewat pusat-pusat yang dikenal dengan pusat wirausaha Muhammadiyah,” tutur Haedar. Diakui Haedar bahwa kehadiran Muhammadiyah yang saat itu direspons oleh masyarakat sebagai agama baru ternyata tetap dapat diterima.
Dalam kesempatan ini, Haedar juga mengungkapkan kegiatan ini sekaligus tasyakuran atas pencapaian Universitas Muhammadiyah Jakarta meraih akreditasi unggul. Ia mengucapkan selamat dan terima kasih kepada civitas akademika UMJ.
“Di bawah Rektornya yang luar biasa, alhamdulilah banyak prestasi yang diraih hingga bisa meraih akreditasi unggul,” ungkap Haedar.
Pengkajian ini dilakukan di dua lokasi yaitu Daerah Istimewa Yogyakarta tepatnya di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), dan di Jakarta tepatnya di Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ).
Peserta Pengkajian Ramadan di Jakarta diikuti oleh Pimpinan Muhammadiyah, Aisyiyah, organisasi otonom, amal usaha Muhammadiyah, lembaga dan majelis mulai dari tingkat pusat hingga daerah, yang berasal dari wilayah pulau Jawa dan Sumatera.
Rangkain kegiatan Pengkajian Ramadan PP Muhammadiyah 1445 H akan berlangsung selama tiga hari mulai Senin hinga Rabu (18-20/03/2024), dengan menghadirkan narasumber yang akan membahas topik-topik seputar gagasan risalah dakwah kultural.