Dekan FAI UM Bandung Tekankan Ijtihad dalam Keberagaman Islam

Publish

28 May 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
156
Foto Istimewa

Foto Istimewa

BANDUNG, Suara Muhammadiyah – Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Bandung, Afif Muhammad menekankan pentingnya ijtihad sebagai respons terhadap dinamika pertemuan Islam dengan tradisi, budaya, dan bangsa baru di berbagai belahan dunia.

Hal tersebut disampaikannya saat menjadi pembicara dalam seminar internasional bertajuk "Kajian Perbandingan Implementasi Fiqih Muamalah Kontemporer Malaysia-Indonesia", pada Senin (26/5).

Dalam paparannya, Afif mengungkapkan bahwa ketika Islam tersebar ke berbagai wilayah dunia, perjumpaan dengan masyarakat dan kebudayaan lokal memunculkan berbagai tantangan. “Pasti terjadi percampuran budaya, bentrokan nilai, dan akulturasi, sehingga dibutuhkan ijtihad untuk merespons itu semua,” tegasnya.

Menurutnya kebutuhan akan ijtihad bukanlah hal baru, melainkan sudah berlangsung sejak era awal Islam. Contohnya saat masa kekhalifahan Abu Bakar Ash-Shiddiq, Islam telah menyentuh Persia, dan pada masa Umar bin Khattab, dakwah Islam sudah mencapai Mesir dan Palestina. Di tempat-tempat itu, Islam tidak hanya menyebarkan ajaran, tetapi berinteraksi dengan struktur sosial dan tradisi yang berbeda.

Afif juga mengangkat contoh konkret dari sejarah, yakni saat Umar bin Khattab dihadapkan pada realitas Mesir yang telah ditaklukkan. Secara tekstual, seharusnya wilayah tersebut dibagi kepada para penakluk sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran.

Namun, Umar mengambil keputusan berbeda demi kemaslahatan umat karena mempertimbangkan kondisi para sahabat yang sudah cukup makmur. Keputusan ini, kata Afif, adalah bentuk nyata ijtihad.

Fenomena ini menurutnya sangat relevan untuk kondisi kekinian. Islam yang berkembang di Eropa, Amerika, Australia, ataupun Asia Tenggara tentu memiliki karakteristik yang berbeda-beda.

“Islam di Indonesia tidak bisa disamakan begitu saja dengan Islam di Arab Saudi atau Malaysia,” ujarnya. Oleh karena itu, tidak relevan jika terus mempersoalkan mana yang paling otentik atau orisinal.

Lebih jauh, Afif mengingatkan bahwa upaya mempertentangkan bentuk-bentuk Islam yang beragam hanya akan menimbulkan stagnasi dan perpecahan di tengah umat. Solusi terbaik adalah membangun sinergi lintas negara muslim, memperkuat kolaborasi, dan saling bertukar pengalaman dalam menghadapi tantangan global saat ini.

Ia pun mengapresiasi penyelenggaraan seminar ini sebagai salah satu langkah konkret menuju kerja sama yang lebih luas antarnegara, khususnya di kawasan ASEAN. Dengan total populasi lebih dari 600 juta jiwa jika digabungkan, negara-negara di Asia Tenggara menurutnya memiliki potensi luar biasa untuk mengembangkan “warna baru” Islam yang kontekstual dan progresif.

“Seminar ini saya anggap sebagai awal dari langkah besar selanjutnya. Kita berharap dari forum seperti inilah akan lahir solusi, ijtihad baru, dan inovasi untuk menjawab problematika umat Islam masa kini,” pungkasnya. (FA/m)


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Berita

MALANG, Suara Muhammadiyah - Universitas Teknologi Muhammadiyah Jakarta (UTM Jakarta) kembali menunj....

Suara Muhammadiyah

11 June 2024

Berita

KUPANG, Suara Muhammadiyah – Di sela-sela pelaksanaan Tanwir dan Milad Muhammadiyah ke-112 di ....

Suara Muhammadiyah

5 December 2024

Berita

SEMARANG, Suara Muhammadiyah - Sesaat rangkaian pembukaan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Majel....

Suara Muhammadiyah

1 June 2024

Berita

BANYUMAS, Suara Muhammadiyah – Ribuan warga persyarikatan berduyun-duyun datang ke pengajian a....

Suara Muhammadiyah

30 April 2024

Berita

PURBALINGGA, Suara Muhammadiyah - MTs Muhammadiyah 06 Purbalingga di Karangreja Kecamatan Kutasari a....

Suara Muhammadiyah

6 June 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah