PEKAJANGAN, Suara Muhammadiyah - Direktur Utama PT Syarikat Cahaya Media / Suara Muhammadiyah Deni Asy’ari, MA., Dt Marajo menyebut ekonomi dalam sebuah kehidupan dipandang amat penting. Bahkan, dalam konteks ini, Islam menekankan umatnya menjadi kuat secara ekonomi.
Hal itu disampaikan saat mengisi Baitul Arqam Pimpinan Cabang Muhammadiyah dan Aisyiyah Pekajangan, Pekalongan, Jawa Tengah di Hotel Amanda Hills Bandungan, Sabtu (2/3). Bagi Deni, di dalam Qs al-Qasas [28]: 77 dan Qs an-Nisa' [4]: 9 menjadi dua hal yang dijadikan jangkar penguat pentingnya menggerakkan dakwah ekonomi.
“Oleh karena itu, ini menjadi tantangan bagi kita (umat Islam). Karena belakangan ini justru kita lari dari semangat pilar ekonomi ini. Padahal secara teologis tentu sudah banyak, dan kita menyadari betul bahwa landasan-landasan teologis untuk membangun kekuatan ekonomi itu menjadi bacaan rutinitas kita harian,” ujarnya.
Berbicara landasan teologis membangun kekuatan ekonomi, Deni berpandangan sudah begitu rupa sangat kuat. Terlebih lagi, agama Islam memang sangat mendorong kepada segenap umatnya untuk bisa tampil mandiri secara ekonomi.
Deni mencontohkan, kisah sahabat Rasul Abdurrahman bin Auf yang mana telah menjadikan tradisi ekonomi sebagai kekuatan baru peradaban masa kini. Tentu, Abdurrahman saat itu telah memiliki visi yang kokoh di dalam menggerakan roda perekonomian.
“Dalam konteks sejarah Islam, yang dominan pun juga bagaimana menonjolkan ekonomi ini menjadi kekuatan peradaban. Walau memang hal itu akhirnya menjadi tantangan tersendiri bagi kita,” katanya.
Bersamaan dengan itu, Wakil Sekretaris 1 Majelis Ekonomi, Bisnis, dan Pariwisata Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini juga mengingatkan hal ihwal amanat keputusan Muktamar ke-47 Muhammadiyah di Makassar, Sulawesi Selatan tahun 2015. Yakni berkomitmen menjadikan gerakam ekonomi sebagai pilar ketiga.
Maka, Deni mendorong agar seluruh warga Persyarikatan bergerak bersama membangun kekuatan baru untuk memperkuat ekonomi, yakni ekonomi umat berbasis jamaah. Baginya ini sangat penting sebagai wujud dari jihad ekonomi yang bermakna lil-muwajahah. Yakni jihad positif yang tidak marah-marah, jihad yang konstruktif, dan jihad yang solutif dalam menghadapi berbagai tantangan saat ini dengan senantiasa ikhtiar secara maksimal.
“Muhammadiyah mungkin tidak punya modal yang besar. Tapi kita punya jamaah yang besar. Dan jamaah yang besar ini adalah potensi dan kekuatan ekonomi kita untuk berjihad menghadirkan kekuatan baru di dalam ekonomi ke depan berbasis keadilan,” tandasnya. (Cris)