SERANG, Suara Muhammadiyah – Lokasi Tanwir II Nasyiatul Aisyiyah pada hari kedua mengalami pergeseran sejauh 8 kilometer. Semula berlangsung di Jl. KH Abdul Hadi No. 66 Cipare, pada pukul 16.30 rombongan bergerak menuju Pendopo Kantor Gubernur Banten.
Pemindahan lokasi ini bukan hal yang mendadak. Melainkan sudah direncanakan dari jauh-jauh hari. Agenda ini bertemakan gala dinner yang diselenggarakan Nasyiatul Aisyiyah dalam upaya menghadirkan sejumlah tokoh dan pejabat publik. Momen tersebut menjadi sarana penting bagi kader NA untuk mengambil peran strategis, memperkuat relasi, sekaligus membangun jejaring dengan berbagai elemen bangsa demi menghadirkan perubahan ke arah yang lebih baik.
Dalam kesempatan itu, hadir Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah RI, Abdul Mu’ti. Ia menyampaikan sambutan mengenai visi besar pendidikan nasional. Ia menegaskan bahwa kementerian yang ia pimpin berkomitmen mewujudkan pendidikan berkualitas untuk semua (education for all).
Menurutnya, pendidikan tidak hanya harus merata, tetapi juga bermutu, relevan dengan perkembangan zaman, dan berorientasi pada masa depan.
“Kalau kita berpikir Indonesia emas 2045, maka yang kita pikirkan adalah generasi yang hari ini berada di jenjang SMP. Penyiapan ini membutuhkan kolaborasi dari dua pendekatan: konservatif dan progresif,” ujar Mu’ti.
Lebih lanjut, Mu’ti menyoroti bahwa pendidikan masa depan harus memberi perhatian pada soft skills. Menurutnya, hard skills mudah tergantikan oleh teknologi. Manusia bukan robot. Ia diberkahi dengan berbagai macam kemampuan luar biasa. Oleh sebab itu membekali anak dengan kemampuan soft skill, secara langsung orang tua telah mengajarkan kepada anak kemampuan yang dibutuhkan di masa depan. Mencakup menangkap pesan, berpikir kritis, serta mengorganisasikan sesuatu melalui seni kepemimpinan.
Mu’ti juga menyinggung tentang pentingnya soft skill mulai diajarkan sejak dini kepada anak. Di tengah situasi dunia yang terus bergerak dinamis, soft skill tidak sepenuhnya dapat diajarkan di sekolah. Itulah yang menjadi alasan pemerintah menerapkan pembelajaran mendalam.
"Kalau kita berbicara investasi pendidikan, maka harus dimulai sejak pra-sekolah, bahkan sejak dalam kandungan,” katanya.
Tema Tanwir II Nasyiatul Aisyiyah menurut Mu’ti sangat relevan dengan kondisi bangsa. Ia menyoroti aspek demografi Indonesia yang mayoritas adalah perempuan. Dimana peran perempuan dalam pendidikan menjadi sangat relevan dan amat dibutuhkan bagi bangsa.
“Jumlah perempuan lebih banyak dari laki-laki. Keterlibatan perempuan dalam pendidikan itu luar biasa. Pemimpin yang sukses adalah pemimpin dengan gaya kepemimpinan perempuan. Kalau kalian ingin banyak janji, pilihlah laki-laki. Tapi kalau ingin janji itu benar-benar diwujudkan, pilihlah perempuan,” ujarnya disambut tepuk tangan peserta.
Di akhir sambutan, Mu’ti menyebutkan bahwa NA memiliki peluang besar untuk menjadi mitra strategis pemerintah dalam pembangunan pendidikan nasional. (diko)