Diterjunkan ke Aceh, Relawan Muhammadiyah DIY Harus Berangkat Lillah, Pulang Tanpa Masalah

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
41
Dede Haris Sumarno, SE, MM. Foto: Cris

Dede Haris Sumarno, SE, MM. Foto: Cris

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Wakil Bendahara Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DIY Dede Haris Sumarno, SE, MM melepas tim relawan untuk diterjunkan di lokasi bencana yang melanda Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Aceh, Kamis (4/12) di Aula PWM DIY. Relawan ini diagendakan akan fokus menangani di wilayah Gayo Lues, Aceh.

"Sore ini kita melaksanakan perhelatan, di mana kita akan melepas relawan kemanusiaan yang akan bertugas di Gayo Lues, Aceh. Kemarin kita berdiskusi, kita membagi peran. DIY, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, 3 kekuatan utama Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) ini, ditempatkan sesuai kebutuhan," ujar Dede.

Menurut Dede, skema ini telah disusun bersama, mengingat akhir tahun merupakan waktu yang rentan bencana. "Ya bukan disebut bencana rutin, tetapi memang iya. Di hidrometeorologi memang akan kita saksikan sekitar November sampai Januari banyak terjadi bencana. Tsunami Aceh terjadi di bulan Desember, banjir-banjir juga banyak terjadi di Desember," katanya.

Tim relawan, Dede menambahkan, terbagi menjadi dua, yakni relawan lapangan dan relawan yang berada di balik layar. "Kami sebut relawan itu ada on-site dan off-site. On-site itu yang di lapangan, off-site itu yang di belakang. Semua itu relawan, tidak ada yang lebih utama. Baik yang di depan maupun di belakang, semua sama."

Dalam kesempatan itu, Dede memberikan tujuh pesan kepada relawan yang akan berangkat. Pertama para relawan memahami filosofi Al-Ma'un dan kemanusiaan. "Niatkan tugas kali ini sebagai lillahi ta'ala, agar lelahnya kita adalah lillah. Kami tahu, terjun ke lapangan bukan sesuatu yang indah, yang nikmat. Maka niatkan lillah, agar menjadi bahan bakar supaya tidak stres di lapangan," tuturnya.

"Dari segi kemanusiaan, Muhammadiyah itu inklusif. Tidak membedakan satu sama lain, semua kita bantu. Bahkan hewan sekalipun," tambahnya.

Pesan yang kedua, Dede mengingatkan agar para relawan memegang teguh visi one Muhammadiyah, one response atau satu Muhammadiyah, satu respons. Relawan akan bergerak di bawah satu payung Muhammadiyah, maka perlu adanya persatuan dalam tim.

"Terus pegang visi one Muhammadiyah, one response. Kita tentu harus berbuat sebaik-baiknya, itu karakteristik relawan Muhammadiyah. Kita harus bersatu karena masih banyak jalur terputus, kondisi juga tidak normal. Ini tantangan bagi teman-teman di lapangan nantinya. Ini penting, karena kita berupaya membantu tidak saat ini saja, namun sampai saudara-saudara kita pulih kembali," jelasnya.

Yang ketiga, Dede berpesan agar relawan beradaptasi secara kultural, sebab budaya yang berbeda tentu perlu diperhatikan dan relawan perlu bertindak sesuai adat sekitar. "Sumatera memiliki adat-istiadat yang kuat, maka ingat di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Teman-teman harus pastikan, budaya lokal dihormati dan dihargai. Komunikasi harus dilakukan dengan santun," tuturnya.

Kemandirian relawan menjadi pesan keempat Dede. Untuk memberi pelayanan, para relawan perlu menyiapkan diri sebaik mungkin agar nantinya tidak merepotkan baik relawan lain maupun para korban.

"Saudara-saudara semua dikirim sebagai relawan, jangan sampai di sana malah merepotkan. Relawan Muhammadiyah harus mandiri. Bawa bekal sendiri, obat-obatan sendiri, sleeping bag sendiri. Anda datang ke sana untuk melayani bukan untuk dilayani. Pastikan juga dalam kondisi prima, jangan jadi korban di sana," ujarnya.

Pesan kelima, Dede mengingatkan relawan agar mengenali bahaya sekunder. Banjir maupun longsor susulan sangat mungkin terjadi, sehingga relawan perlu memperhatikan lingkungan sekitar agar tidak berubah statusnya dari relawan menjadi korban. "Kita datang untuk membantu, jangan sampai kita mendengar relawan menjadi korban," tegasnya.

Keenam, Dede berpesan agar relawan memperhatikan etika dokumentasi, jangan sembarang mengambil foto tanpa tujuan yang jelas. Yang dibutuhkan adalah data dan dokumentasi, maka jangan sampai banyak mengambil foto yang sia-sia. "Jangan memotret yang tidak sesuai kaidah-kaidah jurnalistik. Pastikan memotret dengan angle yang tepat. Jaga martabat korban," tuturnya.

Ketujuh, Dede memberi wejangan agar para relawan menjadi pendengar yang baik. Korban bencana, katanya, seringkali butuh didengar, apalagi mereka yang membutuhkan bantuan. "Dari segi psikososial, tolong menjadi pendengar yang baik. Kita dengarkan apa yang disampaikan korban, kita dengar ceritanya. Bisa jadi itu menjadi obat buat mereka," katanya.

Sebagai penutup, Dede menyampaikan selamat jalan bagi para relawan yang berangkat ke lokasi bencana. Ia mendoakan rangkaian perjalanan misi kemanusiaan ini berjalan dengan sukses dan lancar.

"Berangkatlah dengan gembira, bekerjalah dengan sistem, hormati adat setempat, dan pulanglah tanpa meninggalkan masalah baru. Insya Allah diiringi doa kami, diiringi doa masyarakat Yogyakarta, juga masyarakat Indonesia agar teman-teman sehat dan mampu membantu sebaik-baiknya," tandasnya. (hanan)


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Berita

BELAWAN, Suara Muhammadiyah – Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Dr Amir....

Suara Muhammadiyah

10 July 2025

Berita

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Ketua Umum Pimpinan Pusat Nasyiatul ‘Aisyiyah, Ariati Dina Pu....

Suara Muhammadiyah

21 May 2025

Berita

YOGYAKATA, Suara Muhammadiyah – Setelah PWM DIY menggelar Pengajian Ramadhan 1445 H, kini gili....

Suara Muhammadiyah

30 March 2024

Berita

ROKAN HULU, Suara Muhammadiyah – Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Rokan Hulu memulai langkah....

Suara Muhammadiyah

7 May 2025

Berita

SURAKARTA, Suara Muhammadiyah – Program Studi Pendidikan Program Doktor Pendidikan Fakultas Ke....

Suara Muhammadiyah

24 July 2025