MAKASSAR, Suara Muhammadiyah- Nabi Muhammad dikenal sebagai seorang pedagang yang sangat sukses. Pada usia 25 tahun, ia telah berhasil menjadi seorang pengusaha yang sukses, cemerlang, dan kaya raya. Ia sering melakukan perdagangan hingga ke luar negeri.“Banyak pelajaran dan teladan yang bisa diambil dari cara Rasulullah (Nabi Muhammad) berdagang dengan jujur, amanah, dan dapat dipercaya,” kata Direktur Utara PT. Al-Bayan Permata Ujas (Ujas Tour) yang juga Ketua Lembaga Dakwah Komunitas Muhammadiyah Sulsel dan Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar, Dr Usman Jasad.
Hal itu ia sampaikan dalam kuliah tamu dan silaturrahim dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, di Kampus Unismuh, Jalan Sultan Alauddin Makassar, Kamis(19/9), yang dihadiri Dekan FAI Unismuh Dr Amirah Mawardi, para wakil dekan, para ketua program studi, ketua lembaga fakultas, serta puluhan dosen FAI Unismuh Makassar. Usman Jasad yang saat ini juga menjabat Sekjen Dewan Pimpinan Pusat Kesatuan Tour Travel Haji Umrah Republik Indonesia (DPP Kesthuri), membawakan kuliah tamu dengan tema: “Pendidikan Enterpreneurship sebagai Sarana Dakwah dalam Era Digital” dan judul “Rasul sebagai Pedagang.”
“Apa yang menyebabkan Rasulullah mencapai kesuksesan tersebut? Jawabannya terletak pada komitmennya yang tinggi terhadap akhlak dan etika dalam berdagang,” kata Ustadz Ujas, sapaan akrab Usman Jasad.
Dalam berdagang, katanya, Rasulullah dikenal sebagai seorang marketer yang selalu jujur dan transparan dalam menyampaikan informasi produknya. Jika ada kekurangan atau cacat pada produk, beliau langsung mengungkapkannya, tanpa menyembunyikan apapun. Nilai shiddiq dalam pemasaran dapat diterapkan dengan memberikan informasi yang akurat tentang produk yang dipasarkan. “Seorang marketer diharapkan selalu berbicara dan bertindak dengan benar, mencerminkan kondisi nyata dari produk yang ditawarkan,” kata Ustadz Ujas.
Rasulullah dapat dipercaya dan amanah (trustworthy) sebagai seorang pedagang, dan seorang pebisnis memang harus menjadi sosok yang dapat dipercaya, memegang amanah atau komitmen. “Selama menjadi pedagang, Rasulullah selalu mengembalikan hak milik atasannya, yaitu hasil penjualan dan sisa barang. Bagi seorang pekerja marketing, nilai amanah berarti menjadi pribadi yang jujur dan bisa diandalkan. Perusahaan akan meraih keuntungan besar dari pekerja yang amanah. Pekerja yang amanah tidak akan berbohong dan membangun citra positif di mata pelanggan,” tutur Ustadz Ujas.
Kunci sukses Rasulullah dalam berdagang yaitu beliau argumentatif dan komunikatif. Mampu menyampaikan keunggulan produk dengan cara yang menarik dan tepat sasaran, sambil tetap menjaga kejujuran dan transparansi. “Pedagang harus memiliki ide-ide segar dan menyampaikannya dengan jelas dan mudah dipahami oleh audiens. Menjadi komunikator yang andal dan dapat menjembatani hubungan antara perusahaan dan pelanggan. Jika tidak memberikan informasi yang diharapkan, hal ini bisa menjadi masalah besar, misalnya pelanggan mungkin akan berpaling ke produk dari perusahaan lain akibat penjelasan yang kurang memadai,” papar Ustadz Ujas.
Rasulullah juga pebisnis cerdas dan bijaksana (intelligent and wise), benar-benar memahami, menghayati, dan mengenal tugas serta tanggung jawabnya.Pebisnis dapat mengembangkan kreativitas dan kemampuan untuk melakukan inovasi yang bermanfaat bagi perusahaan. “Memiliki kualitas ini sangat penting untuk meraih kesuksesan, terutama dalam menghadapi persaingan yang tidak sehat seperti yang kotor, korup, rumit, kacau, dan canggih,” ujar Ustadz Ujas.
Nilai fathonah (kecerdasan), katanya, juga sangat bermanfaat bagi perusahaan dalam pemasaran. Jika sebuah perusahaan memiliki sumber daya manusia (SDM) yang cerdas, ini akan membantu perusahaan mencapai profitabilitas maksimal. “Marketer yang cerdas tidak akan merugikan perusahaan. Ia justru memberikan kontribusi yang efektif dan efisien dalam kegiatan pemasaran,” tandas Ustadz Ujas. (Hadi/Lika)