YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Muhammadiyah Multimedia (MM) Kine Klub Universitas Muhammadiyah Yogyakarta menyelenggarakan Festival Film sebagai bentuk memberikan platform bagi sineas untuk menampilkan karya-karya kreatif anak bangsa. Festival film ini bertajuk Kineidoscope. Yang mana mengusung tema “Jelajah Budaya Melalui Festival Film”.
Kegiatan ini bakal dilaksanakan pada Senin-Kamis (13-16/11) di Institut Français d'Indonésie-Lembaga Indonesia Perancis (IFI-LIP) Sagan, Yogyakarta. Menariknya, kegiatan ini terbuka secara umum dan tidak dipungut biaya sama sekali (gratis). Kali ini, kegiatan tersebut akan menyajikan program Layar Andong yang menayangkan kurang lebih 100 film dari berbagai daerah di Indonesia.
Dalam konferensi pers, Kamis (9/11) di Sektretariat AJI (Aliansi Jurnalis Independen) Yogyakarta, Direktur Festival Film Ziddan Fachrirobi mengatakan bahwa implementasi dari Festival Film yang rutin digelar setiap tahunnya ini sebagai bagian dari program kerja untuk mengapresiasi sekaligus mempromosikan karya film. Di mana filmnya mencerminkan budaya nusantara yang sangat kaya nan sarat pengajaran.
“Ini merupakan program kerja bagian apresiasi tahunan dari Kineidoscope. Kerja tahunan kita itu ada apresiasi film tahunan yang sudah berlangsung sejak tahun 2014,” ujarnya.
Lebih dari itu, pada saat bersamaan melalui kegiatan ini ia berkomitmen untuk mempromosikan budaya nusantara kepada seluruh masyarakat dalam negeri maupun luar negeri. Baginya, ini penting dilestarikan agar tidak tenggelam oleh kemajuan zaman. Ia pun ingin agar para penonton dapat semakin menghargai, memaknai dan mendukung seni budaya di Indonesia melalui media film, sehingga masyarakat dapat berkontribusi dalam pengembangan perfilman di masa depan.
“Sejauh ini, kami melihat belum ada festival film yang memfestivalkan festival. Maka kami dari MM Kine Klub ingin mengambil peran ini, dimana kami menayangkan berbagai film yang mengangkat isu budaya. Kami juga mengundang para alumni dari UMY yang berprestasi di kancah perfilman, seperti Agni Tirta, Indra Sukmana dan Yusril Fahriza yang akan diberikan apresiasi atas dedikasi mereka sebagai sutradara, produser, editor, maupun aktor,” katanya.
Zidan mengatakan bahwa tahun sebelumnya, ada 3.200 penonton yang hadir memeriahkan kegiatan tersebut. Ia sangat bersyukur animo masyarakat sangat tinggi dan juga ia mengharapkan agar tahun ini jumlahnya semakin meningkat.
"Ada 3.200 penonton yang hadir. 1.879 penonton umum, 593 dari mahasiswa, 50 dari pelajar, 678 dari per orang komunitas," paparnya.
Dalam kesempatan itu, Zidan menyampaikan alasan mengambil tema tersebut. Baginya, Yogyakarta itu sebagai pusat perantauan. Di mana, banyak masyarakat luar kota yang singgah atau menetap di kota pendidikan berkemajuan. Di sinilah ada semangat untuk menyelenggarakan festival film.
“Yogyakarta ini tempatnya para perantau. Jadi anak-anak daerah dari Jakarta, Medan, Papua, Aceh, belum bisa menonton film festival di kotanya sendiri, itu kita bawa film mereka agar mereka bisa menyaksikan festival-festival film dari tempat asal mereka,” jelasnya.
Ia menambahkan, seluruh masyarakat bisa menyaksikan dan menghadiri kegiatan tersebut. Tetapi, terlebih dahulu harus melakukan registrasi.
"Acara bersifat gratis dan terbuka untuk umum berlangsung dari jam 10 pagi sampai setengah 9 malam. Untuk registrasi kami kerja sama dengan platform Yesplis. Jadi, di website itu tercantum sesi ini dari festival mana. Dateng dan tunjukkan hasil registrasi. Untuk registrasi ada di bio Instagram @kineidoscope," tuturnya.
Sementara, Budi Dwi Arifianto, Pembina UKM MM Kine Klub UMY sekaligus sineas dari Yogyakarta menyatakan pengarsipan film sebagai sebuah media yang sudah memasuki masa digital dianggap semakin penting demi kebutuhan riset dan referensi. Melalui kegiatan ini, pengarsipan film dapat dilakukan dengan lebih terstruktur karena festival ini berkonsep memutarkan film dari berbagai festival film nasional sebelumnya.
“Kineidoscope ini sekaligus berfungsi sebagai pengarsipan film, yang berguna untuk kebutuhan riset dan sumber referensi, khususnya bagi para sineas muda. Dengan memutarkan film-film terbaik, para penonton dapat mengetahui karakteristik dari setiap film yang telah lolos kurasi berbagai festival film, mulai dari kecenderungan, isu yang diangkat hingga segi artistik dari film tersebut,” ujarnya. (Cris)