Ikhtiar Lingkungan SMP Muhammadiyah 7 Bayat
KLATEN, Suara Muhammadiyah – Permasalahan pengelolaan sampah di lingkungan sekolah mulai diatasi melalui program inovatif bertajuk GEMAS SIKOMPAS (Gerakan Mandiri Sampah melalui Sistem Komposter dan Bank Sampah). Program ini dilaksanakan oleh tim pengabdian Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) yang dipimpin oleh Prof. Ir. Mochamad Solikin, S.T., M.T., Ph.D., bersama dosen dan mahasiswa.
Kegiatan yang berlangsung di SMP Muhammadiyah 7 Bayat, Kabupaten Klaten, ini bertujuan menumbuhkan kesadaran warga sekolah akan pentingnya pengelolaan sampah, sekaligus memberikan solusi nyata melalui edukasi, pelatihan, dan penerapan teknologi ramah lingkungan.
“Selama ini sampah di sekolah hanya dikumpulkan lalu dibakar, sehingga menimbulkan pencemaran dan berpotensi menimbulkan masalah kesehatan. Program ini hadir untuk membentuk budaya baru bahwa sampah dapat diolah menjadi produk yang bermanfaat” jelas Prof. Solikin.
Dalam pelaksanaannya, siswa dan guru dibekali keterampilan memilah sampah, mengolah sampah organik menjadi kompos menggunakan komposter, serta mengelola sampah anorganik melalui bank sampah sekolah. Inovasi lain yang diterapkan adalah penggunaan tempat sampah sensor bunyi, yang dirancang untuk menarik perhatian siswa agar lebih disiplin membuang sampah pada tempatnya.
Salah satu siswa SMP Muhammadiyah 7 Bayat menyampaikan bahwa kegiatan pengabdian dari UMS dinilai menarik dan memberikan banyak manfaat. Melalui program ini, siswa menjadi lebih memahami cara memilah sampah dan mengolahnya menjadi kompos dengan metode yang mudah dipahami serta langsung dapat dipraktikkan. Kehadiran tempat sampah sensor dengan suara pengingat juga membuat siswa lebih antusias dan sadar akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan sekolah.
Sebagai bagian dari evaluasi pelaksanaan program, tim pengabdian melakukan pengukuran tingkat pemahaman siswa terkait pengelolaan sampah sebelum dan sesudah kegiatan. Hasil evaluasi menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan, di mana pemahaman siswa meningkat dari rata-rata 41,35 sebelum program menjadi 72,02 setelah program GEMAS SIKOMPAS dilaksanakan.
Program GEMAS SIKOMPAS tidak hanya berdampak pada kebersihan lingkungan sekolah, tetapi juga membuka peluang ekonomi bagi siswa melalui pemanfaatan produk daur ulang. Selain itu, kegiatan ini sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya tujuan ke-3 (kehidupan sehat dan sejahtera) serta tujuan ke-11 (kota dan permukiman yang berkelanjutan).
Sebagai penutup, tim pengabdian menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendikti Saintek) yang telah mendanai program pengabdian masyarakat ini melalui skema Pengabdian Masyarakat tahun anggaran 2025. Dukungan tersebut menjadi faktor penting keberhasilan program sekaligus wujud sinergi antara perguruan tinggi, sekolah, dan pemerintah dalam membangun budaya peduli lingkungan yang berkelanjutan.


