YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr H Irwan Akib, MPd menyebut, momentum kemerdekaan menjadi sangat penting untuk digali nilai-nilai sejarahnya. Menukil pandangan Soekarno, kemerdekaan sebagai jembatan emas yang akan membawa bangsa Indonesia menggapai cita-citanya, yakni Indonesia Emas 2045. Semua itu ditentukan oleh generasi muda hari ini.
“Tentu kita berharap jembatan emas itu kita lewati. Dan kemudian Insyaallah pada tahun 2045 kita betul-betul masuk pada Indonesia Emas. Indonesia Emas 2045 bukan lagi ditangan kami, tapi ditangannya ananda semua,” ujarnya saat membuka Moehi National Competition#9 2024, Jumat (23/8) di Grha As Sakinah SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta.
Irwan mengajak kepada generasi muda untuk mengisi kehidupan dengan kegiatan positif dan produktif. Jangan sampai melakukan kegiatan yang merusak cita-cita masa depan. Yakni cita-cita Indonesia Emas 2045 menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas, termasuk generasi muda unggul, tangguh, dan berkemajuan.
“Kalau kita tidak mengisi hari-hari ini dengan baik, maka mungkin saja jembatas emas itu akan runtuh. Oleh karena itu, ajang kompetisi ini digunakan betul sebagai suatu pembelajaran bagaimana berkompetisi dengan baik dan berjuang dengan baik memaknai hari-hari perjuangan para pendahulu kita yang kemudian hari ini kita gunakan untuk berkompetisi,” tuturnya.
Dalam titik sejarahnya, para pejuang bangsa dari tokoh-tokoh Islam, termasuk di dalamnya Muhammadiyah, telah merumuskan pembukaan UUD 1945. Salah satu tokoh Muhammadiyah tersebut yaitu Ki Bagus Hadikusumo. Menurut Irwan, setiap renik kalimat pembukaan UUD 1945 ini mengandung mutiara pesan mendalam yang dibingkai untuk mengukuhkan identitas bangsa.
“Andaikan tidak ada kebesaran hati para umat Islam dan tokoh-tokoh pejuang kita hari itu, mungkin terjadi perpecahan. Itulah keragaman di dalam bangsa kita bisa dirajut oleh tokoh dan pejuang kita,” ulasnya.
Irwan meminta kepada generasi muda untuk merajut bersama keragaman di Indonesia. Irwan melukiskan keragaman laksana taman. Di mana terbentang warna-warni dengan sangat indah. Bilamana hanya ada satu warna, maka tidak indah. Seandainya warnanya banyak dan beragam, namun tidak ditata sedemikian rupa, maka menjadi centang-perenang.
“Taman yang indah itu punya warna-warni yang beragam, tetapi ditata sedemikian rupa. Demikian bangsa kita, dengan beragam budaya, suku, agama, kalau ditata sedemikian rupa Insyaallah menjadi kekuatan besar untuk bangsa dan negara kita ke depan,” tandas Guru Besar Universitas Muhammadiyah Makassar, Sulawesi Selatan tersebut. (Cris)