TUBAN, Suara Muhammadiyah - Majelis Tabligh dan Tarjih Pimpinan Ranting Muhammadiyah Glodog, yang berbasis di Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban, menggelar kegiatan berbagi berkah dalam bentuk Gerakan Subuh Mengaji dan Santunan Anak Yatim. Acara yang diadakan pagi pada Jum'at (26/1/2024) di Mushola Daru Salam ini menarik perhatian banyak warga sekitar.
Dengan semangat kebersamaan dan kepedulian terhadap sesama, puluhan jamaah berkumpul di Mushola sebelum fajar untuk melaksanakan ibadah Subuh berjamaah serta mendengarkan kajian Islam yang disampaikan oleh Iwan Abdul Gani. Pengasuh Pondok Pesantren Maritim SMK Pelayaran Muhammadiyah Tuban.
Dalam ceramahnya, ia mengatakan bahwa, Gerakan Subuh berjama'ah merupakan upaya menyonsong kebangkitan peradaban Islam. "Banyaknya jamaah Shalat Shubuh seperti saat melaksanakan Shalat Jumat merupakan salah satu tolak ukur kebangkitan peradaban Islam," ungkapnya.
Ia juga menjelaskan bahwa, perdaban Islam akan bangkit saat umat ini kembali kepada Al-Qur'an. Menurutnya, mayoritas kajian Al Qur'an baru sebatas hukum, sejarah dan akhlak, belum banyak kajian Al Qur'an yang nenyentuh ilmu pengetahuan dan teknologi.
Padahal lanjut dia, ada surat Al Hadid yang artinya besi, ada kiasah Zulkarnain yang melebur baja untuk membuat penjara bagi Ya'juj dan Ma'juj. Hal ini membuktikan bahwa Al Qur'an membicarakan tentang teknologi.
"Al-Qur'an ini kitab yang syumul, universal. Kata para 'Ulama "Qur'an tibyanan li kulli syai', menjelaskan tentang segala sesuatu. Maka menyikapi Qur'an tidak seperti membuka kamus atau ensiklopedi. Karena Al-Qur'an itu banyak berisi isyarat. Maka akal manusia harus dimaksimalkan menggali isi kandungannya," ungkapnya.
Ia juga memperingati para jam'ah untuk berhati-hati dalam mengkaji Qur'an. Pasalnya saat ini bermunculan para penceramah yang asal-asalan menafsirkan Al Qur'an. "Saat ini kita berada di zaman post modernis. Zaman di mana orang mempertanyakan kebernaran. Hampir sudah tidak ada lagi kebenaran mutlak," ujarnya.
"Muncul penceramah-penceramah yang ngawur dalam mengartikan Al Qur'an. Mereka merasa lebih pintar dengan gelar akademis serta pengikutnya yang banyak akhirnya salah kaparah. Seperti ada ustadz yang mengartikan Al qori'ah adalah membaca. Sang ustadz tidak bisa membedakan huruf 'ain dan anza. Ini bahaya," imbuhnya.
Selain itu, dalam rangka meningkatkan kepedulian sosial, Majelis Tabligh dan Tarjih juga menyelenggarakan santunan bagi anak yatim yang ada di sekitar Glodog. Para jama'ah dengan sukarela memberikan bantuan kepada anak-anak yatim melalui Lazismu. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan dorongan semangat dan rasa cinta kepada anak-anak yang membutuhkan.
Nur Tamim, salah satu penggerak Gerakan Subuh Mengaji Majelis menyampaikan, kegiatan ini rutin dilakukan dua pekan sekali. "GSM ini kami adakan tidak hanya berfokus di satu masjid atau musholla saja, tetapi digilir dua pekan sekali. Agar syiar Islam merata dan dapat dirasakan manfaatnya oleh umat Islam yang ada di Desa Glodog," ungkapnya.
"Kami sangat bersyukur bisa menyelenggarakan kegiatan ini dan berbagi berkah dengan sesama. Semoga gerakan ini dapat menjadi inspirasi bagi lebih banyak orang untuk peduli terhadap saudar-saudara kita sekitar dan terus berbuat kebaikan," tambahnya.
Acara Gerakan Subuh Mengaji dan Santunan Anak Yatim ini diakhiri dengan sarapan bersama. Keberhasilan kegiatan ini menandai komitmen Majelis Tabligh dan Tarjih Pimpinan Ranting Muhammadiyah Glodog dalam memperkuat nilai-nilai keagamaan dan kemanusiaan di tengah umat. (Iwan)