YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Inovasi dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) kembali mencatat prestasi membanggakan di bidang teknologi pangan dan pemberdayaan UMKM. Ir. Diah Rina Kamardiani, M.P., dosen Program Studi Agribisnis UMY, berhasil memperoleh paten nasional atas pengembangan alat pengukus bertingkat yang mampu meningkatkan kapasitas produksi siomai hingga lima kali lipat (500%), sekaligus menghemat konsumsi gas dan waktu produksi.
Gagasan ini berawal dari kegiatan pengabdian masyarakat Dikti tahun 2013, ketika Diah mendampingi mitra usaha “Siomai Kang Ujang”. Saat itu, proses pengukusan masih menggunakan dandang tunggal berukuran besar yang hanya mampu menampung sekitar 50–60 siomai per siklus dan memakan waktu hingga dua jam dengan kebutuhan dua tabung gas LPG 13 kilogram.
“Untuk satu kali produksi penuh bisa memakan waktu dua jam dan menghabiskan dua tabung LPG. Dari situ kami mulai mencari solusi agar lebih efisien,” jelas Diah saat ditemui di Laboratorium Agribisnis UMY, Selasa (11/11).
Desain Bertingkat Efisien, Hemat Waktu dan Energi
Menjawab tantangan tersebut, Diah mengembangkan alat pengukus bertingkat dengan konsep serupa oven modern yang terdiri atas beberapa lapisan. Satu loyang kini mampu menampung 110–120 siomai, sementara durasi produksi berkurang drastis dari tiga jam menjadi hanya sekitar 90 menit.
“Efisiensinya meningkat hingga 500 persen. Konsumsi bahan bakar juga turun signifikan, satu tabung gas kini cukup untuk dua setengah kali proses pengukusan,” terangnya.
Alat tersebut dibuat dari stainless steel untuk menjaga higienitas, daya tahan, dan kemudahan perawatan. Setiap tingkat dilengkapi sistem jaring sirkulasi uap panas yang memungkinkan pemanasan lebih cepat dan merata. Waktu pengukusan per siklus kini hanya sekitar lima menit, dari sebelumnya delapan menit.
Pemilik Siomai Kang Ujang mengakui bahwa alat tersebut memberikan dampak besar bagi peningkatan kapasitas produksi tanpa menambah beban biaya operasional.
Dalam pengembangannya, Diah bekerja sama dengan tim lintas disiplin UMY yang terdiri dari Dr. Totok Suwanda, S.T., M.T.; Dr. Ir. Triwara Buddhi S., M.P.; dan Francy Risvansuna F., S.P., M.P. “Kolaborasi ini penting karena kami menggabungkan keahlian dari sisi teknik, pangan, dan agribisnis,” jelas Diah.
Proses pengajuan paten dimulai pada 2020 dan resmi terdaftar pada Mei 2025. Hingga kini, alat pengukus tersebut masih berfungsi optimal dan siap dikembangkan untuk mendukung sektor UMKM pangan nasional. “Alhamdulillah, setelah lima tahun proses, paten akhirnya terbit tahun ini. Harapannya inovasi ini bisa memberi manfaat lebih luas bagi pelaku UMKM,” ungkapnya.
Keberhasilan ini menjadi bukti nyata kontribusi UMY dalam menjembatani riset terapan dan kebutuhan industri pangan rakyat, sekaligus memperkuat posisi UMY sebagai kampus inovatif yang berorientasi pada solusi dan kemandirian ekonomi masyarakat. (Jeed)


