YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Selama gelaran Kompetisi Jembatan Indonesia (KJI) 2023, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) tidak hanya berperan sebagai tuan rumah namun juga peserta dengan mengirimkan satu tim perwakilannya. UMY yang diwakili oleh tim Abichandra ini berhasil meraih juara 2 dalam KJI 2023 di kategori jembatan rangka baja berskala. Jembatan yang dirancang oleh tim Abichandra memiliki keunikan tersendiri, karena bentuk rangka utama jembatan yang terinspirasi dari anyaman daun kelapa.
Saat dihubungi pada Sabtu (21/10), Muhammad Althaf selaku ketua tim Abichandra mengatakan bahwa ia dan timnya membutuhkan waktu sekitar satu bulan untuk menyusun rancangan jembatan ini dari awal hingga selesai. “Jembatan ini kami beri nama Sandya Niskala, dan ini merupakan tipe jembatan Warren Truss yang banyak dipakai di Australia juga wilayah lainnya. Kami mengambil inspirasi dari anyaman daun kelapa dalam membuat struktur jembatan ini, dimana rangka utama jembatan yang berbentuk segitiga kami satukan menjadi utuh sehingga menciptakan jembatan penghubung yang kokoh dan dapat memberikan rasa aman dan nyaman bagi penggunanya,” ujar Althaf.
Selama proses perancangan jembatan Sandya Niskala, Althaf mengungkapkan bahwa ia dan timnya telah melakukan riset dan perencanaan yang matang sebelum menemukan rancangan jembatan yang sesuai. “Dalam menentukan tipe jembatan, kami mempertimbangkan berdasarkan beberapa tipe diantaranya adalah Warren Truss, K Truss, dan Howe Truss. Kami melakukan riset menggunakan delapan model dari ketiga tipe jembatan ini, dan memutuskan untuk menggunakan tipe Warren Truss sebagai tipe jembatan yang lebih umum namun tetap mampu menahan beban yang sudah diestimasikan yaitu 400 kilogram,” imbuhnya yang merupakan mahasiswa teknik sipil UMY.
UMY juga menjadi satu-satunya perguruan tinggi swasta dari seluruh juara dalam KJI 2023. Althaf pun mengaku tidak menyangka, karena menurutnya seluruh finalis memiliki rancangan jembatan yang unik dan bagus. “Menjadi juara sebenarnya diluar prediksi kami, mengingat jembatan Sandya Niskala yang kami rancang tidak memiliki desain yang terlalu eksentrik, namun lebih terkesan sederhana,” ungkapnya. Ia juga berharap agar rancangan jembatan di Indonesia dapat lebih tepat guna.
“Jembatan Sandya Niskala yang kami rancang membutuhkan waktu sekitar 2 jam untuk dirakit. Menurut saya, rancangan sebuah jembatan harus sesuai dengan profilnya agar lebih optimal selama pengoperasian, serta cukup menggunakan model jembatan yang sederhana,” pungkas Althaf. (ID)