YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Dua layar smart TV ukuran 42 inch terpasang di sisi kiri dan kanan Aula Gedung Pimpinan Pusat Muhammadiyah Jl KH Ahmad Dahlan 103 Yogyakarta. Layar itu menampilkan gambaran tentang berbagai fenomena yang terjadi di sepanjang tahun 2025, mulai dari urusan sosial, politik, hingga lingkungan yang belakangan ini meresahkan dan menyayat perasaan. Di tengahnya terpampang gambar seorang berjas, berdasi, dan menggunakan peci sedang duduk menikmati hidangan. Ia dikelilingi para loyalisnya, juga menikmati hidangan yang sama dibalut pemandangan tumpukan kayu dan pertambangan yang berdiri perkasa.
Busyro Muqoddas, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah dalam Jagongan Akhir Tahun 2025 mengatakan, meski Indonesia tengah menghadapi berbagai cobaan dan tantangan, Busyro mengajak masyarakat untuk bersyukur atas segala bencana yang terjadi di beberapa wilayah berupa banjir bandang dan tanah longsor. Rentetan dari berbagai fenomena memilukan ini mengungkap fakta yang tak dapat dibantah, bahwa kerusakan yang terjadi adalah akibat dari ulah tangan manusia.
Maksud dari kesyukuran yang ia sampaikan sejatinya merupakan ajakan untuk menyadari berbagai peran kekhalifahan yang melekat pada diri manusia. Sebagai khalifah, manusia memiliki tanggung jawab untuk mengelola bumi dengan sebaik-baiknya, tanpa perlu merusak dan mengabaikan fungsi serta peran alam sebagai penyangga kehidupan makhluk di bumi.
Melihat itu semua, Muhammadiyah memiliki tanggung jawab untuk menyuarakan kebenaran kepada pemerintah. Dengan spirit keagamaan dan nilai kebangsaan yang dipegang teguh, Muhammadiyah memiliki andil besar untuk mencegah kerusakan di langit dan bumi.
"Muhammadiyah ini milik kita bersama. Tanggung jawab ini melekat pada diri kita semua," ujarnya.
Menurut anggota Dewan Pers RI itu, kedepan, ada beberapa tantangan bagi Indonesia agar dapat keluar dari kekacauan yang tengah terjadi. Pertama, perbaikan secara menyeluruh di dalam pemerintahan, melakukan koreksi yang serius kepada DPR. Dan ketiga, menolak pengesahan undang-undang parpol, dan UU Pemilu yang ditengarai menjadi penyebab dari kerusakan alam di Sumatera dan Aceh pada November tahun ini.
"Bahwa apa yang terjadi sekarang, Allah ingin memberi tahukan kepada kita bahwa yang memimpin bangsa kita saat ini adalah orang yang perlu terus kita beri masukan," ucap Busyro.
Hemat Busyro, bangsa ini sejatinya membutuhkan kepemimpinan yang jelas. Kepemimpinan yang berpihak kepada rakyat seutuhnya. Bukan mereka yang berpihak kepada oligarki, elite parpol, dan kroni-kroninya. Sehingga tidak berlebihan jika ia menyebut kondisi yang terjadi sekarang sebagai krisis kepemimpinan moral alias korupsi kepemimpinan.
Mengusung tema angkringan, LHKP PP Muhammadiyah seolah ingin merangkul anak muda dan menunjukkan keramahan Muhammadiyah kepada mereka. Di akhir sambutannya, Busyro pun menegaskan bahwa acara refleksi tahunan ini merupakan bagian kecil dari perubahan besar yang beradab. (diko)

