Jangan Pernah Lelah Berbuat Kesalehan
Oleh: Mohammad Fakhrudin
Cukup banyak orang yang mencari rezeki tidak lagi memperhatikan halal dan haram. Ada yang memperolehnya dengan cara menipu tanpa ragu, padahal diharamkan.
Ada yang demi pangkat dan jabatan, mereka membohongi hati nurani, menjual harga diri, dan memfitnah teman sendiri. Mereka menghalalkan segala cara demi tercapainya tujuan! Jelas cara ini diharamkan!
Ada yang demi menumpuk harta, mereka korupsi, padahal Islam mengharamkannya! Hal yang lebih memprihatinkan lagi adalah bantuan untuk korban bencana pun dikorupsi. Masih ada lagi: tega membunuh saudara sendiri.
Ada yang demi kepentingan golongan, mereka saling mengolok-olok sesama anak bangsa dan sesama.umat beragama, padahal Islam jelas-jelas melarangnya. Pelakunya tidak hanya orang yang berpendidikan rendah.
Hati mereka mati. Telinga mereka tuli. Mata mereka buta. Menyesakkan dada!
Perintah Beramar Makruf Nahi Mungkar
Allah Subhanahu wa Taʻala berfirman di dalam Al-Qurʻan misalnya pada surat Ali ‘Imran (3):104
وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar; merekalah orang-orang yang beruntung.”
Kiranya jelas bagi kita bahwa beramar makruf nahi mungkar adalah perintah Allah Subhānahu wa Taʻāla yang wajib kita lakukan. Itulah kesalehan yang wajib kita kerjakan! Namun, dalam pelaksanaannya kita sering menghadapi kendala, lebih-lebih lagi untuk mencegah kemunkaran. Akibatnya, kemungkaran itu terus berlanjut dan tidak hanya orang salah, tetapi juga orang saleh yang terkena dampak buruknya!
Lalu, apa yang harus kita lakukan? Kita wajib berbuat kesalehan agar kemungkaran tidak makin bertambah meluas.
Kita sebagai orang tua mendidik anak-kita agar menjadi anak yang saleh. Guru mendidik muridnya dan dosen mendidik mahasiswanya dan kiai mendidik santrinya agar mereka menjadi orang-orang yang cerdas intelektualnya dan baik akhlaknya.
Ketua RT, RW, kepala desa atau lurah mendidik warganya agar menjadi warga RT, RW, dan desa atau kelurahan yang peduli dalam kebenaran dan kebaikan bagi orang lain, bukan warga yang hanya peduli pada diri sendri. Namun, hasilnya sering tidak sesuai dengan harapan. Akibatnya, boleh jadi di antara kita ada yang merasa lelah atau malah berhenti dan masa bodoh. Bagaimana seharusnya? Jangan pernah lelah berbuat kesalehan!
Jika Orang Saleh Mendiamkan Kemungkaran
Allah Subhānahu wa Ta’āla berfirman di dalam Al-Qurʻan surat al-Maidah (5):78-81
لُعِنَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْۢ بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ عَلٰى لِسَانِ دَاوٗدَ وَعِيْسَى ابْنِ مَرْيَمَۗ ذٰلِكَ بِمَا عَصَوْا وَّكَانُوْا يَعْتَدُوْنَ
“Orang-orang yang kufur dari Bani Israil telah dilaknat (oleh Allah) melalui lisan (ucapan) Daud dan Isa putra Maryam. Hal itu karena mereka durhaka dan selalu melampaui batas.”
كَانُوْا لَا يَتَنَاهَوْنَ عَنْ مُّنْكَرٍ فَعَلُوْهُۗ لَبِئْسَ مَا كَانُوْا يَفْعَلُوْنَ
“Mereka tidak saling mencegah perbuatan mungkar yang mereka lakukan. Sungguh, itulah seburuk-buruk apa yang selalu mereka lakukan.”
تَرٰى كَثِيْرًا مِّنْهُمْ يَتَوَلَّوْنَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْاۗ لَبِئْسَ مَا قَدَّمَتْ لَهُمْ اَنْفُسُهُمْ اَنْ سَخِطَ اللّٰهُ عَلَيْهِمْ وَفِى الْعَذَابِ هُمْ خٰلِدُوْنَ
“Kamu melihat banyak di antara mereka bersekutu dengan orang-orang yang kufur (musyrik). Sungguh, itulah seburuk-buruk apa yang mereka lakukan untuk diri mereka sendiri (sehingga mengakibatkan) Allah murka kepada mereka. Mereka akan kekal dalam azab.”
وَلَوْ كَانُوْا يُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَالنَّبِيِّ وَمَآ اُنْزِلَ اِلَيْهِ مَا اتَّخَذُوْهُمْ اَوْلِيَاۤءَ وَلٰكِنَّ كَثِيْرًا مِّنْهُمْ فٰسِقُوْنَ
“Seandainya mereka beriman kepada Allah, Nabi (Muhammad), dan apa yang diturunkan kepadanya, niscaya mereka tidak akan menjadikan orang musyrik itu sebagai sekutu. Akan tetapi, banyak di antara mereka adalah orang-orang fasik.”
Setelah membaca ayat-ayat tersebut, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sungguh! Demi Allah! Kalian benar-benar harus mengajak kepada kebaikan dan mencegah keburukan; cegahlah mereka yang berbuat zalim dan serulah mereka kepada kebenaran yang hakiki, atau Allah akan menutup hati sebagian dari kalian dengan sebagian yang lain, kemudian melaknat kalian sebagaimana Dia telah melaknat mereka.”
Berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Taʻāla dan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tersebut, kita ketahui bahwa kemaksiatan makin menjadi-jadi jika orang saleh hanya diam. Oleh karena itu, kita wajib berbuat kesalehan dalam berbagai aspek kehidupan.
Memang kita menghadapi tantangan, bahkan, mungkin tentangan makin berat yang justru mungkin datang dari orang-orang terdekat: bisa keluarga dan bisa juga tetangga, teman, atau orang-orang yang sangat kita hormati karena pangkat, jabatan dan kekayaan. Namun, kita tidak boleh merasa lelah berbuat kesalehan!
Amal Terakhir
Jika amal terakhir adalah amal neraka, derita sepanjang masa kita rasa. Jika amal terakhir adalah amal surga, mulia kita selama-lamanya.
Boleh jadi, hari ini hari terakhir kita bersama keluarga. Hari terakhir kita bertemu dengan saudara, tetangga, dan teman. Hari terakhir kita beraktivitas apa pun.
Jangan pernah merasa lelah berbuat kesalehan, apalagi berhenti. Kita tetap mengajak kepada kebajikan dan mencegah kemungkaran dengan menasihati, menjadi teladan dalam kesalehan, dan senantiasa mendoakan, terutama orang terdekat kita mulai dari keluarga kita masing-masing, tetangga, dan lingkungan yang lebih luas lagi; dari yang kecil-kecil, dan mulai sekarang. Dengan semangat tahun baru, kita harus terus berbuat kesalehan.
Bismillah!

