Memahami Al-Qur`an Lewat Generasi Awal Kaum Muslimin (1)

Publish

3 May 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
1010
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Memahami Al-Qur`an Lewat Generasi Awal Kaum Muslimin (1)

Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas    

Prinsip kunci selanjutnya yang ingin saya bahas dalam menafsirkan Al-Qur`an adalah menelaah penjelasan yang diberikan oleh generasi Muslim paling awal. Ini adalah prinsip yang sangat penting. Sayangnya, kita tidak memiliki banyak penjelasan yang diberikan langsung oleh para sahabat Nabi. Keterangan yang ada lebih banyak berasal dari generasi berikutnya. Namun pada prinsipnya, semakin penjelasan tersebut berasal dari generasi yang lebih awal, maka ia semakin baik. Ini karena generasi paling awal adalah orang-orang yang lebih dekat dengan masa Nabi Muhammad SAW.

Mereka memahami masa itu, keadaan, dan peristiwa turunnya wahyu. Mereka melihat Nabi Muhammad SAW secara langsung. Mereka tahu apa yang beliau perjuangkan dan bagaimana Al-Qur`an diterapkan dan dipahami di masa hidup mereka. Tetapi catatan-catatan ini perlu kita telaah secara kritis karena catatan tersebut diberikan kepada kita oleh orang-orang yang datang belakangan, dan tidak semua catatan bisa dipercayai. Kita menyadari bahwa hadits itu beragam. Banyak hadits yang bisa diandalkan atau terpercaya, tapi ada juga hadits-hadits yang lemah bahkan palsu. Secara umum, hadits adalah perkataan atau ucapan apapun dari Nabi SAW. 

Berbicara tentang para sahabat Nabi SAW, kita bisa mengatakan bahwa jika ada orang yang tidak berhati-hati dalam menjaga perkataan Nabi SAW yang otentik, maka dipastikan mereka akan lebih tidak berhati-hati lagi dalam menjaga perkataan para sahabat Nabi.

Berbicara tentang generasi Muslim paling awal, kita membaginya atas tiga generasi. Yang pertama adalah para Sahabat Nabi. Lalu generasi berikutnya adaah yang disebut Tabi’in, yang secara harfiah berarti "para pengikut", dan kemudian Tabi’ut Tabi’in, yang berarti "pengikut dari para pengikut". Dengan kata lain, kita memiliki para sahabat yang ada bersama Nabi, para pengikut sahabat dan kemudian pengikut dari para pengikut sahabat. Jadi totalnya tiga generasi.

Nabi SAW bersabda, “Sebaik-baik manusia ialah pada generasiku (Sahabat), kemudian generasi berikutnya (Tabi’in), kemudian generasi berikutnya (Tabi’ut Tabi’in).” (HR. Bukhari No. 3651 dan Muslim No. 2533).” Hadits ini menegaskan tiga generasi tersebut. Pada saat sampai pada generasi ketiga, kita menemukan bahwa banyak hal menjadi semakin rancu. Kita tidak bisa terlalu bergantung pada perkataan orang-orang saat itu. Mereka mulai memberikan pendapat mereka sendiri. Bahkan apa yang diriwayatkan dari para sahabat Nabi SAW seringkali sudah mencakup pendapat mereka.

Suatu ketika Abu Bakar pernah ditanya tentang sebuah kata dalam Al-Qur`an, tepatnya di surah 4 ayat 12, yakni kalâlah (كَلَـٰلَةً). Kata ini merujuk kepada seseorang yang meninggal dunia tanpa meninggalkan keturunan atau orang tua. Jadi hartanya perlu dibagikan kepada ahli warisnya secara horizontal, bukan ke atas atau ke bawah dalam garis keturunannya. Tetapi ketika Abu Bakar ditanya tentang hal ini, beliau berkata, “Saya akan memberikan pendapat saya.” Di sini menunjukkan bahwa para Sahabat terkadang memberikan pendapat mereka. Dalam kasus ini, beliau sadar dan secara eksplisit menyatakan bahwa beliau sedang memberikan pendapatnya. Tetapi di lain waktu, orang mungkin saja hanya memberikan pendapat mereka, seperti yang wajar dilakukan manusia.

Terkadang orang membayangkan para Sahabat Nabi bekerja dengan prinsip yang sama seperti yang kita ketahui sekarang. Setelah lintasgenerasi, beratus-ratus tahun, para ulama telah menyempurnakan ilmu-ilmu Al-Qur`an dan prinsip-prinsip tafsir. Mereka telah menulis buku tentang hal ini dan sekarang menjadi standar. Untuk menafsirkan Al-Qur`an, Anda harus menggunakan prinsip-prinsip tertentu dalam urutan yang benar. 

Namun, kita tidak boleh berasumsi bahwa setiap sahabat Nabi memiliki prinsip yang sama. Faktanya para sahabat memiliki latar belakang yang sangat beragam. Ada 120.000 sahabat Nabi yang melakukan haji bersama beliau pada haji terakhir, yang disebut haji perpisahan (Haji Wada'/Hajjatul Wada' - حجة الوداع). 

Sebetulnya wajar jika kita tidak mengharapkan mereka semua memiliki kemampuan yang sama di antara kelompok orang yang begitu besar. Beberapa di antaranya adalah ulama, tapi lebih banyak sebagai orang awam, petani dan sebagainya. Tidak semua Sahabat selalu memiliki ketelitian ilmiah sama untuk memahami sesuatu, seperti meriwayatkan perkataan Nabi secara tepat. Ini sebetulnya alamiah dan masuk akal ketika para Sahabat ini menceritakan sesuatu. Semakin terpelajar seseorang, semakin akurat mereka dalam menyampaikan sesuatu. 

Tapi jika kita mengatakan bahwa apa pun yang dikatakan para Sahabat Nabi itu otentik, maka ini akan menjadi problematis. Kembali ke tafsir Al-Qur`an, ketika mereka memberikan interpretasi mereka tentang Al-Qur`an, terkadang mereka bisa saja berbicara dari pengamatan mereka sendiri, dari apa pun yang mereka anggap sebagai fakta dan keyakinan mereka sendiri. Mereka tidak perlu mengawalinya dengan mengatakan "Nabi berkata demikian". Mereka hanya memberi tahu kita apa artinya.

Namun, para Sahabat bisa saja menceritakan informasi yang beredar di sekitar mereka tentang tafsir Al-Qur`an karena semua orang mengetahui hal yang sama. Itu adalah fakta yang mereka tidak perlu bela atau bahkan lacak sumbernya. Apa yang mereka sampaikan kepada kita belum tentu sesuatu yang mereka pelajari dari Nabi SAW. Bisa jadi itu sesuatu seperti rumor yang beredar. (Bersambung)


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Oleh: Donny Syofyan Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas Sebagai Muslim, kita tentu meng....

Suara Muhammadiyah

9 February 2024

Wawasan

RUMUS BARU PENDIDIKAN: Menyisipkan Keberanian Melawan Narkoba dalam Kurikulum Oleh: Agus Setiawan ....

Suara Muhammadiyah

30 November 2023

Wawasan

Pemikiran Revitalisasi Ajaran Islam Oleh: Dr. Masud HMN, Dosen Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. H....

Suara Muhammadiyah

5 June 2024

Wawasan

Shalat dan Berkurban sebagai Wujud Syukur Oleh: Mohammad Fakhrudin Sebagai muslim mukmin menyadari....

Suara Muhammadiyah

25 May 2024

Wawasan

Rebranding StikesMu Tegal Berani Berubah Menjadi Universitas Refleksi Milad STIKes Muhammadiyah Teg....

Suara Muhammadiyah

12 September 2023

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah