Oleh: Prof Dr Muhadjir Effendy, MAP
Kader Muhammadiyah punya tanggung jawab tidak hanya pada umat, tetapi pada diri sendiri dan keluarga. Inilah yang membedakan kader Muhammadiyah dengan yang bukan kader. Sebagai kader Muhammadiyah, seyogianya harus menyiapkan diri untuk kepentingan diri, keluarga (ketika masanya), dan kepentingan umat. Perlu digarisbawahi, kader Muhammadiyah tidak cukup hanya mennyiapkan kepentingan umat tanpa menyiapkan kepentingan diri.
Bahkan, kepentingan diri harus diutamakan terlebih dahulu, baru kemudian kepentingan umat. Karena kalau tidak, kader Muhammadiyah akan tergantung kepada kehidupan justru dari umat. Dan itulah yang dikhawatirkan oleh Kiai Dahlan yang beliau pernah menyampaikan secercah pesan sangat menghunjam, “Hidup-hidupilah Muhammadiyah, jangan mencari hidup dalam Muhammadiyah.” Maka, siapkan betul kepentingan untuk diri sendiri juga kepentingan umat.
Dalam pepatah latin dikatakan, “Primum vivere, deinde philosophari.” Artinya kurang lebih seperti ini, kenyang dulu baru berpikir. Karena kalau lapar, kemudian berpikir, maka berpikirnya bagaimana supaya kenyang. Tidak bisa berpikir yang lain. Tapi kalau sudah kenyang, maka baru bisa berpikir yang lain. Kesimpulannya, siapkan diri secara cukup, dan kemudian memberikan sumbangsihnya kepada umat, Persyarikatan, dan bangsa. Itu yang menjadi ukuran dan patokan seorang kader Muhammadiyah.
Kader Muhammmadiyah punya batas kecukupan, di mana harus merasa cukup. Sehingga kalau sudah merasa cukup dengan batas itu, kalau mendapatkan yang lebih, maka mestinya disumbangsihkan kepada umat, Persyarikatan, dan bangsa. Jangan sampai kader Muhammadiyah kurang, sebab kalau kurang tentu tidak akan prima dalam memberikan pelayanan kepada umat, Persyarikatan, dan bangsa.
Ini harus menjadi pegangan bagi kader Muhammadiyah. Lebih dari itu, kader Muhammadiyah jangan hanya menguasai ilmu agama, tetapi harus mampu menguasai ilmu umum, termasuk di dalamnya menyangkut penguasaan teknologi yaang terus berkembang. Jangan ragu melakukan terobosan-terobosan, pembaruan-pembaruan, dan inovasi-inovasi, terutama dalam mengenal teknologi digital sekarang ini.
Kita harus punya keberanian untuk melakukan hal tersebut. Sebab kalau tidak, maka kita tidak akan pernah yakin menyerahkan masa depan Muhammadiyah kepada generasi muda. Oleh karena itu, saya berpesan kepada seluruh kader Muhammadiyah di manapun berada, hendaknya harus memiliki jiwa keberanian yang tinggi dan terus melangkah ke depan agar semakin baik. Mengingat masa depan Muhammadiyah itu berada di tangan kader Muhammadiyah hari ini.
Disarikan dari Pidato Kebangsaan “Pelepasan Santri Madrasah Mu’allimin Yogyakarta Tahun Pelajaran 2023/2024” di Sportorium UMY, Sabtu, 25 Mei 2024
Sumber: Majalah SM Edisi 12/2024