Kesempatan Berbuat Baik
Oleh: Amalia Irfani, Sekretaris LPP PWM Kalbar
Selalu ada ruang ikhtiar yang Allah beri untuk tiap hambaNya untuk bisa selalu melakukan kebaikan, sekecil apapun. Senyuman ikhlash saja Allah ganjar dengan nilai berupa pahala, juga saat seorang hamba mampu menjadikan sebuah rutinitas sehari-hari sebagai bagian menebar kebaikan (dakwah). Misalnya, memposting berita setelah terlebih dahulu melakukan tabayun, berupa informasi, nasehat-nasehat di media sosial bertujuan sebagai pengingat diri dan menambah ilmu.
Tujuannya pun harus "lurus" hanya ingin mendapatkan kemuliaan (izzah) Allah SWT, sebagai bentuk menjaga kehormatan diri (muru'ah), untuk menahan diri (iffah) dari hal-hal tidak baik yang mudah-murah kita dapatkan hanya dengan scroll atas bawah gawai yang kita bawa kemana-mana setiap hari.
Kesempatan melakukan kebaikan bukanlah sesuatu yang mudah didapatkan, kadang momen terlewati didepan mata. Keengganan, kalbu tidak tersentuh (karena tipisnya iman), berada dilingkungan toxic adalah diantara penyebab mengapa banyak diantara kita menjadikan waktu, kesempatan, usia sia-sia berlalu. Banyak hamba Allah yang baru tersadar disaat hidup terasa sempit, sakit menggerogoti tubuh, teman saudara yang dulu mendekat, semakin menjauh. Mengingatkan penulis dengan lirik lagu "Iman Mutiara", yang dipopulerkan grup Nasyid Raihan di tahun 2000an.
"Iman tak dapat diwarisi
Dari seorang ayah yang bertaqwa
Ia tak dapat dijual-beli
Ia tiada di tepian pantai
Walau apapun caranya jua
Engkau mendaki gunung yang tinggi
Engkau berentas lautan api
Namun tak dapat jua dimiliki
Jika tidak kembali pada Allah"
Lirik grup Nasyid asal Malaysia diatas, memiliki makna mendalam, sarat peringatan dan semangat bagi setiap muslim untuk tidak terlena dengan usia muda, kesehatan prima, kekayaan, gelar pendidikan, jabatan, pujian serta berbagai kemewahan dunia yang tidak pernah ada habis-habisnya. Bahkan keturunan sekalipun bukanlah jaminan anak (juga) seperti ayahnya akan beriman kepada Allah.
Tempaan berupa pendidikan dasar yang dimulai dari rumah, pendidikan formal di sekolah-perguruan tinggi serta lingkungan menjadi penentu. Pendidikan hingga jenjang strata tiga sekalipun tidak menjamin keluhuran nilai hidup seseorang jika tidak dibentengi pondasi agama yang kokoh.
Istiqamah dalam Kebaikan
Tentu tidak mudah untuk selalu dapat berbuat baik, taat dengan aturan dan larangan Allah SWT. Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan untuk tetap istiqamah dalam kebaikan: Pertama. Meluruskan niat. Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju.” (HR. Bukhari dan Muslim) [HR. Bukhari, no. 1 dan Muslim, no. 1907].
Kedua. Memahami ayat-ayat Al-Qur'an. Sebagai panduan dan tuntunan hidup, wajib hukumnya setiap muslim untuk menjadikan Al-Qur'an teman disetiap langkah kehidupan dengan membaca dan memahami isinya. Allah berfirman dalam Surat An-Nahl ayat 102, artinya: ”Katakanlah, “Rohulkudus (Jibril) menurunkan Al-Qur'an itu dari Tuhanmu dengan kebenaran, untuk meneguhkan (hati) orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang yang berserah diri (kepada Allah).”
Ketiga. Bergaul dan berkumpul dengan orang-orang Shaleh. Rasulullah SAW bersabda, “Setiap orang akan dikumpulkan bersama orang yang ia cintai.” (HR. Bukhari dan Muslim). Di hadist lain Rasulullah juga berujar, Artinya: “Dari Abu Musa, dari Nabi Muhammad, beliau bersabda: “Perumpamaan teman yang baik dengan teman yang buruk bagaikan penjual minyak wangi dengan pandai besi, ada kalanya penjual minyak wangi itu akan menghadiahkan kepadamu atau kamu membeli darinya atau kamu mendapatkan aroma wanginya. Sedangkan pandai besi ada kalanya (percikan apinya) akan membakar bajumu atau kamu akan mendapatkan aroma tidak sedap darinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari tiga cara diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa kebaikan akan melekat dan menjadi identitas diri karena pembiasaan dan lingkungan yang sehat. Semoga Allah selalu memudahkan niat baik kita dalam ketaatan hingga ujung usia.