Keteladanan RA Kartini Mendobrak Kejumudan

Publish

22 April 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
848
Surat Kartini kepada Rosa Abendanon Foto Istimewa

Surat Kartini kepada Rosa Abendanon Foto Istimewa

Keteladanan RA Kartini Mendobrak Kejumudan

Oleh: Rumini Zulfikar (Gus Zul), Penasehat PRM Troketon

"Tuhan menciptakan manusia dengan hak dan kewajiban yang sama, baik perempuan maupun laki-laki."

Setiap tanggal 21 April, kita memperingati Hari Kartini, mengenang sosok perempuan bernama Raden Ajeng Kartini, putri Raden Mas (RM) Adipati Ario Sosroningrat, Bupati Jepara. Kartini juga merupakan keturunan Sultan Hamengku Buwono VI dari Kraton Jogjakarta.

RA Kartini tumbuh sebagai putri seorang bupati di Jepara, hidup dalam lingkungan yang berkecukupan. Meskipun demikian, Kartini dikenal sebagai sosok yang mandiri dan penuh ambisi untuk mencoba hal baru. Dia bercita-cita membebaskan kaum perempuan dari ketertinggalan, agar bisa setara dengan laki-laki. Untuk itu, Kartini rajin membaca buku dan berinteraksi dengan dunia luar.

Dia juga membangun jaringan dengan mengirim surat ke teman-temannya di Eropa, walaupun awalnya orang tuanya menolak. Namun, berkat dorongan dan dukungan dari saudara-saudaranya, Kardinah dan Roekmini, semangat Kartini semakin menyala. Filosofinya adalah "Ilmu adalah jendela dunia," dan dia mengutip ungkapan, "Minnal Dzulumatin Ilan Nur" (Dari kegelapan menuju cahaya yang menerangi).

Selain itu, RA Kartini juga seorang santri yang cerdas, belajar agama dengan KH Sholeh Darat. Dia bahkan meminta penjelasan tafsir dari salah satu surat dalam Al-Qur'an.

Namun, meskipun bersemangat untuk belajar dan membebaskan perempuan dari belenggu ketertinggalan, Kartini harus menerima keputusan orang tuanya, terutama sang ayah, untuk menikah dengan sosok laki-laki pilihan mereka. Dia menikah dengan KRM Adipati Aria Singgih Djoyo Adiningrat, Bupati Rembang, pada 12 November 1903. Meskipun demikian, semangatnya untuk memperjuangkan hak-hak perempuan tetap menyala.

Keteladanan dari RA Kartini

Dari jejak RA Kartini, ada lima nilai yang bisa kita warisi semangat belajar yang tinggi: Kartini terus belajar dalam kondisi apa pun, termasuk setelah menjadi istri bupati. Dia juga belajar agama dari KH Sholeh Darat, seorang ulama terkenal di Semarang. Supel dalam pergaulan: Kartini tidak membeda-bedakan dalam bergaul, baik dengan kalangan ningrat maupun rakyat biasa.

Menghormati orang tua: Dia mengesampingkan egonya dengan mengikuti kehendak orang tuanya untuk menikah dengan sosok laki-laki pilihan mereka. Berani bermimpi: Kartini berani memimpikan kesetaraan bagi perempuan, melawan ketidakadilan, dan menghadapi tantangan. Berjiwa sosial: Dia gemar membantu orang lain, sebagaimana terlihat dari tindakan-tindakannya.

Sebagai generasi penerus, kita harus meneladani sifat-sifat yang Kartini tunjukkan selama hidupnya. Walaupun jasadnya sudah dikuburkan, nilai-nilai warisannya masih hidup.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Kekuatan Cinta Menyelamatkan Indonesia Oleh: Agusliadi Massere Indonesia adalah kode—yang me....

Suara Muhammadiyah

25 November 2023

Wawasan

Suara Muhammadiyah dan Revolusi Industri 2.0 Oleh Mu’arif Suara Muhammadiyah (SM) terbit per....

Suara Muhammadiyah

1 November 2023

Wawasan

Al-Qur`an Bukanlah Kitab Kekerasan Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Anda....

Suara Muhammadiyah

15 May 2024

Wawasan

Indonesia, Madura, dan Ritelmart Oleh: Saidun Derani, Dosen Pascasarjana UM-Surabaya dan UIN Syahid....

Suara Muhammadiyah

28 October 2024

Wawasan

"Mencari Simpati Hati dan Suara Pemilih" Oleh: Rumini Zulfikar Pemilu Tahun 2024 saat ini memasuk....

Suara Muhammadiyah

1 December 2023

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah