Keteladanan RA Kartini Mendobrak Kejumudan

Publish

22 April 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
794
Surat Kartini kepada Rosa Abendanon Foto Istimewa

Surat Kartini kepada Rosa Abendanon Foto Istimewa

Keteladanan RA Kartini Mendobrak Kejumudan

Oleh: Rumini Zulfikar (Gus Zul), Penasehat PRM Troketon

"Tuhan menciptakan manusia dengan hak dan kewajiban yang sama, baik perempuan maupun laki-laki."

Setiap tanggal 21 April, kita memperingati Hari Kartini, mengenang sosok perempuan bernama Raden Ajeng Kartini, putri Raden Mas (RM) Adipati Ario Sosroningrat, Bupati Jepara. Kartini juga merupakan keturunan Sultan Hamengku Buwono VI dari Kraton Jogjakarta.

RA Kartini tumbuh sebagai putri seorang bupati di Jepara, hidup dalam lingkungan yang berkecukupan. Meskipun demikian, Kartini dikenal sebagai sosok yang mandiri dan penuh ambisi untuk mencoba hal baru. Dia bercita-cita membebaskan kaum perempuan dari ketertinggalan, agar bisa setara dengan laki-laki. Untuk itu, Kartini rajin membaca buku dan berinteraksi dengan dunia luar.

Dia juga membangun jaringan dengan mengirim surat ke teman-temannya di Eropa, walaupun awalnya orang tuanya menolak. Namun, berkat dorongan dan dukungan dari saudara-saudaranya, Kardinah dan Roekmini, semangat Kartini semakin menyala. Filosofinya adalah "Ilmu adalah jendela dunia," dan dia mengutip ungkapan, "Minnal Dzulumatin Ilan Nur" (Dari kegelapan menuju cahaya yang menerangi).

Selain itu, RA Kartini juga seorang santri yang cerdas, belajar agama dengan KH Sholeh Darat. Dia bahkan meminta penjelasan tafsir dari salah satu surat dalam Al-Qur'an.

Namun, meskipun bersemangat untuk belajar dan membebaskan perempuan dari belenggu ketertinggalan, Kartini harus menerima keputusan orang tuanya, terutama sang ayah, untuk menikah dengan sosok laki-laki pilihan mereka. Dia menikah dengan KRM Adipati Aria Singgih Djoyo Adiningrat, Bupati Rembang, pada 12 November 1903. Meskipun demikian, semangatnya untuk memperjuangkan hak-hak perempuan tetap menyala.

Keteladanan dari RA Kartini

Dari jejak RA Kartini, ada lima nilai yang bisa kita warisi semangat belajar yang tinggi: Kartini terus belajar dalam kondisi apa pun, termasuk setelah menjadi istri bupati. Dia juga belajar agama dari KH Sholeh Darat, seorang ulama terkenal di Semarang. Supel dalam pergaulan: Kartini tidak membeda-bedakan dalam bergaul, baik dengan kalangan ningrat maupun rakyat biasa.

Menghormati orang tua: Dia mengesampingkan egonya dengan mengikuti kehendak orang tuanya untuk menikah dengan sosok laki-laki pilihan mereka. Berani bermimpi: Kartini berani memimpikan kesetaraan bagi perempuan, melawan ketidakadilan, dan menghadapi tantangan. Berjiwa sosial: Dia gemar membantu orang lain, sebagaimana terlihat dari tindakan-tindakannya.

Sebagai generasi penerus, kita harus meneladani sifat-sifat yang Kartini tunjukkan selama hidupnya. Walaupun jasadnya sudah dikuburkan, nilai-nilai warisannya masih hidup.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Menuntut Ilmu dan Jalan Penuh Liku  Kampus UGM, Bulaksumur-Jogja, medio 1999. Aku naik ke lant....

Suara Muhammadiyah

28 October 2023

Wawasan

Refleksi 111 Tahun Milad Muhammadiyah Oleh : Rifai Aprian Milad Muhammadiyah ke-111 tahun yang jat....

Suara Muhammadiyah

19 November 2023

Wawasan

Jangan Mempermainkan Agama Oleh : M. Rifqi Rosyidi, Lc., M.Ag, Mudir Pondok Modern Muhammadiyah Pac....

Suara Muhammadiyah

23 August 2024

Wawasan

Industri Fashion Halal Oleh: Andy Putra Wijaya, Dosen Perbankan Syariah, Universitas Ahmad Dahlan ....

Suara Muhammadiyah

7 June 2024

Wawasan

Oleh: Alif Syarifuddin Ahmad (ASA), Koordinator PPTQ Subulussalam kelas Masa Keemasan/Lansia Kota Te....

Suara Muhammadiyah

15 January 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah