Surabaya, Suara Muhammadiyah – Memahami peta dakwah sebelum terjun di lapangan menjadi bekal penting bagi para calon dai. Hal ini disampaikan oleh Muchamad Arifin, Ketua Lembaga Dakwah Komunitas (LDK) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, saat mengisi materi bertema Peta Dakwah dan Tantangan pada kegiatan Diklat Kader Takmir dan Dai Muda yang diselenggarakan Majelis Tabligh Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Kenjeran, Surabaya, Jawa Timur.
Kegiatan yang berlangsung Ahad, 10 Agustus 2025 di ruang utama Masjid At-Taqwa Pogot Surabaya ini diikuti 60 kader takmir dan dai muda se-PCM Kenjeran. Dalam suasana yang hangat dan antusias, para peserta, yang mayoritas berusia muda, mendapatkan pembekalan strategi dakwah yang aplikatif dan relevan dengan kondisi kekinian.
Dalam paparannya, Arifin menggarisbawahi bahwa memahami peta dakwah adalah langkah awal yang menentukan keberhasilan seorang dai. Ia menuturkan pengalamannya melakukan perjalanan ke berbagai daerah terpencil kategori 3T (terdepan, terluar, tertinggal), yang menjadi ilustrasi nyata tantangan dakwah di lapangan. Cerita-cerita tersebut menjadi bagian menarik yang membuat peserta semakin terlibat.
Di sela-sela pemaparan, Ustad Arifin secara spontan menawarkan kesempatan bagi para dai muda untuk terjun berdakwah ke daerah 3T, sambil bergurau bahwa akan ada “bonus” berupa jaminan mendapatkan gadis tercantik di daerah tersebut. Pernyataan itu langsung disambut tawa riuh dan semangat dari peserta, membuat suasana semakin cair namun tetap penuh makna.
Materi yang disampaikan juga dilengkapi dengan model dakwah di berbagai komunitas, memberi wawasan praktis bagi para dai muda. Menurutnya, strategi dan konten dakwah sesungguhnya telah dijelaskan secara gamblang dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 125. Ayat tersebut ia jabarkan secara rinci, disertai contoh kasus nyata yang pernah terjadi di tengah masyarakat.
Selain itu, Arifin memaparkan strategi memanfaatkan teknologi digital sebagai media dakwah. Melalui layar proyektor, ia menunjukkan cara sederhana mengakses berbagai kitab fiqih dan kitab klasik hanya melalui gawai. “Gadget yang kita miliki bisa menjadi perpustakaan berjalan jika dimanfaatkan untuk memperdalam ilmu dan menyampaikan dakwah,” ujarnya.
Sesi materi juga diselingi dengan pemutaran video-video motivasi yang menguatkan semangat berdakwah. Waktu pun terasa cepat berlalu, hingga para peserta tak menyadari acara telah tiba di penghujung. Antusiasme yang tinggi menjadi tanda bahwa bekal yang mereka dapatkan akan menjadi modal berharga untuk terjun ke medan dakwah di masa depan. (R/Anggi)