BANDUNG, Suara Muhammadiyah – Dalam resepsi Milad 111 tahun Muhammadiyah yang berlangsung di Gedung Budaya Sabilulungan Soreang, Kabupaten Bandung, pada 16 Desember 2023 lalu, PWM Jawa Barat memberikan Anugerah Lifetime Achievement kepada KH Muthalib Usman.
Secara terpisah, salah satu cucu KH Muthalib Usman, Eriza Rahmasari, mengucapkan terima kasih kepada PWM Jawa Barat dan juga pemerintah karena jasa dan perjuangan sang kakek mendapatkan apresiasi yang sangat luar biasa.
”Ketika kakek kami meninggal dunia, saya waktu itu masih kuliah. Kami merasakan betul kehangatan dan karisma beliau,” tutur Eriza via pesan singkat pada Jumat (19/01/2024).
“Kakek kami merupakan tokoh yang selalu murah senyum kepada siapa saja. Termasuk kepada orang yang memusuhi sekalipun. Karena akhlaknya yang seperti itu pula banyak orang tadinya memusuhi jadi mendukung,” kata Eriza.
Untuk diketahui, KH Muthalib Usman lahir di Kukusan Utara, Depok, Jawa Barat, pada 06 Juni 1918. Ayahnya bernama Disan, sedangkan ibunya bernama Nebah. Sang ayah meninggal saat KH Muthalib Usman baru menginjak usia lima tahun.
KH Muthalib Usman gemar mengikuti pengajian dan gemar membaca berbagai jenis buku. Saat pindah ke Jakarta, KH Muthalib Usman resmi menjadi anggota Muhammadiyah, tepatnya pada 01 Juli 1938.
Tampaknya, KH Muthalib Usman tidak bisa lepas dari wilayah Kukusan. Di kawasan inilah pada 21 Juni 1953 KH Muthalib Usman merintis pendirian Muhammadiyah. Sebelum merintis pendirian Muhammadiyah, KH Muthalib Usman berkonsultasi dengan tokoh-tokoh Muhammadiyah dan melakukan berbagai pendekatan terlebih dahulu.
Pada 1953, KH Muthalib Usman menghadiri Muktamar ke-32 Muhammadiyah di Purwokerto, Jawa Tengah. Peristiwa lima tahunan Muhammadiyah ini ternyata menjadi titik awal berdirinya Muhammadiyah di Kota Belimbing, julukan Kota Depok yang dipelopori KH Muthalib Usman.
Oleh karena itu, ia pun bertekad mendirikan Muhammadiyah di Kukusan, Kota Depok, kampung halamannya, sepulangnya dari muktamar.
Banyak tantangan yang dihadapi KH Muthalib Usman dalam mensyiarkan Muhamadiyah. Ia dituduh wahabi, golongan kafir, maling kunut, tukang ubah agama, dan banyak lagi. Namun, semua tuduhan itu dihadapi dengan senyuman dan amal nyata.
Ditempa berbagai tantangan dan hambatan, lambat laun Muhammadiyah terus berkembang sehingga terbentuklah PCM Depok. KH Muthalib Usman menjadi pemimpin selama beberapa periode. Terhitung sejak 1961 sampai terbentuknya PDM Kota Depok pada 1990. Pada masa kepemimpinannya, Muhammadiyah mengalami perkembangan yang signifikan.
Ulama Muhammadiyah yang berpengaruh ini wafat dalam usia 81 tahun. Tepatnya pada Sabtu tanggal 24 Juli 1999. Ia wafat meninggalkan seorang istri, 7 anak, dan 24 orang cucu.*