Khutbah Idul Fitri: Menuju Baldatun Thayyibah dalam Ampunan Allah

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
199
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Khutbah Idul Fitri: Menuju Baldatun Thayyibah dalam Ampunan Allah  

Oleh: Dr. Drs. Immawan Wahyudi, MH, Dosen Fakultas Hukum UAD – Anggota Majelis Pendidikan Tinggi dan Litbang PP Muhammadiyah

 الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَه لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَر- اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ- اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ- اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَأَعَزَّ جُنْدَهُ، وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ فَقَالَ اللهُ تَعَالَى:   

وَا لَّذِيْنَ لَا يَدْعُوْنَ مَعَ اللّٰهِ اِلٰهًا اٰخَرَ وَلَا يَقْتُلُوْنَ النَّفْسَ الَّتِيْ حَرَّمَ اللّٰهُ اِلَّا بِا لْحَـقِّ وَلَا يَزْنُوْنَ ۚ وَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ يَلْقَ اَثَا مًا يُضٰعَفْ لَهُ الْعَذَا بُ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ وَيَخْلُدْ فِيْهٖ مُهَا نًا

اِلَّا مَنْ تَا بَ وَاٰ مَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًـا فَاُ ولٰٓئِكَ يُبَدِّلُ اللّٰهُ سَيِّاٰتِهِمْ حَسَنٰتٍ ۗ وَكَا نَ اللّٰهُ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا

Kaum muslimin rahimakumullah,

Marilah kita senantiasa memohon kepada Allah Swt agar dapat memperbaharui syahadah kita, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan selain Allah dan   Nabi Muhammad Saw adalah Nabi dan Utusan Allah, penutup dari   para nabi dan rasul   yang telah membebaskan manusia dari alam kegelapan kekafiran menuju alam penuh cahaya keimanan. Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan Allah kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad Saw, beserta keluarganya, para sahabatnya dan   para pengikut petunjuk dan sunnahnya hingga akhir zaman. Amiin. 

Berakhirnya Syahrul Mubarok, kita memasuki bulan syawwal yang mudah-mudahan membawa semangat dan inspirasi kita  dalam meningkatkan amal ibadah dan amal shaleh kita dalam segala aspek kehidupan.  Bijak kiranya jika kita terus mawas diri, dan memelihara semangat beribadah sebagaimana telah kita laksanakan dalam bulan suci yang penuh pengampunan dan kemuliaan. Semoga semua hal yang semestinya menjadi buah dari shiyam ramadhan dengan segala amalan wajib dan sunnah kiranya akan terus menyertai kita di hari-hari yang akan datang. 

Kemampuan kita dalam menahan diri dari segala pikiran, ucapan dan tindakan yang dilarang oleh Allah Swt dan oleh Nabi Muhammad Saw, kita maksimalkan dalam memanfaatan waktu untuk memperbanyak amal shalih. Kemampuan kita memperbesar semangat peduli kemanusiaan, kesediaan kita untuk membantu dan menggembirakan saudara-saudara kita  dan kesediaan kita dalam ikhtiar terus menerus mendidik diri menjadi orang yang beriman secara sempurna, semoga diberi balasan oleh Allah dengan menjadikan kita sebagai orang yang masuk dalam golongan orang-orang yang beriman dan bertaqwa kepadaNya. Secara khusus kesediaan kita untuk saling bermaaf-maafan di hari raya Ied al Fithri semoga dimasukkan sebagai amal ibadah yang ditetapkan Allah pahalanya. 

Allahu Akbar – Allahu Akbar – Allahu Akbar. Laa ilaaha illa Allah. Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahi al-hamd.  

  Kaum Muslimin yang berbahagia. Marilah kita syukuri dengan sebesar-besar kesyukuran atas segala ni’mat yang dikaruniakan Allah Swt berupa ni’mat Iman dan Islam, demikian pula ni’mat kita dapat menunaikan ‘ibadah shiyam dan ni’mat yang kita rasakan kehidupan rumah tangga yang sakinah mawaddah wa rahmah, dan keni’matan kehidupan dalam berbangsa dan bernegara dengan harapan kiranya  Allah  mengampuni semua khilaf, salah,  dan dosa kita dan menjadikan negara kita menjadi negara yang indah dan penuh ampunan: baldatun thayyibatun wa rabbun ghafuur.  Aamiin.

Kisah Wahsyi bin Harb

Seluas apakah kiranya ampunan Allah kepada hambaNya yang diciptakanNya dalam kemuliaan ini. Sekelumit kisah dari Wahsyi bin Harb yang menjadi penyebab wafanya Sayidina Hamzah ra dapat memberikan gambaran yang baik. Dengan mengemban tugas dari Hindun istri Abu Sufyan dan dengan harapan memperoleh berbaga hadiah dan dibebaskan dari posisinya sebagai budak, Wahsyi berangkat ke medan perang Uhud. 

Wahsyi bin Harb, mantan budak yang kemudian menjadi sahabat Nabi Muhammad, terkenal karena membunuh paman Nabi, Hamzah bin Abdul Muthalib,  kemudian ia bertobat dan masuk Islam. Wahsyi adalah budak dari Jubair bin Muth'im. Ia dijanjikan kebebasan apabila berhasil membunuh salah satu dari dua orang, Ali bin Abi Thalib ra atau Hamzah bin Abdul Muthalib ra. Ini permintaan Hindun, istri Abu Sufyan bin Harb, yang ingin membalas dendam atas kematian ayahnya, pamannya, dan saudara-saudaranya dalam Perang Badar. Dalam Perang Uhud itu, Wahsyi berhasil membunuh Hamzah ra dengan tombak yang ia lemparkan. Sayidina Hamzah ra gugur sebagai syahid karena lemparan tombak Wahsyi yag tepat mengenai ulu hati beliau. Sesudah Perang Uhud, Wahsyi kembali ke Makkah dalam keadaan merdeka dari perbudakan. Dalam kondisi sosial masyarakat telah kembali normal, Rasulullah Saw menyarankan agar Wahsyi memeluk Islam. Kepada utusan Rasulullah Wahsyi menjawab, dengan mengatakan; “bagaimana mungkin saya akan masuk Islam, karena saya telah melakukan dosa menyembah selain Allah, telah membunuh dan juga telah berzina.” Tiga dosa besar Wahsyi ini termaktub dalam al-Qur’an sebagaimana firman Allah Swt dalam surat al-Furqon: 68 - 69.

وَا لَّذِيْنَ لَا يَدْعُوْنَ مَعَ اللّٰهِ اِلٰهًا اٰخَرَ وَلَا يَقْتُلُوْنَ النَّفْسَ الَّتِيْ حَرَّمَ اللّٰهُ اِلَّا بِا لْحَـقِّ وَلَا يَزْنُوْنَ ۚ وَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ يَلْقَ اَثَا مًا يُضٰعَفْ لَهُ الْعَذَا بُ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ وَيَخْلُدْ فِيْهٖ مُهَا نًا

"…dan orang-orang yang tidak menyekutukan Allah dengan sembahan lain dan tidak membunuh orang yang diharamkan Allah kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina; dan barang siapa melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat hukuman yang berat - (yakni) akan dilipatgandakan azab untuknya pada hari Kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina”

Di tengah permenungan Rasulullah Saw atas jawaban Wahsyi, Allah Swt mengutus Malaikat Jibril untuk menyampaikan wahyu yang sekaligus juga menjawab pernyataan Wahsyi. Allah Swt berfirman:

اِلَّا مَنْ تَا بَ وَاٰ مَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًـا فَاُ ولٰٓئِكَ يُبَدِّلُ اللّٰهُ سَيِّاٰتِهِمْ حَسَنٰتٍ ۗ وَكَا نَ اللّٰهُ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا   

“kecuali orang-orang yang bertobat dan beriman dan mengerjakan kebajikan; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebaikan. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang."(QS. Al-Furqan (25): Ayat 70)

Apa yang diperoleh dari kisah Wahsyi adalah bahwa Allah Swt memang Dzat Yang Maha Pengampun dan melarang hambaNya berputus asa dalam memperoleh ampunan dariNya. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: 

قُلْ يٰعِبَا دِيَ الَّذِيْنَ اَسْرَفُوْا عَلٰۤى اَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًا ۗ اِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

"Katakanlah, "Wahai hamba-hamba-Ku yang telah melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS. Az-Zumar 39: Ayat 53)

 Islam dan Prinsip Kenanusiaan

Dalam prinsip kemanusiaan sebagai khathib kami menekankan pada proses pengampunan dosa bagi tiap individu maupun dosa yang berkaitan dengan jabatan publik. Dalam firman Allah yang artinya "kecuali orang-orang yang bertobat dan beriman dan mengerjakan kebajikan; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebaikan…” tidak ada isyarat pembedaan antara dosa personal dengan dosa yang terkat dengan jabatan publik atau tindakan yang berakibat pada kepentingan publik. Namun demikian Allah berfirman dalam surat Al-Qashash ayat 28:

وَ مَا كَا نَ رَبُّكَ مُهْلِكَ الْقُرٰى حَتّٰى يَبْعَثَ فِيْۤ اُمِّهَا رَسُوْلًا يَّتْلُوْا عَلَيْهِمْ اٰيٰتِنَا ۚ وَمَا كُنَّا مُهْلِكِى الْقُرٰۤى اِلَّا وَاَ هْلُهَا ظٰلِمُوْنَ

"Dan Tuhanmu tidak akan membinasakan negeri-negeri, sebelum Dia mengutus seorang rasul di ibukotanya yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka; dan tidak pernah (pula) Kami membinasakan (penduduk) negeri; kecuali penduduknya melakukan kezaliman." Demikian pula Allah Swt juga telah berfirman dalam surat Ibrahim ayat 42:

وَلَا تَحْسَبَنَّ اللّٰهَ غَا فِلًا عَمَّا يَعْمَلُ الظّٰلِمُوْنَ ۗ اِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيْهِ الْاَ بْصَا رُ 

"Dan janganlah engkau mengira, bahwa Allah lengah dari apa yang diperbuat oleh orang yang zalim. Sesungguhnya Allah menangguhkan mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak," (QS. Ibrahim 14: Ayat 42)

Menuju cita-cita baldatun thayyibatun wa rabbun ghafuur  hendaknya terlebih dahulu kita membangun kepemimpinan yang sejalan dengan maksud dan tujuan didirikannya negara dan  prinsip-prinsip dalam kehidupan manusia serta dengan sungguh-sungguh menjauhi perilaku dzalim. Alasan-alasan mendasar tentang kewajiban untuk terus membangun masyarakat menuju baldatun thayyibah adalah bahwa maju mundurnya suatu bangsa akan sangat tergantung pada dua hal: pertama, pemimpin yang adil dan menyejahterakan masyarakat, kedua, masyarakat yang sungguh-sungguh menjauhi kedzaliman. Dalam hal mempersiapkan kepemimpinan yang baik, kita diperintahkan oleh Allah Swt untuk ekstra hati-hati dalam memilih pemimpin. Firman Allah dalam surat al Baqarah 166 – 167 : 

اِذْ تَبَرَّاَ الَّذِيْنَ اتُّبِعُوْا مِنَ الَّذِيْنَ اتَّبَعُوْا وَرَاَ وُا الْعَذَا بَ وَ تَقَطَّعَتْ بِهِمُ الْاَ سْبَا بُ

وَقَا لَ الَّذِيْنَ اتَّبَعُوْا لَوْ اَنَّ لَنَا كَرَّةً فَنَتَبَرَّاَ مِنْهُمْ ۗ كَمَا تَبَرَّءُوْا مِنَّا ۗ كَذٰلِكَ يُرِيْهِمُ اللّٰهُ اَعْمَا لَهُمْ حَسَرٰتٍ عَلَيْهِمْ ۗ وَمَا هُمْ بِخٰرِجِيْنَ مِنَ النَّا رِ

Artinya; "Dan orang-orang yang mengikuti (pemimpin yang telah dipihnya) berkata, "Sekiranya kami mendapat kesempatan (kembali ke dunia), tentu kami akan berlepas tangan dari mereka, sebagaimana mereka berlepas tangan dari kami." Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka perbuatan mereka yang menjadi penyesalan mereka. Dan mereka tidak akan keluar dari api neraka." (Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti berlepas tangan dari orang-orang yang mengikuti, dan mereka melihat azab, dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 166-167)

Dalam hal prinsip kedua, yakni masyarakat yang berusaha dengan keras menjauhi dan atau menghindari perilaku dzalim Rasulullah Saw bersabda yang artinya; “Sungguh kezaliman adalah kegelapan pada Hari Kiamat.” (HR Al-Bukhari). Kedzaliman dalam segala bentuknya adalah haram. Islam telah memberikan perlindungan kepada setiap muslim atas harta, darah dan jiwa mereka. Rasulullah saw, bersaabda dalam Khutbah Wada’; “Sungguh darah kalian, harta kalian dan kehormatan kalian haram atas kalian sebagaimana haramnya hari kalian ini, pada bulan kalian ini dan di negeri kalian ini.” (HR Al-Bukhari dan Muslim).

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَ مَنْ يَّعْمَلْ سُوْٓءًا اَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهٗ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللّٰهَ يَجِدِ اللّٰهَ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا

"Dan barang siapa berbuat kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian dia memohon ampunan kepada Allah, niscaya dia akan mendapatkan Allah Maha Pengampun, lagi Maha Penyayang." (QS. An-Nisa' 4: Ayat 110).

 Allah Swt berfirman : 

اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَهَاجَرُوْا وَجَاهَدُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ بِاَمْوَالِهِمْ وَاَنْفُسِهِمْۙ اَعْظَمُ دَرَجَةً عِنْدَ اللّٰهِ ۗوَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْفَاۤىِٕزُوْنَ يُبَشِّرُهُمْ رَبُّهُمْ بِرَحْمَةٍ مِّنْهُ وَرِضْوَانٍ وَّجَنّٰتٍ لَّهُمْ فِيْهَا نَعِيْمٌ مُّقِيْمٌۙ

 Artinya: “Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi  derajatnya di sisi Allah, dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan. Tuhan mereka menggembirakan mereka dengan memberikan rahmat dari-Nya, keridhaan dan syurga, mereka memperoleh di dalamnya kesenangan yang kekal.”

Allahu akbar – Allahu akbar walillaahilhamd        

Jama’ah shalat ’ied rahimakumullah, kita semua tidak akan dapat membangun apapun yang kita angankan, melainkan dengan terus-menerus berikhtiar dan berserah diri kepada Allah dengan ampunanNya dan menjauhi semua larangannya.   Hanya Allahlah  Zat Maha Pencipta dan memelihara alam beserta segala isinya dan Zat Yang Maha Kuasa atas apa yang dikehendakiNya. Firman Allah dalam surat Muhammad ayat 7 : 

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ تَنْصُرُوا اللّٰهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ اَقْدَامَكُمْ

 Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia  akan menolongmu dan akan meneguhkan kedudukanmu.”

Jama’ah Ied rahimakumullah, atas semua harapan atas kemuliaan muslimin dan muslimat ini, marilah  kita sungguh-sungguh bermunajah kepada Allah, dengan hati yang khusyu’  semoga kita semua diberi ampunan dan kehidupan yang lebih baik dalam menyelenggarakan kehidupan berkeluarga, berbangsa dan bernegara. Aamiin. 

 أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

 بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

 

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ 

رَبَّنَا وَاٰ تِنَا مَا وَعَدْتَّنَا عَلٰى رُسُلِكَ وَلَا تُخْزِنَا يَوْمَ الْقِيٰمَةِ ۗ  

رَبَّنَا وَا جْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَـكَ وَ مِنْ ذُرِّيَّتِنَاۤ اُمَّةً مُّسْلِمَةً لَّكَ ۖ وَاَ رِنَا مَنَا 

سِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا ۚ اِنَّكَ اَنْتَ التَّوَّا بُ الرَّحِيْمُ 

  رَبَّنَاۤ اٰتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّفِى الْاٰ خِرَةِ حَسَنَةً وَّ قِنَا عَذَا بَ النَّا رِ

وَصَلَّى اللهُ عَلى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ 

 


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Khutbah

Oleh: Muhammad Nasri Dini, Kepala SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo, Wakil Ketua Majelis Tabligh PDM Suk....

Suara Muhammadiyah

2 January 2025

Khutbah

Semangat Berkurban Bisa Ada pada Kaum Dzu'afa Oleh: Mohammad Fakhrudin الحَمْدُ للهِ �....

Suara Muhammadiyah

13 June 2024

Khutbah

Khutbah Jum'at: Moderasi Beragama  إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَد....

Suara Muhammadiyah

22 December 2023

Khutbah

Khutbah Idul Fitri: Memahami Makna Kemengan Oleh Deri Adlis. SHI. Mubaligh Muhammadiyah Kepulauan A....

Suara Muhammadiyah

6 April 2024

Khutbah

Oleh: Rian Adriand إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْت....

Suara Muhammadiyah

21 September 2023

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah