Oleh: Safwannur
Alumnus Ponpes Ihyaaussunnah Lhokseumawe, Aceh dan Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah (PUTM) Yogyakarta. Pengajar di Ma’had Darul Arqam Muhammadiyah Daerah Garut
إِنَّ الْحَمْدَ لِلّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بالله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إلهَ إلا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
قَالَ تَعَالَى: .....وَاَوْفُوْا بِالْعَهْدِۖ اِنَّ الْعَهْدَ كَانَ مَسْـُٔوْلًا.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Pesta demokrasi telah selesai dilaksanakan untuk memilih pemegang kekuasaan baik eksekutif maupun legislatif. Rakyat Indonesia telah menyalurkan hak pilihnya pada pemilu untuk menentukan Presiden dan Wakil Presiden serta anggota parlemen, mulai dari level daerah hingga nasional dengan masa jabatan lima tahun.
Sebelum pemungutan suara, para kontestan politik disibukkan dengan berbagai kegiatan, untuk memperkenalkan diri kepada publik dalam rangka meraup dukungan. Beragam alat peraga kampanye tersebar di lokasi-lokasi strategis lengkap dengan foto, jargon dan janji-janji politik para peserta pemilu.
Dalam proses demokrasi, tidak bisa dipungkiri, ada yang terpilih dan ada yang tidak terpilih. Siap mencalonkan diri berarti siap menang dan siap kalah. Masing-masing calon bersaing ketat untuk merebut suara rakyat. Calon yang dinyatakan menang akan mengemban amanat rakyat yang tidak ringan. Calon yang kalah harus legawa menerima kekalahan sebagai wujud integritas politik.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Ada tanggung jawab besar yang akan dipikul oleh para pejabat terpilih. Suara rakyat yang telah mengantarkan mereka ke kursi elite kekuasaan tidak boleh dikhianati. Saat masa kampanye, mereka menawarkan janji-janji untuk meraih simpati. Ketika jabatan sudah dalam genggaman, janji-janji itu harus direalisasikan sebagai bukti setia kepada rakyat yang telah menyumbangkan suara.
Janji juga harus dipertanggungjawabkan kelak di mahkamah Ilahi. Allah SWT berfirman:
.....وَاَوْفُوْا بِالْعَهْدِۖ اِنَّ الْعَهْدَ كَانَ مَسْـُٔوْلًا
“…..Dan penuhilah janji, karena janji itu pasti diminta pertanggungjawabannya.” (QS al-Isra’ [17]: 34).
Jabatan bukan hanya sekadar untuk menaikkan reputasi pasca memenangkan kontestasi. Tetapi ada tanggung jawab moral yang harus ditunaikan kepada rakyat yang telah memberikan mandat. Oleh sebab itu, sebelum memutuskan untuk mencalonkan diri dalam suatu jabatan, hendaknya seseorang mengukur kemampuan dirinya terlebih dahulu. Apakah dia sanggup atau tidak untuk menjalankan tugas bila kelak terpilih.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Jabatan merupakan amanah berat yang harus dipertanggungjawabkan kelak di hadapan Allah SWT. Oleh sebab itu, Rasulullah SAW sangat selektif dalam menunjuk seseorang untuk menduduki jabatan tertentu. Beliau memberikan mandat jabatan sesuai dengan latar belakang kecakapan para sahabat pada masa itu.
Abu Dzar menceritakan bahwa suatu ketika dia berkata kepada Rasulullah SAW:
يَا رسول الله، ألا تَسْتَعْمِلُني؟ فَضَرَبَ بِيَدِهِ عَلَى مَنْكِبي، ثُمَّ قَالَ: يَا أَبَا ذَرٍّ، إنَّكَ ضَعِيفٌ، وإنّها أمانةٌ، وَإنَّهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ خِزْيٌ وَنَدَامَةٌ، إلا مَنْ أخَذَهَا بِحَقِّهَا، وَأدَّى الَّذِي عَلَيْهِ فِيهَا (رواه مسلم).
“Wahai Rasulullah, tidakkah anda menjadikanku sebagai pegawai (pejabat)?” Abu Dzar berkata: “Kemudian beliau menepuk bahuku dengan tangan beliau seraya bersabda: “Wahai Abu Dzar, kamu ini lemah (untuk memegang jabatan) padahal jabatan merupakan amanah. Pada hari kiamat ia adalah kehinaan dan penyesalan, kecuali bagi siapa yang mengambilnya dengan haq dan melaksanakan tugas dengan benar.” (HR Muslim).
Orang yang menduduki suatu jabatan harus memiliki keahlian tertentu sesuai dengan posisi yang akan dia tempati. Jabatan itu tidak boleh dia dapatkan dengan cara yang salah atau penuh dengan kecurangan. Saat menjabat, dia berkewajiban untuk melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya dengan baik dan tidak menyalahgunakan wewenang jabatan.
Terkait pentingnya menjaga amanah, Abu Hurairah meriwayatkan, Nabi SAW bersabda:
فَإِذَا ضُيِّعَتْ الْأَمَانَةُ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ قَالَ كَيْفَ إِضَاعَتُهَا قَالَ إِذَا وُسِّدَ الْأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ
“Apabila sudah hilang amanah maka tunggulah terjadinya kiamat.” Salah seorang dari kalangan Arab Badui bertanya: “Bagaimana hilangnya amanah itu?” Nabi SAW menjawab: “Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah terjadinya kiamat.” (HR al-Bukhari).
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Elite Bangsa bertanggung jawab untuk memikirkan kesejahteraan rakyat. Selama menjabat mereka mendapatkan gaji dan fasilitas jabatan lainnya dari uang rakyat. Dengan demikian, mereka harus tampil menjadi solusi dengan memberikan kemudahan kepada rakyat, bukan justru mempersulit rakyat dengan kebijakannya. Kemudahan yang diberikan kepada rakyat akan berdampak positif baginya di hari pembalasan kelak. Hal ini berdasarkan riwayat dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda,
مَنْ نَـفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُـرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا ، نَـفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُـرْبَةً مِنْ كُـرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَـى مُـعْسِرٍ ، يَسَّـرَ اللهُ عَلَيْهِ فِـي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ، وَمَنْ سَتَـرَ مُسْلِمًـا ، سَتَـرَهُ اللهُ فِـي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ، وَاللهُ فِـي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ
“Barangsiapa yang menghilangkan satu kesulitan seorang mukmin yang lain dari kesulitannya di dunia, niscaya Allah akan menghilangkan darinya satu kesulitan pada hari kiamat. Barangsiapa yang meringankan orang yang kesusahan, niscaya Allah akan meringankan baginya (urusannya) di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutupi (aib) seorang Muslim, maka Allâh akan menutup (aib)nya di dunia dan akhirat. Allah senantiasa menolong seorang hamba selama hamba tersebut menolong saudaranya.” (HR Muslim).
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Mudah-mudahan Allah SWT menganugerahkan kepada bangsa ini pemimpin dan wakil rakyat yang menjalankan amanah dengan sebaik-baiknya demi kepentingan rakyat. Sebagai rakyat, kita juga harus bersikap kritis terhadap kebijakan penguasa sebagai wujud kepedulian terhadap kepentingan publik. Dalam menyuarakan masukan-masukan konstruktif kepada para pemangku kebijakan harus melalui cara yang santun dan berkeadaban, bukan dengan jalan yang tidak terpuji.
بَارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَجَعَلَنَا اللهُ مِنَ الَّذِيْنَ يَسْتَمِعُوْنَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُوْنَ أَحْسَنَهُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِـرُ الله لِيْ وَلَكُمْ.
KHUTBAH KEDUA
اَلْحَمْدُ لله الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَـقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إله إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ،
اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ:
قَالَ الله تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا.
اللهم اغْـفِـرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمَنَاتِ, الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ, إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْواتِ, يَا قَضِيَ الْحَاجَتِ, رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ, رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْـفِـرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ، اللهم إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى. اللهم إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيْعِ سَخَطِكَ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. وَصَلى الله عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.