Oleh: Wahjudin, Anggota PRM Podosari Kesesi Pekalongan
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ خَلَقَ الْأَرْضَ وَزَيَّنَهَا بِالنَّبَاتِ وَالْأَشْجَارِ، وَجَعَلَ الْإِنْسَانَ خَلِيْفَةً فِيْهَا لِيُعَمِّرَهَا بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ، وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah
Alam adalah amanah besar dari Allah kepada manusia. Allah tidak menciptakan bumi ini sia-sia. Gunung, sungai, laut, hewan, dan tumbuhan, semuanya memiliki peran untuk menjaga keseimbangan kehidupan. Sayangnya, manusia yang diberi akal sering kali menjadi perusak, bukan penjaga. Pembalakan liar, pembakaran hutan, dan pencemaran lingkungan telah menyebabkan banjir, kekeringan, dan perubahan iklim yang merugikan semua makhluk.
Padahal Allah SwT. telah mengingatkan dalam firman-Nya:
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Rum [30]: 41)
Ayat ini menggambarkan bahwa setiap kerusakan di alam, baik itu banjir, longsor, polusi, atau hilangnya kesuburan tanah, bukan semata-mata karena faktor alam, melainkan akibat ulah manusia yang serakah dan tidak menjaga keseimbangan.
Alam memberi peringatan, bukan dengan kata-kata, tetapi melalui bencana yang membuat manusia sadar bahwa mereka telah melanggar tatanan Tuhan.
Jamaah yang berbahagia
Dalam ajaran Islam, menanam pohon bukan hanya aktivitas sosial atau lingkungan, melainkan juga ibadah. Rasulullah bersabda:
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا أَوْ يَزْرَعُ زَرْعًا فَيَأْكُلُ مِنْهُ طَيْرٌ أَوْ إِنْسَانٌ أَوْ بَهِيمَةٌ إِلَّا كَانَ لَهُ بِهِ صَدَقَةٌ
“Tidaklah seorang Muslim menanam pohon atau menanam tanaman, lalu dimakan oleh burung, manusia, atau hewan, melainkan itu menjadi sedekah baginya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini luar biasa. Rasulullah tidak berbicara tentang shalat, zakat, atau puasa—beliau berbicara tentang menanam pohon sebagai bentuk sedekah jariyah. Artinya, setiap daun yang tumbuh, setiap buah yang dimakan, setiap oksigen yang dihirup makhluk hidup dari pohon itu, semuanya kembali menjadi pahala yang mengalir bagi penanamnya, meskipun ia telah tiada.
Menanam pohon bukan hanya menumbuhkan daun, tapi juga menumbuhkan keberkahan. Pohon memberi kehidupan: menahan air hujan agar tak jadi banjir, mengikat tanah agar tak longsor, memberi naungan dari panas, menghasilkan oksigen bagi pernapasan, dan menjadi rumah bagi makhluk lain. Betapa besar hikmah yang terkandung dalam satu bibit yang kita tanam.
Saudara-saudaraku seiman
Mari kita lihat realitas di sekitar kita. Hutan gundul, sungai mengering, udara penuh polusi. Kita sering mengeluh tentang bencana, tapi jarang mau menanam solusi. Padahal satu langkah kecil bisa menjadi amal besar. Satu pohon yang kita tanam hari ini bisa menyelamatkan generasi di masa depan. Satu pohon yang tumbuh bisa menjadi saksi bahwa kita telah berbuat sesuatu untuk bumi yang kita pijak ini.
Jangan tunggu program besar atau bantuan dana, mulailah dari halaman rumah, pekarangan masjid, sekolah, atau tanah wakaf. Rasulullah mengajarkan bahwa amal terbaik adalah amal yang dilakukan dengan konsisten, walau kecil.
Menanam pohon berarti menanam harapan. Harapan untuk udara yang bersih, tanah yang subur, dan generasi yang sehat. Menanam pohon juga berarti menghidupkan nilai Islam: rahmatan lil ‘alamin, menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Menanam pohon adalah wujud nyata dari rasa syukur. Allah telah memberikan kita bumi yang luas, tapi jika tidak dijaga, bumi akan menjerit. Maka tugas kita sebagai khalifah adalah ‘imaratul ardh, memakmurkan bumi, bukan merusaknya. Islam mengajarkan keseimbangan, termasuk dalam memperlakukan alam.
Rasulullah bahkan menegaskan, “Apabila hari kiamat terjadi sementara di tangan salah seorang di antara kalian ada bibit pohon, maka tanamlah.” (Lihat HR. Ahmad).
Betapa dalam maknanya, bahkan di ambang akhir dunia pun, menanam tetap dianggap amal yang mulia. Ini bukan tentang hasil, tapi tentang niat menjaga kehidupan.
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Mari kita mulai dari diri sendiri, dari tempat kita berdiri. Jadikan masjid bukan hanya tempat sujud, tapi juga pusat gerakan hijau. Jadikan sekolah, kampus, dan rumah kita tempat lahirnya pohon-pohon kehidupan. Mari wujudkan Islam sebagai agama yang mencintai alam, bukan yang abai terhadapnya.
Semoga Allah menjadikan kita bagian dari orang-orang yang menanam bukan hanya untuk dunia, tapi juga untuk akhirat. Karena setiap pohon yang kita tanam dengan niat ikhlas akan menjadi naungan di hari ketika panas begitu dahsyat.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْم
Khutbah Kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ ثُمَّ الْحَمْدُ لِلَّهِ. أَشْهَدُ أنْ لآ إلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَا نَبِيّ بعدَهُ.إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يٰأَ يُّها الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ مُحَمَّدٍ. اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ والقُرُوْنَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ.
عِبَادَ اللّٰهِ، إِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى، وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ.
فَاذْكُرُوا اللّٰهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللّٰهِ أَكْبَرُ، وَاللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ.
Sumber: Majalah SM Edisi 22/2025

