AUSTRALIA, Suara Muhammadiyah – Pada Ahad, 17 Maret 2024, bertepatan dengan 7 Ramadhan 1445 H, Pimpinan Ranting Istimewa ‘Aisyiyah New South Wales (PRIA NSW) menggelar Talk Show Kesehatan Mental dengan Tema “Mengenali Penyebab Stres dan Cara Mengatasinya”. Bertindak selaku pembawa acara, Yuyun Yuniar, memandu acara dengan pantun sebagai pembukanya.
Acara ini menghadirkan pembicara Profesor Sofia Retnowati, seorang guru besar UGM dan praktisi psikolog dengan moderator Ammik Kisriyani, juga seorang dosen Psikologi UGM yang tengah menempuh studi S3 di University of Sydney. Kegiatan Talk Show diadakan secara daring menggunakan platform aplikasi Zoom Meeting.
Dalam sambutan pembukaan, Ketua PRIA NSW, Lisma Dyawati Fuaida, menyampaikan bahwa masalah Kesehatan mental penting untuk dipahami apalagi untuk kelompok perempuan yang sering memiliki berbagai peran dan fungsi sosial secara bersamaan.
Profesor Sofia Retnowati, yang di kampus akrab disapa Bunda Sofi, menjelaskan bahwa stres ada yang bisa dikelola sendiri dan ada pula yang perlu penanganan ahli seperti psikolog. Beberapa stres bisa menyebabkan reaksi fisik, psikologis, sosial, perilaku, bahkan spiritual.
Stres perlu dicegah antara lain dengan melakukan relaksasi yang dapat meningkatkan tabungan oksigen di dalam otak. Olahraga rutin juga dapat mengurangi pemicu sres karena olah raga dapat mengeluarkan hormon endorphin yaitu hormon kebahagiaan.
Selanjutnya, ia menjelaskan bahwa kita perlu mengelola pikiran dan berusaha memandang sesuatu dari aspek positifnya atau dalam bahasa agama Islam disebut dengan istilah husnudzon. Ia juga menekankan pentingnya setiap orang untuk senantiasa meningkatkan religiusitas atau spiritualitas.
Terakhir, ia berpesan, apabila dirasa stres sudah menggangu, maka seseorang perlu berkonsultasi kepada tenaga ahli (psikolog). Moderator, Ammik Kisriyani, juga menambahkan agar kita tidak perlu merasa malu untuk mendatangi dan berkonsultasi dengan psikolog karena hal itu adalah sesuatu hal yang biasa.
Sesi Talk Show diakhiri dengan latihan relaksasi, yaitu dengan mengatur nafas dan melemaskan otot-otot, mulai dari leher hingga jari-jari kaki.
Kegiatan ini dihadiri oleh sekitar 51 orang dari berbagai kalangan di Australia, juga dari Indonesia, Jepang dan Hong Kong. Meskipun mayoritas peserta adalah perempuan, terdapat juga beberapa peserta laki-laki yang salah satunya turut bertanya. Animo peserta sangat baik terlihat dari diskusi yang hidup dengan banyaknya peserta yang bertanya secara langsung maupun melalui room chat.
Tanggapan positif disampaikan oleh peserta yang memandang bahwa kegiatan seperti ini sangat bermanfaat dan membantu meningkatkan kesehatan mental. Diharapkan bahwa kedepannya kegiatan seperti ini dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan mental dan perlunya saling menjaga di lingkungan terdekat kita.