Makna Kurban dan Kemuliaan Ummat Manusia

Publish

10 July 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
72
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Khutbah Idul Adha: Makna Kurban dan Kemuliaan Ummat Manusia

Oleh: Immawan Wahyudi, Dosen Fakultas Hukum Universitas Ahmad Dahlan

 الْحَمْدُ ٰ هللِّٰ الَّٰذي أَرْسَلَ رَسُولَهُ ٰبالْهُدَى وَٰديٰن الْحَِّٰق ٰليُظْٰهرَهُ عَلَى الٰدِّيٰن كُٰلِّٰه وَلَوْ كَٰرهَ الْمُشْٰركُونَ ، أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اُلله وَحْدَهُ لا شَٰريكَ لَهُ، وأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه، اَللَّهُمَّ صَٰلِّ وَسَٰلِّمْ وَبَاٰركْ عَلَى نَٰبٰيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَٰلٰه وَأَصْحَاٰبٰه وَمَنْ تَٰبعَهُمْ ٰبٰإحْسَانٍ ٰإلَى يَوْٰم الٰدِّيْٰن. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ، أُوْٰصيْكُمْ وَنَفْٰسيْ ٰبتَقْوَى ٰالله فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اُلله تَعَالَى:

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَا لَ ٰيبُنَيَّ اِنِ يْْۤ اَٰرى فِى الْمَنَا مِ اَنِ يْْۤ اَذْبَحُكَ فَا نْظُرْ مَا ذَا

تَٰرى ۗ قَا لَ ٰيْۤاَ بَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۗ سَتَجِدُنِيْْۤ اِنْ شَآءَ هاللُّٰ مِنَ ال  هصبِرِيْنَ

فََۗلَمَّاْۤ اَسْلَمَا وَتَلَّهٗ لِلْجَبِيْنِ ونَا دَيْٰنهُ اَنْ هيْۤاِبْٰرهِيْمُ قَدْ صَدَّقْتَ الرُّءْيَا

“ۗ اِنَّا كَٰذلِكَ نَجْزِى الْمُحْسِنِيْنَ اِنَّ ٰهذَا لَهُوَ الْبَٰلٓ ؤُا الْمُبِيْنُ وَفَدَيْٰنهُ بِذِبْحٍ عَظِيْمٍ

اَلُله أَكْبَرُ اَلُله أَكْبَرُ اَلُله أَكْبَرُ. اَلُله أَكْبَرُ اَلُله أَكْبَرُ اَلُله أَكْبَرُ. اَلُله أَكْبَرُ اَلُله أَكْبَرُ

اَلُله أَكْبَرُ. اَلُله أَكْبَرْ كَٰبيْرًا وَالْحَمْدُ ٰلله كَٰثيْرًا وَسُبْحَانَ ٰالله بُكْرَةً وَأَٰصيْلًا، لَاٰإلهَ ٰإلَّا

اُلله وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْحَْْزَابَ وَحْدَهُ، لَاٰإلهَ ٰإلَّا اُلله وَاُلله أَكْبَرُ، اَلُله أَكْبَرُ وَٰلله اْلحَمْدُ.

Jamaah Shalat Idul Adha Rahimakumullah, marilah kita syukuri dengan sepenuh kesyukuran karena di pagi hari yang mulia ini kita dapat bersama-sama menunaikan ibadah shalat ‘Iedu al Adha dengan khusyu’. Semoga Allah Subhanahu wa ta’ala menjadikan ibadah ini sebagai ibadah yang diterima dan ditetapkan pahalanya dan menjadi bagian penting dalam ikhtiar kita untuk terus-menerus mewujudkan ketakwaan kepada-Nya. Shalawat dan salam kita panjatkan kepada Nabi Agung Muhammad Saw, kepada keluarganya, shahabatnya dan ummat manusia yang telah dibimbing dan dibelanya. Semoga ibadah kita pagi ini menjadi sarana untuk ittiba’ kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam.

Di tengah kumandang takbir dan tahmid, marilah kita resapi spirit yang telah difirmankan oleh Allah Swt dalam surat al-Kautsar;

ٰانَّاۤ اَعْطَيْٰنكَ الْكَوْثَرَ فَصَٰلِّ ٰلرَٰبِّكَ وَا نْحَرْ

"Sungguh, Kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak." "Maka laksanakanlah sholat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah)." (QS. Al-Kausar (108): Ayat: 1- 2)

Allahu Akbar – Allahu Akbar wa Lillaahi al-Hamd
Ajaran kurban merupakan salah satu ajaran ummat manusia yang sangat tua. Hal ini bisa kita baca dalam kisah Qabil dan Habil Ketika keduanya diminta untuk berkurban. Kisah tersebut memberikan gambaran tentang karakter ummat manusia jika dihadapkan kepada perintah untuk berkurban, akan memunculkan sikap taat yang ikhlas dan taat dengan pertimbangan selain ikhlas. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman;

وَٱتۡلُ عَلَيٰۡهمۡ نَبَأَ ٱبۡنَيۡ ءَادَمَ ٰبٱلۡحَِّٰق ٰإذۡ قَرَّبَا قُرۡبَانٗا فَتُقُٰبِّلَ ٰمنۡ أَحَٰدٰهمَا وَلَمۡ

ٱلۡمُتَّٰقينَ


يُتَقَبَّلۡ ٰمنَ ٱلۡخَْٰٓر قَالَ لَقَْۡتُلَنَّكََۖ قَالَ ٰإنَّمَا يَتَقَبَّلُ ٱلَّلُِّ ٰمنَ

Artinya, “Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Qabil dan Habil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!". Berkata Habil:

"Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Ma’idah (5) ayat 27)

Menurut Imam Thabari dalam Tafsirnya menjelaskan bahwa ada perbedaan pendapat dikalangan para ulama terkait adanya perintah berqurban yang dilakukan oleh kedua putranya Nabi Adam yaitu Qabil dan Habil, dan diterimanya salah satu Qurban dari keduanya. Setelah kurban Qabil tidak diterima oleh Allah, ia mengancam hendak membunuh saudaranya yang bernama Habil. Lantas Habil berkata kepadanya: Sesungguhnya Allah akan menerima kurban dari orang yang bertakwa, bukan dari orang yang durhaka. Imam As-Syatibi dalam kitabnya Al- Muwafaqat menjelaskan bahwa tujuan dasar (maqaashid a syar’inya) adalah ruh perintah qurban adalah agar manusia menjadi manusia yang bertakwa. (Dikutip dari https://www.daaruttauhiid.org/kisah-kurban-qabil-dan-habil/)

Kisah Qabil dan Habil menegaaskan bahwa landasan kurban hanyalah taqwa. Kurban yang dilandaskan kepada hal-hal lain di luar takwa tidak diterima di sisi Allah dan akan menjadi perbuatan yang sia-sia. Sedemikian penting ibadah kurban sebagai bentuk kesetiaan dan keihlasan ummat Islam untuk menunjukkan ketaatan kepada Allah dan mencintai Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa salam, Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda;

 عَنْ أَٰبي هُرَيْرَة: أَنَّ رَسُوْل ٰالله صلى الله عليه وسلم قال : مَنْ كَانَ لهُ سَعَة وَلمْ يَضَحْ فَلا يَقْربَنَّ مُصَلَّانَا )رواه احمد وابن ماجه(

Artinya: "Dari Abu Hurairah, "Rasulullah SAW telah bersabda, barangsiapa yang mempunyai kemampuan, tetapi ia tidak berkurban maka janganlah ia mendekati (menghampiri) tempat shalat kami," (HR Ahmad dan Ibnu Majah).

Namun demikian, betapapun Rasulullah Saw telah memberikan penegasan yang demikian keras, perlu kita perlu fahami bahwa ibadah qurban sesungguhnya tidak lah terlalu memberatkan. Banyak kaum muslimin yang memegangi ketentuan berkurban satu hewan kurban untuk satu orang atau yang setara (7 orang untuk satu lembu). Sedangkan Hadits Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa salaam menyatakan;

يَا يُّهَاالنَّاسُ ٰانَّ عَلى كُل أهْٰل بَيْتٍ في كٰلِّ عَامٍ أُضْٰحيَّة

Artinya : "Hai manusia, sesungguhnya atas tiap-tiap ahli rumah pada tiap-tiap tahun disunatkan berkurban," (HR Abu Dawud)

Allahu Akbar – Allahu Akbar – wa Lillaahi al-Hamd
Pada awal khutbah khathib telah mengutip beberapa ayat dari surat ash- Shaffat yakni ayat 102 sampai ayat 107, yang artinya kurang lebih "Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, "Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!" Dia (Ismail) menjawab, "Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar." (Ayat 102) "Maka ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim) membaringkan anaknya atas pelipisnya, (untuk melaksanakan perintah Allah)." (Ayat 103) "Lalu Kami panggil dia, "Wahai Ibrahim!" (Ayat 104). "Sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu." Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik."(Ayat 105). "Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata." (Ayat 106) "Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar." (Ayat 107)

Sedemikian luas dan mendalam tafsir dari firman Allah tersebut, khathib insya Allah hanya akan menekankan pada dua hal, ketaatan Nabi Ibrahim ‘alaihi salam

dan putra tercintanya Nabi Ismail ‘alaihi salam, sebagaimana termaktub dalam ayat 102 dan ke Maha Kuasaan Allah serta ke Maha Bijaksanaan Allah sebagaimana termaktub dalam ayat 107 surat ash Shaffat. Dua ayat ini telah demikian rupa memberikan gambaran keagungan keimanan Nabi Ibrahim dan putranya Nabi Isma’il dalam ujud ketaatan keduanya secara utuh dan penuh. Dan oleh sebab itu Allah Dzat Yang Maha Kuasa dan Maha Bijaksana mengaruniakan imbalan yang penuh kehormatan dan kemuliaan yakni peristiwa ketaatan Nabi Ibrahim a’alaihis salam dan Nabi Ismail ‘alaihis salam menjadi syari’at Islam hingga akhir zaman.

Pada bagian lain dalam al-Qur’an al-Kariim Allah Subhanahu wa ta’ala menegakan bahwa manusia merupakan sebaik-baik penciptaan disbanding ciptaan Allah lainnya, sebagaimana Firman-Nya:

لَقَدْ خَلَقْنَا اْٰلا نْسَا نَ ٰفيْۤ اَحْسَٰن تَقْٰويْمٍ

"Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, (QS. At-Tin (95): Ayat 4). Bahkan secara lebih luas, lebih menyeluruh dan lebih mendalam Allah telah memuliakan manusia sedemikian rupa dibanding dengan mahluk-mahluk lain ciptaan-Nya, sebagaimana firman-Nya;

وَلَـقَدْ كَرَّمْنَا بَٰنيْۤ ٰادَمَ وَحَمَلْٰنهُمْ ٰفى الْبَٰرِّ وَا لْبَحْٰر وَرَزَقْٰنهُمْ ٰمِّنَ الطَّٰيِّٰبٰت وَفَضَّلْٰنهُمْ عَٰلى كَٰثيْرٍ ٰمِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْٰضيْلًا

"Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak-cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna." (QS. Al-Isra' 17: Ayat 70)

Allah Subhanahu wa ta’ala dzat Yang Maha Sempurna telah menciptakan dan melindungi semua cipta-ciptaan-Nya terutama manusia. Oleh sebab itu berkorban meskipun sebagai satu bentuk ketaatan kepada-Nya, Allah tidak menghendaki

manusia dikorbankan sebagai persembahan bahkan terhadap Allah sendiri sebagai pencipta seluruh alam dan seisinya.

Dalam hal ini kita perlu menyadari bahwa doktrin hak asasi manusia bukan merupakan kesempurnaan teori manusia karena dalam konsep hak asasi manusia dari penganut pandangan liberal memegangi prinsip bahwa manusia secara sendirinya telah memiliki hak asasi itu. Dalam ajaran Islam hak asasi manusia itu harus didasarkan pada asal muasal penciptaan manusia. Maka dalam ajaran Islam hak asasi manusia disebut dengan istilah hurumat yakni mengagungkan apa saja yang terhormat di sisi Allah. Hak asasai manusia dalam Islam skupnya jauh lebih luas daripada hak asasi manusia menurut ajaran liberal Barat. Dalam hal ini kita dapat memahaminya dengan mendasarkan pada firman Allah subhanahu wa ta’ala;

ٰذٰلكَ وَمَنْ يُّعَٰظِّمْ حُرُٰمٰت هاللّٰٰ فَهُوَ خَيْرٌ لَّهٗ ٰعنْدَ رَٰبِّ ,ه ۗ وَاُ ٰحلَّتْ لَـكُمُ الَْا نْعَا مُ ٰالَّا

مَا يُتْٰلى عَلَيْكُمْ فَا جْتَٰنبُوا الٰرِّجْسَ ٰمنَ الَْا وْثَا ٰن وَا جْتَٰنبُوْا قَوْلَ الزُّوْٰر

"Demikianlah (perintah Allah). Dan barang siapa mengagungkan apa yang terhormat di sisi Allah (hurumat), maka itu lebih baik baginya di sisi Tuhannya. Dan dihalalkan bagi kamu semua hewan ternak kecuali yang diterangkan kepadamu (keharamannya), maka jauhilah (penyembahan) berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan dusta." (QS. Al-Hajj (22): Ayat 30)

Dengan demikian penggantian Nabi Ismail dengan seekor hewan sembelihan yang besar pada saat Nabi Ibrahim telah siap melaksanakan perintah Allah bukan semata-mata peristiwa historis yang menggambarkan kondisi saat itu saja, tetapi sebagai pedoman dan perintah Allah bahwa manusia tidak layak dan tidak boleh dikorbankan untuk kepentingan apapun termasuk kepentingan negara dan kekuasaan tanpa prosedur dan hukum yang membolehkannya.

Allahu Akbar – Allahu Akbar wa Lillaahi al – Hamd.
Mengakhiri khutbah ini khathib mengajak kepada jama’ah seluruhnya untuk meresapi betapa Allah Subhanahu wa ta’ala telah demikian memuliakan manusia dan memberikan jaminan setiap kebaikan yang didasarkan pada niat lillahi ta’ala akan diganti dan diberi pahala. Niat baik dicatat sebagai satu kebaikan, sementara niat buruk tidak dianggap sebagai perbuatan dosa. Sementara itu niat baik yang dijalankan dihitung sebagai kebaikan yang pahalanya dilipatgandakan sesuai niat dan amal kita yang kita laksanakan, dan niat buruk yang kita lakukan akan dihitung sebagai satu dosa, dengan tetap diberi peluang untuk dihapuskan jika kita bertaubat, meneguhkan kembali keimanan dan melaksanakan amal shaleh. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman;

مَنْ عَٰملَ سَٰيِّـئَـةً فَلَا يُجْٰزۤى ٰالَّا ٰمثْلَهَا “ۗ وَمَنْ عَٰملَ صَا ٰلحًـا ٰمِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْٰثى

 وَهُوَ مُؤْٰمنٌ فَاُ وٰلٰٓئكَ يَدْخُلُوْنَ الْجَـنَّةَ يُرْزَقُوْنَ ٰفيْهَا ٰبغَيْٰر ٰحسَا بٍ

"Barang siapa mengerjakan perbuatan jahat maka dia akan dibalas sebanding dengan kejahatan itu. Dan barang siapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan, sedangkan dia dalam keadaan beriman maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezeki di dalamnya tidak terhingga." (QS. Ghafir/al- Mu’min (40): Ayat 40)

Betapa kurang syukurnya kita jika sekali waktu sakit kita tidak memperbanyak doa ataupun wirid, padahal pada saat sakit itu dijadikan oleh Allah sebagai sarana untuk menghapus sebagian dari dosa-dosa kita. Demikian pula semua yang kita rasakan sebagai beban Allah telah menyiapkan balasan yakni “jannatun na’im.” Betapa sesungguhnya kita telah memeluk agama yang amat sangat menjunjung kemuliaan ummat manusia dan memberikan segala keistimewaan kepada setiap manusia yang beriman. Lalu alasan apalagi yang bisa membuat kita melalaikan kemahasempurnaan dan kemahabijaksanaan Allah Subhanahu wa ta’ala?

Jamaah ‘Ied al Adha rahimakumullah, marilah kita menutup ibadah shalat ‘ied ini dengan memohon kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dengan khusyuk yakni yakin bahwa Tuhan itu ada yakni Allah Subhanahu wa ta’ala Dzat Yang Maha Tunggal, Dzat Yang Maha Memberi apapun yang kita mintakan, bahkan juga hal yang kita tidak pernah pikirkan Allah Subhanahu wa ta’ala telah memberikan semuanya kepada kita. Allah adalah Dzat Yang Maha Memiliki lautan ampunan yang luasnya jauh melampaui dari lautan dosa dari semua ummat manusia.

أَعُوْذُ بٰالله ٰٰمنَ الشَّيْطاَٰن الرَّٰجيْٰم. ٰبسْٰم ٰالله الرَّحْمٰن الرَٰحيْٰم

اَلْحَمْدُ ٰلَّلِّٰ رَِّٰب الْعَالَٰميْنَ. حَمْدًا يُوَاٰفيْ ٰنعَمَهُ وَيُكَاٰفئُ مَٰزيْدَهُ يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا

يَنْبَٰغيْ ٰلجَلَاٰل وَجْٰهكَ الْكَٰريْٰم وَعَٰظيْٰم سُلْطَاٰنكَ اَللَّهُمَّ صَٰلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آٰل

مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى ٰإبْرَاٰهيْمَ وَعَلَى آٰل ٰإبْرَاٰهيْمَ، ٰإنَّكَ حَٰميْدٌ مَٰجيْدٌ.

اللهُمَّ اغْٰفرْ ٰللْمُؤْٰمٰنيْنَ وَاْلمُؤْٰمنَاٰت وَاْلمُسْٰلٰميْنَ وَاْلمُسْٰلمَاٰت اَلَاحْيآٰء ٰمنْهُمْ وَاْلَامْوَاٰت اللهُمَّ أَٰعزَّ اْٰلإسْلَامَ وَاْلمُسْٰلٰميْنَ وَأَٰذلَّ الٰشِّرْكَ وَاْلمُشْٰرٰكيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الٰدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْٰلٰميْنَ وَ دَٰمِّرْ أَعْدَاءَالٰدِّيْٰن وَاعْٰل كَٰلمَاٰتكَ ٰإلَى يَوْمَ الٰدِّيْٰن، اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلَاءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلَاٰزلَ وَاْلٰمحَنَ وَسُوْءَ اْلٰفتَٰن مَا ظَهَرَ ٰمنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَٰدنَا ٰانْدُوٰنيْٰسيَّا خآصَّةً وَسَاٰئٰر اْلبُلْدَاٰن اْلمُسْٰلٰميْنَ

عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَٰميْنَ. رَبَّنَا آٰتناَ ٰفى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَٰفى اْلآٰخرَٰة حَسَنَةً وَٰقنَا عَذَابَ النَّاٰر. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَٰانْ لَمْ تَغْٰفرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ ٰمنَ اْلخَاٰسٰريْنَ وَصَلَّى  اُلله عَلى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَٰلٰه وَأَصْحَاٰبه وَالْحَمْدُ ٰل ل ه رَِّٰب الْعَالَٰمينَ

Khutbah Id al Adha diselenggarakan oleh Pimpinan Ranting Pandeyan Umbulharjo Yogyakarta, tanggal 06 Juni 2025 di Halaman Parkir XT Square


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Khutbah

Oleh: Djumroni, M.Pd Anggota LPHU PDM Sleman اْلحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أ....

Suara Muhammadiyah

15 February 2024

Khutbah

Khutbah Idul Fitri: Memahami Makna Kemengan Oleh Deri Adlis. SHI. Mubaligh Muhammadiyah Kepulauan A....

Suara Muhammadiyah

6 April 2024

Khutbah

Oleh: Immawan Wahyudi, Anggota Majelis Pendidikan Tinggi dan Litbang PP Muhammadiyah, Dosen Fakultas....

Suara Muhammadiyah

8 May 2025

Khutbah

Khutbah Jum’at: Kepemimpinan dalam Islam dan Pemilihan Pemimpin أَلْحَمْدُ لِلّ....

Suara Muhammadiyah

2 February 2024

Khutbah

Oleh: dr H Agus Taufiqurrohman, MKes., SpS Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah إِنَّ الْحَ....

Suara Muhammadiyah

4 April 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah