Maljum School: Islam Berkemajuan di Jawa Barat dan Aglomerasi

Publish

17 February 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
85
Foto Istimewa

Foto Istimewa

BANDUNG, Suara Muhammadiyah – Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Barat bersama Universitas Muhammadiyah (UM) Bandung mengadakan Maljum School dengan tema ”Islam Berkemajuan di Jawa Barat: Pemanfaatan Potensi Aglomerasi untuk Jawa Barat Berkemakmuran.”

Acara yang berlangsung di Perpustakaan UM Bandung pada Kamis (13/02/2025) ini bertujuan untuk mengeksplorasi konsep aglomerasi sebagai strategi pembangunan berbasis Islam berkemajuan, dengan menghadirkan akademisi, praktisi, dan mahasiswa.

Dalam sesi pertama, Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Barat Ahmad Dahlan menekankan pentingnya Islam berkemajuan dalam konteks pembangunan wilayah. Konsep ini, kata dia, tidak hanya berbicara tentang pemikiran keagamaan, tetapi keterlibatan aktif dalam membangun kesejahteraan masyarakat melalui kebijakan berbasis keadilan sosial dan ekonomi.

Sementara itu, Deputy Director of Rebana Metropolitan dan Dewan Pakar MPI PWM Jawa Barat Budhiana Kartawijaya menjelaskan bahwa titik balik sejarah manusia terjadi pada 2007, di mana lebih dari 50,01 perseb penduduk dunia mulai tinggal di kota, melahirkan era mega city.

Dia menekankan bahwa Indonesia diperkirakan mencapai puncak urbanisasi pada 2045. ”Oleh karena itu, urbanisasi tidak boleh lagi dipandang negatif, tetapi harus dikelola secara produktif melalui strategi aglomerasi yang tepat,” ujar Budhiana.

Aglomerasi dan masa depan ekonomi Jawa Barat

Budhiana menyoroti kawasan Rebana (Cirebon, Kabupaten Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan, Subang, dan Sumedang) sebagai lokomotif pertumbuhan ekonomi baru di Jawa Barat. Dengan nilai investasi sebesar Rp235 triliun dan 13 kawasan industri yang telah ditentukan, Rebana memiliki potensi besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi berbasis aglomerasi.

Ia juga membandingkan model Rebana dengan koridor ekonomi di China dan Jepang, seperti koridor Zeinjen dan Nagasaki, yang menunjukkan bagaimana sinergi infrastruktur, industri, dan kebijakan dapat mendorong kemajuan wilayah.

Selain itu, investasi besar dalam kawasan ini dipengaruhi oleh tren global, seperti relokasi industri dari China ke Majalengka dan Subang akibat ketegangan dagang antara China dan Amerika Serikat. ”Perusahaan besar seperti Adidas dan Nike kini mulai memindahkan produksinya ke Indonesia. Hal ini tidak hanya menjadi peluang besar bagi pertumbuhan ekonomi nasional, tetapi menuntut kesiapan sumber daya manusia lokal agar dapat bersaing dalam industri global,” kata Budhiana.

Budhiana juga menyoroti pentingnya prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) dalam investasi masa depan. Dia menegaskan bahwa pembangunan saat ini tidak hanya berorientasi pada keuntungan ekonomi, tetapi harus memenuhi standar keberlanjutan yang diaudit secara ketat oleh lembaga internasional seperti KPMG. Perusahaan yang beroperasi di kawasan industri kini harus membuat laporan keuangan dan laporan keberlanjutan (sustainability report) sebagai bentuk komitmen terhadap SDGs.

”Konsep ESG juga semakin menjadi standar global dalam industri manufaktur dan perdagangan. Misalnya, bahan baku produk kini harus berasal dari minimal 80 persen material daur ulang dan energi yang digunakan harus berbasis energi hijau. Indonesia harus segera beradaptasi dengan tren ini agar tetap kompetitif di pasar global,” tandas Budhiana.

Salah satu tantangan utama yang dihadapi Indonesia adalah rendahnya indeks SDM dibandingkan dengan negara lain, terutama dalam hal kesiapan tenaga kerja industri. China, misalnya, mampu meningkatkan konsumsi publik dalam waktu enam bulan dengan kecepatan produksi yang sangat tinggi.

Oleh karena itu, Muhammadiyah melihat pentingnya penguatan pendidikan vokasi, termasuk pengembangan Sekolah Tinggi Vokasi, sebagai bagian dari solusi atas tantangan urbanisasi dan pertumbuhan industri.

Selain itu, Budhiana juga menekankan bahwa urbanisasi yang tidak terkelola dengan baik dapat berujung pada permasalahan sosial, seperti meningkatnya ketimpangan ekonomi dan kemiskinan di perkotaan. Oleh karena itu, dia mendorong pemerintah dan masyarakat untuk lebih aktif mengelola urbanisasi melalui penguatan pendidikan kejuruan, pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan, serta kebijakan tata ruang yang lebih adaptif terhadap perkembangan zaman.

Diskusi yang dipandu oleh Kelik N Widiyanto, Ketua Majelis Pustaka dan Informasi PWM Jawa Barat, menghasilkan berbagai rekomendasi bagi pengembangan kebijakan di Jawa Barat. Salah satu poin penting yang disampaikan adalah perlunya advokasi teknokratis dalam perencanaan tata ruang agar kawasan industri dapat berkembang secara berkelanjutan.

Sehingga, Islam berkemajuan bukan hanya tentang nilai-nilai keagamaan, melainkan peran aktif dalam membangun peradaban yang berkelanjutan. Dengan pemanfaatan aglomerasi yang tepat, kawasan Rebana dan wilayah lainnya di Jawa Barat dapat menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru yang tidak hanya membawa keuntungan finansial, tetapi kesejahteraan sosial bagi seluruh masyarakat.*


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Berita

PEKANBARU, Suara Muhammadiyah - Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Riau menggelar Pelatihan Pengger....

Suara Muhammadiyah

14 February 2025

Berita

Rumuskan Lima Langkah Strategis Majukan Kampus SINJAI, Suara Muhammadiyah - Dr. Suriati, M.Sos.I me....

Suara Muhammadiyah

3 January 2024

Berita

ABDYA, Suara Muhammadiyah -  Rasullah SAW bersabda “Aku dan orang yang mengurus (menanggu....

Suara Muhammadiyah

27 February 2024

Berita

MEDAN, Suara Muhammadiyah - Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara mengg....

Suara Muhammadiyah

19 June 2024

Berita

BANJARMASIN, Suara Muhammadiyah - Para penggiat Bikers Muhammadiyah (BikersMu) Chapter Kota Banjarma....

Suara Muhammadiyah

28 January 2025

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah