SUKOHARJO, Suara Muhammadiyah – Rekruitmen kader Muhammadiyah berbasis jama'ah Masjid Musholla sebagai solusi gerakan jamaah dakwah jamaah (GJDJ). Hal itu disampaikan anggota Majelis Pembinaan Kader dan Sumber Daya Insani Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Surakarta (MPKSDI).
Menurutnya Rekruitmen warga Muhammadiyah yang berasal dari masjid harus paham isu prioritas dan banyak refleksi. Jika kita cermati bersama maka, Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) yang kurang mendapat perhatian adalah masjid. Masjid atau Mushalla di kalangan Muhammadiyah lebih banyak diurus oleh Ta’mir setempat, mulai dari penetapan pimpinan, periodesasi keta’miran, manajemen dan kebijakan, maupun program kerja yang diinginkan.
Hal tersebut ia sampaikan saat menjadi salah satu pembicara Rapat kerja Pengembangan Cabang Ranting bersama Cabang, Ranting dan Takmir Musholla Muhammadiyah (LPCRPM) di Gedung Auditorium Mohammad Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) pada Minggu (14/07/2024).
“Kop surat dan setempel masjid juga beraneka macam, tidak seperti di AUM lain (pendidikan, kesehatan dan panti asuhan), yang sejak tingkat pusat hingga bawah semuanya seragam. Mari sesuai dengan tema menguatkan Gerakan jama’ah dakwah jama’ah di akar rumput,” ucapnya.
Jatmiko juga berpesan kepada peserta LPCRPM Solo Provinsi Jawa Tengah dapat ikut mendukung visi MPKSDI yaitu Mewujudkan manajemen Majelis yang solid, adaptif, dan kreatif agar mampu menjadi badan pembantu pimpinan yang maju dalam peningkatan kuantitas dan kualitas program perkaderan muhammadiyah. Terkait kader bagi Takmir Muhamamdiyah adalah usul yang baik.
“Dengan pertimbangan agar pengelola masjid menjiwai Muhammadiyah karena mereka mengelola wakaf Muhammadiyah. Dan upaya membentengi pengaruh dari faham lain,” ujarnya.
Ia kembali menegaskan pentingnya semangat takmir masjid jadi PNS. “Hari ini hari yang luar biasa, hari ini saya menangkap aura-aura kader persyarikatan berbasis masjid.
“Apakah siap jadi PNS? Pegawai narik Shodaqoh? Prinsip kader adalah ibda’ binafsik mulai dari diri sendiri. Misal karena Muhammadiyah mengharamkan rokok. Ya pengurus atau takmir berhenti merokok. Katakan uang Rp 15.000 bisa di buat amal sholeh atau untuk umrah. Katakan 15 ribu kali 30 hari sudah terkumpul 450 ribu rupiah. Kali sepeuluh bulan empat juta lima ratus ribu rupiah. Kalau takmirnya 10 orang, satu bulan sudah terkumul 4 juta 5 ratus ribu rupiah. Itulah semangat GJDJ semoga bisa terlaksana. Masjid Makmur memakmurkan,” tuturnya di sela-sela acara.
Pada acara tersebut turut menjadi narasumber Key Note Speaker Prof Dr Muhammad Da’i, LPCRPM Pimpinan Pusat Muhamamdiyah Dodi Alfianto P MPdI, MTDK Ahmad Sukidi MPd, Ketua Lazismu Reynal Falah SPsi, Sholahuddin Muzayyin MM dan Moderator M Gunawan Setyadi MSi. (Jatmiko)