Matras Pencak Silat Terlalu Sempit untuk Tapak Suci
Yudha Kurniawan, Kader Tapak Suci Bantul
Pendekar Rony Syaifulloh mengungkapkan, di ajang PON XXI Aceh-Sumut 2024 sekitar 65% peserta cabang olahraga Pencak Silat adalah pesilat Tapak Suci Putera Muhammadiyah. Hal itu disampaikannya dalam Rakernas Lembaga Pengembangan Olahraga (LPO) PP Muhammadiyah, 27 – 29 Oktober 2023 di Kampus UMY.
Warga Muhammadiyah tentunya bangga dan mengapresiasi capaian prestasi Tapak Suci yang merupakan organisasi otonom andalan persyarikatan dalam pendekatan dakwah kultural. Perlu pembaca ketahui, mendorong pengembangan pencak silat sebagai olahraga prestasi merupakan salah satu gebrakan berkemajuan Tapak Suci.
Almarhum Pak Afnan Zamhari (Ketua Umum PP Tapak Suci periode 2012-2017) pernah bercerita tentang kondisi dunia pencak silat sebelum Tapak Suci berdiri. Menurut Pak Afnan, kala itu pencak silat dalam kompetisi hanya memperlombakan seni.
Kejuaraan nomor tanding/pertarungan dulu belum ada, karena setiap kali dicoba selalu berbuntut panjang. “Zaman dahulu kalau pertandingan pencak muridnya kalah, pendekarnya “ora trimo” lalu berlanjut gurunya yang maju dan begitu seterusnya Mas,” ungkap Pak Afnan.
Setelah Tapak Suci berdiri, kemudian berinovasi membuat peraturan pertandingan dan diadakan Kejurnas Tapak Suci di tahun 1967. “Alhamdulillah sukses, kejuaraan berjalan lancar, tertib, dan semua bisa menghormati peraturan pertandingan sebagai pedoman berkegiatan,” tandas Pak Afnan.
Keberhasilan Tapak Suci menggelar pertandingan versi pertarungan itu, menurut Pak Afnan menginspirasi kalangan persilatan, yang kemudian menyusun peraturan pertandingan. Cerita dari Pak Afnan Zamhari itu terkonfirmasi oleh keterangan Pendekar Besar Fahrudin dari Bantul.
Ayah pesilat nasional Firdhana Wahyu Putra ini pernah iseng nge-tes saya. Pak Fahruddin bertanya, “Mas, Tapak Suci dan IPSI lebih duluan mana punya sistem peraturan pertandingan?” Saya tidak bisa menjawab, kemudian Pak Fahrudin menjelaskan bahwa Tapak Suci lebih dulu memiliki peraturan pertandingan daripada IPSI.
Dari keterangan Pak Afnan dan Pak Fahruddin itu, kita mengetahui bahwa Tapak Suci yang bernaung di bawah Muhammadiyah “sembada” menjadi pencerah dunia persilatan. Terbukti perguruan ini dapat menginspirasi pencak silat sebagai khasanah beladiri tradisional menjadi olahraga prestasi yang dipertandingkan hingga tingkat internasional.
Mengawal Dakwah Muhammadiyah
Berkiprah memajukan pencak silat sebagai olahraga prestasi merupakan salah satu produk pemikiran berkemajuan Muhammadiyah. Keputusan Muhammadiyah memiliki ortom Tapak Suci barangkali adalah pilihan strategis sesuai tuntutan kebutuhan praktis untuk melindungi umat dari ancaman kekerasan sekitar tahun 60an.
Hal ini nampak dalam Mukaddimah Anggaran Dasar Tapak Suci, yang di diawali dengan ayat ke-60 dari Surah Al Anfal :
“Persiapkanlah untuk (menghadapi) mereka apa yang kamu mampu, berupa kekuatan (yang kamu miliki) dan pasukan berkuda. Dengannya (persiapan itu) kamu membuat gentar musuh Allah, musuh kamu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya, (tetapi) Allah mengetahuinya. Apa pun yang kamu infakkan di jalan Allah niscaya akan dibalas secara penuh kepadamu, sedangkan kamu tidak akan dizalimi.”
Semua anggota Tapak Suci di manapun berada hendaknya memahami pesan dari anggaran dasar pimpinan pusatnya yang secara tegas menyatakan eksistensi perguruan ini sebagai pengawal misi yang diperjuangkan oleh Muhammadiyah. Dalam situasi yang tidak aman, barangkali secara praktis Tapak Suci mengemban fungsi perlindungan dan pertahanan agama, umat, dan negara.
Namun demikian, dalam situasi aman damai Tapak Suci harus serius menyajikan pembinaan ragawi dan ruhani terbaik bagi para anggotanya, sehingga menjadi kader Muhammadiyah yang mampu mengukir prestasi hebat di gelanggang pencak silat. Pembinaan yang baik sangat menunjang Tapak Suci untuk dapat diterima di semua kalangan bahkan yang belum pernah kenal dengan Muhammadiyah.
Terbukti perguruan ini sudah memiliki banyak perwakilan wilayah internasional (Perwil) di banyak negara. Bahkan di berbagai negara Perwil Tapak Suci sudah hadir jauh sebelum berdiri PCIM.
Dari sisi ini bisa kita baca kecerdasan KH Ahmad Badawi, Ketua PP Muhammadiyah kala itu yang memveto perdebatan dalam sebuah rapat membahas eksistensi Tapak Suci. Kala itu, menurut keterangan Pendekar Utama Joko Suseno (Tapak Suci Jerman), ada arus yang menghendaki Tapak Suci hanya akan diperankan sebagai kegiatan ekstrakurikulernya KOKAM.
Dengan tegas didukung argumen yang masuk akal, Kyai Badawi kekeh mempertahankan eksistensi Tapak Suci secara mapan sebagai sebuah organisasi otonom. Hari ini kita menyaksikan Keputusan Kyai Badawi sudah tepat, Tapak Suci bukan hanya menyertai perjalanan dakwah Muhammadiyah di Indonesia, bahkan mampu menjadi perintis masuknya Muhammadiyah ke negara lain.
Trendsetter Pencak Silat Rasional
Anggaran Dasar PP Tapak Suci pada paragraf ke-3 tertulis “Bahwa sesungguhnya Pencak Silat adalah Seni Beladiri Indonesia yang luhur dan bermoral, perlu dilestarikan, dikembangkan dan diamalkan, serta dijaga dari pengaruh syirik dan menyesatkan yang dapat menodai nilai luhur yang terkandung di dalamnya.”
Tapak Suci lahir dalam bingkai kesadaran untuk mengawal misi Muhammadiyah, maka ilmu pencak silatnya metodis dinamis. Pendiri Tapak Suci Muhammadi Barie Irsjad adalah seorang anak Kauman yang tumbuh dalam masyarakat Jawa yang di dalamnya berkembang banyak aliran pencak dengan beragam varian keilmuan.
Ada aliran pencak yang menonjol dalam ilmu gerak beladirinya, ada yang mengusung konsep ilmu pernafasan, ada yang menawarkan kesaktian sebagai keunggulannya, ada yang menggunakan ritual-ritual tertentu dalam proses mempelajari ilmunya, ada yang berbasis dari tradisi kraton karena pendekar narasumbernya bangsawan, ada yang berkembang di masyarakat, ada yang berkembang di komunitas tertentu misalnya pesantren, ada yang mengembangkan teknik permainan senjata, ada pula yang berbasis teknik tangan kosong, dan sebagainya.
Sebagai anak muda yang tertarik menggali ilmu pencak dari berbagai sumber. Barie Irsjad lahir dan dididik dalam keluarga dan lingkungan Muhammadiyah dengan basis aqidah yang kuat.
Maka Barie Irsjad menilai tawaran beragam itu menggunakan penalaran yang jernih. Bagi Barie Irsjad aqidah Islam yang murni akan memberdayakan penganutnya untuk melakukan kajian-kajian rasional termasuk dalam mempelajari ilmu pencak.
Aqidah yang kuat membentengi Barie Irsjad dari kejumudan pemikiran yang bisa menjerumuskannya kepada belajar aliran pencak yang tidak rasional dan dibumbui praktik-praktik yang bertentangan dengan ajaran Islam. Bahkan acapkali Barie Irsjad mendapati aliran yang mengemas ritual-ritual yang bungkusnya seolah-olah bersumber dari ajaran Islam.
Pendekar Barie Irsjad dapat menarik simpulan bahwa pencak adalah ilmu gerak ragawi yang rasional sehingga dapat dipelajari dan dapat diajarkan dengan metode yang rasional pula. Kualitas penguasaan tekniknya pun dapat diukur dan dinilai secara rasional, serta manfaat yang diperoleh oleh yang mempelajarinya dapat dirasakan secara nyata.
Ilmu pencak yang demikian oleh Barie Irsjad disebut memiliki sifat keilmuan yang methodis. Bagi Barie Irsjad ilmu pencak yang methodis juga bersifat terbuka, sehingga harus dilakukan publikasi ilmiah untuk dikoreksi oleh rekan sejawat pendekar yang kompeten pula.
Barie Irsjad tak segan melakukan adu kaweruh dengan pendekar lain dalam rangka menilai keilmuan masing-masing untuk saling mengoreksi dan memberikan rekomendasi penyempurnaan. Dengan cara adu kaweruh inilah muncul dinamika pengembangan ilmu pencak ragawi, maka sifat ilmu pencak yang terbuka itu akan dinamis.
Sifat keilmuan pencak yang dinamis dan methodis menjadi ruh dari ilmu pencak silat Tapak Suci Putera Muhammadiyah yang didirikan Muh Barie Irsjad pada tanggal 31 Juli 1963. Mengibarkan trend pencak silat metodis dinamis rasional adalah terobosan yang sangat berkemajuan.
Para pendekar Kauman ini dengan bendera Tapak Suci melawan arus besar beladiri Indonesia yang saat itu mayoritas masih mempraktikkan ciri keilmuan berbau syirik yang hendak diluruskan oleh Muhammadiyah. Mati-matian para mubaligh Muhammadiyah mengikis praktik syirik di tengah masyarakat.
Hadirnya Tapak Suci sangat membantu Muhammadiyah, karena banyak praktik syirik diajarkan dalam kemasan ilmu beladiri. Tapak Suci harus diakui berhasil mendorong trend beladiri Indonesia ke arah pencak silat fisik rasional.
Tentu praktik beladiri Indonesia yang konsisten dengan aliran tidak rasional masih banyak hingga kini. Namun boleh dicek saat ini secara kelembagaan eksistensinya melemah, pengikutnya juga berkurang.
Sekarang yang menjamur di Indonesia adalah sajian turnamen olahraga pencak silat. Tentunya untuk bisa berlaga di dalamnya tak mungkin ditempuh dengan pola latihan yang irrasional.
Coba saja orang yang lelaku puasa untuk memperoleh kesaktian ikut kejuaraan pencak silat. Bukannya jadi sakti mandraguna, tapi malah lemes, lemah, dan kalah.
Pabrik Kader Muhammadiyah
Tahun 1967 Pimpinan Pusat Muhammadiyah menetapkan Tapak Suci sebagai organisasi otonomnya yang ke-11. Pendekar Besar Muhammad Barie Irsjad telah menancapkan tonggak wadah perkaderan Muhammadiyah melalui jalur kegiatan beladiri.
Seolah pendekar tangguh ini telah memberikan contoh nyata pesan KH Ahmad Dahlan bahwa “jadilah apapun untuk kembali kepada Muhammadiyah”. Barie Irsjad bukan berasal dari keluarga papan atas Kauman, dia tak pernah pula bersekolah tinggi, namun dengan kompetensi pencak telah menyumbangkan sebuah artefak nyata pabriknya kader Muhammadiyah bernama Perguruan Seni Beladiri Indonesia Tapak Suci Putera Muhammadiyah.
Kini Tapak Suci menjelma menjadi paguron pencak multinasional. Berbagai negara yang belum ada PCIM malah telah berdiri Perwakilan Internasional (Perwil) Tapak Suci. Secara sporadis pula di berbagai negara yang telah ada latihan Tapak Suci, tapi belum berdiri Perwil.
Pendekar Besar Barie Irsjad patut menjadi role model para anggota Tapak Suci untuk selalu berkhidmat untuk Muhammadiyah dalam kapasitas dan profesi apapun. Sempurnakan perjuangan Sang Pendekar dengan berperan aktif sebagai kader Muhammadiyah di manapun berada, karena gelanggang Tapak Suci tidak sesempit matras pencak silat.