BANYUMAS, Suara Muhammadiyah - MBS Zam-Zam hadirkan Staff Al Azhar Universitas Cairo Mesir, Dr. Ali Sayyid Athiyah pada Kajian ba’da Isya bulan Ramadhan bersama berlangsung 4 kali pertemuan yaitu setelah salat Ashar yang dilanjutkan sehabis Tarawih di Kampus 3 Desa Karanglo, pada Selasa (11/3).
Kemudian setelah Ashar di MBS Zam-Zam Putri Kampus 2 dan seusai Tarawih di Masjid Baitul Matien Komplek Perguruan Muhammadiyah Cilongok di Kampus 1 Desa Pernasidi, pada Rabu (12/3). Ia hadir didampingi Direktur Ma’had Al Imam Malik, Ustadz Muhammad Asdi Nurkholis, S.Pd.I, B.Ed., M.Pd. bersama Tim.
Direktur MBS Zam-Zam, Ustadz Arif Fauzi, Lc., M.Pd., turut hadir dan memberikan sambutannya. Selain itu, ajaran pimpinan MBS Zam-Zam, Kepala SMA MBS Zam-Zam, Kepala Asrama Kampus 1, 2 dan 3 serta asatidz.
Dalam kajiannya yang disampaikan dengan Bahasa Arab, Ali menyampaikan hikmah ibadah saum Ramadan khususnya bagi para santri yang tengah menimba ilmu di pesantren. Setelah menyapa dan menanyakan kedaan para santri, selanjutnya beliau membacakan Surat Ibrahim Ayat 38.
“'Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang kami sembunyikan’ Melalui ayat ini saya jadi teringat dengan ibadah puasa. Karena apa? Karena dalam ibadah puasa terkandung di dalamnya muraqabatullah. Kita merasa diawasi oleh Allah subhanahu wata’ala,” urainya.
Sebagaimana disampaikan Ustadz Asdi selaku penerjemah, bahwa ibadah puasa adalah ibadah yang sifatnya sirriyah, yaitu ibadah yang memiliki pengertian bahwa ibadah ini sangat rahasia. Orang berpuasa tidak diketahui orang lain. Tidak diketahui oleh sesama manusia, bahkan setan. Kecuali dirinya dan Allah Subhanahu wata’ala.
“Ketika orang yang menjalankan ketaatan kepada Allah, itu akan diberikan bashirah. Yakni ilmu dari Allah subhanahu wata’ala yang sangat istimewa dan luar biasa dan hanya diberikan kepada orang-orang tertentu saja,” jelas Ustadz Asdi.
Setelah uraian yang cukup ringkas, dilanjutkan dengan tanya jawab. Salah seorang santri menanyakan terkait ketika Syekh menjadi imam salat, mengapa ketika selesai membaca Al-Fatihah ada jeda waktu beberapa saat, baru kemudian membaca surat Al-Qur’an.
Pertanyaan ini cukup membuat para santri dan jamaah lain merasa terwakili ‘pikiran kecilnya’. Ternyata, jawabannya agar ada jeda di antara pembacaan Al-Fatihah dengan bacaan surat pilihan, itu Ia lakukan selaku imam salat untuk memberikan kesempatan kepada makmum agar membaca Al-Fatihah terlebih dulu, sehingga ketika imam membaca surat pendek, bacaan Al-Fatihah makmum tidak terpotong.
Adapun penyerahan plakat di akhir acara kepada Syekh Ali sebagai kenang-kenangan. (hamidin/m)