SUKABUMI, Suara Muhammadiyah - Pengajian Bakda Ramadan yang dilaksanakan di Universitas Muhammadiyah Sukabumi pada hari senin, 6 Mei 2024, 27 Syawal 1445 H berlangsung meriah karena tidak hanya dihadiri oleh sivitas academika Universitas Muhammadiyah Sukabumi saja, akan tetapi para ibu-ibu dan bapak-bapak dari cabang dan ranting baik kota maupun kabupaten Sukabumi hadir. Dikarenakan kegiatan ini tidak hanya mengundang para dosen, staff dan mahasiswa saja akan tetapi unsur dari ortom pun turut diundang.
Pemateri hari ini adalah bapak Drs. Heriyanto, M.Pd yang merupakan Ketua Badan Pengurus Harian Universitas Muhammadiyah Sukabumi yang juga menjadi wakil ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Sukabumi. Beliau dengan gaya klasik dan kharismatik dalam menyampaikan materi pada pengajian ini membahas tentang bagaimana Agar semua amalan yang kita lakukan dapat diterima oleh Allah SWT, beliau menyampaikan kuncinya yakni salahsatu dari ikhtiar kita adalah memperbanyak berdoa kepada Allah
1. Doa yang diajarkan oleh Nabi Ibrahim AS. Yang tertuang dalam QS. Al Baqarah : 127 “Rabbana taqqabal minna innaka antassamii’ul ‘aliim…”(QS. 2 : 127)
2. Di hari raya disebutkan doa yang menjadi permohonan kita agar diterima ibadah2 kita, yakni taqabbalallaahu minna waminkuum... dijawab taqabbal ya kariim.. atau aaamiin. Artinya “Semoga Allah menerima amal ibadah kami dan amal ibadah kalian semua.”saling mendoakan sehingga apa yang kita lakukan menjadi amal sholih yang diterima disisi Allaah.
Bapak Heriyanto, M.Pd juga menjabarkan bahwa ada 4 syarat amal sholih sehingga mencapai derajat ahsanu amala menurut Sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof. Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed yakni :
a. Mardhotillaah, kita melakukan amalan harus niat karena Allaah. Apa yg kita kerjakan benar-benar lurus niat karena Allaah. Bukan karena ingin dipuji, bukan karena ingin jabatan, tetapi karena kita memahami amalan yang kita lakukan akan kembali kepada kita. Fokus pada berbuat baik, tidak perlu sibuk mencari pujian. Tidak perlu juga sibuk menilai orang lain, curiga atau suudzon ke orang lain, ketika mereka berprestasi atau mereka berbuat baik kita tidak mencurigai mereka karena ingin mendapatkan popularitas, maka cukup fokus pd diri kita. Karena kita juga tidak bisa menilai diri kita, apakah kita sudah Ikhlas denga napa yang dikerjakan?
Jadi, jangan menghakimi orang lain dalam perbuatan baiknya sebagai sesuatu hal yg buruk. Kita harus berani melawan sifat suudzon, iri hati, dengki, hasad dll. Karena sejatinya yang dapat menghilangkan sifat buruk itu adalah diri kita sendiri. Lawan sifat suka menunda kebaikan, jika kita mau beramal sholih kemudian ditunda dengan alasan takut diberi label buruk dll, fokus saja ke Allaah. Allaah yang maha lebih tahu siapa diri kita.
b. Segala apa yg kita lakukan harus berdasarkan Dalil dan yang diajarkan oleh Rasulullaah SAW. Apa yang kita lakukan perlu dikoreksi, apakah ada dasar nya atau tidak? Ada dalilnya atau tidak? Jangan-jangan apa yang kita lakukan hanya ikut-ikut tren dan jangan melakukan atas dasar nafsu, cari sumber dasar atau dalilnya, sehingga apa yang kita lakukan berdasar apa yang dicontohkan oleh Rasulullaah sebagai tauladan kita.
c. Nampak dalam keseharian kita. Bapak Heriyanto menjelaskan sebuah kisah dizaman sahabat nabi “Suatu ketika istri Rasul, Sayyidah Aisyah radliyallâhu ‘anhâ meminta petunjuk Nabi.
“Wahai Rasulullah, saya mempunyai dua tetangga. Kepada siapa saya perlu memberikan hadiah? Rasul menjawab, ‘Kepada orang yang pintunya paling dekat darimu. “Sesungguhnya Fulanah melakukan ibadah malam dengan rutin, ia juga bersedekah, tapi ia menyakiti tetangga-tetangga dengan mulutnya. Maka Rasulpun menjawab “Ia tak punya kebaikan sama sekali. Dia termasuk ahli neraka”. Kemudian “Rasul ditanya lagi, si Fulanah itu shalat hanya yang wajib-wajib saja. Dia menyedekahkan beberapa potong roti keju, namun dia tidak pernah menyakiti hati tetangganya. Rasul kemudian menjawab, ‘Dia termasuk ahli surga’.” (Lihat: Al-Baihaqi, Syu’abul Îmân, [Maktabah ar-Rusyd, Riyadl, 2003], juz 12, halaman 94).
Hadits di atas dapat memberikan pemahaman kepada kita bahwa pintu surga tidak hanya terbuka melalui satu jalan ibadah vertikal saja. Akan tetapi harus dikomparasikan dengan hubungan baik secara horizontal. Ibadah malam, berpuasa di siang hari itu sangat baik apabila dibarengi dengan hubungan sosial yang bagus, terutama dalam masalah bertetangga. Bapak hariyanto juga menyampaikan bahwa kita juga harus berbuat baik terhadap sesame, saling memaafkan jika ada saudara kita yang menyakiti, membenci, bahkan menjelek-jelekkan sekalipun maka balaslah dengan kebaikan. Dibahas juga mengenai akhlak suami terhadap istri, begitupunn sebaliknya. Bagaimana sikap istri terhadap suami, membiasakan saling bertanya apakah ada kesalahan yang diperbuat?
Dari kebiasaan itu akan timbul rasa cinta dan keharmonisan. Akhlak yang baik juga tergambar dari wajah yang berseri, ceria, sumeh, ramah dan menggembirakan. Wajah yang banyak bersyukur ditandai oleh wajah yang selalu menebar kebahagiaan. Bukan karena fisik yang cantik, ganteng akan tetapi wajah yang berseri seri terhadap saudaranya. Menurut Bapak Heriyanto wajah yang penuh syukur merupakan cerminan akhlak yang baik, menebar senyuman kepada saudaranya, bukankah senyum juga termasuk bagian dari sedekah.
d. Amal sholih yang menjadi solusi dari segala persoalan-persoalan kita.
Ketika diberi musibah, dia akan mengembalikan kepada Allah. Dengan musibah akan semakin meningkat ketaqwaannya kepada Allaah SWT, akan semakin mendekatkan diri ke Allah, akan berlari mencari Solusi hanya kepada Allaah. Karena ciri orang yang bertakwa meyakini:
1) tidak ada persoalan yang tidak ada solusinya, pasti Allah beri jalan keluar
2) mendapatkan kesempatan dan rizki dari arah yang tak disangka-sangka. QS. Thalaq : 3
وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗۗ اِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ
اَمْرِهٖۗ قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا
Artinya : menganugerahkan kepadanya rezeki dari arah yang tidak dia duga. Siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya. Sesungguhnya Allahlah yang menuntaskan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah membuat ketentuan bagi setiap sesuatu. (QS. Thalaq : 3)
3) Orang yang selalu memberi maaf , tanpa harus dimintai maaf terlebih dahulu
4) Memiliki semangat juang tinggi, tanggung jawab dan amanah terhadap apa yang diberikannya. Karena ia faham, amanah itu akan dimintai pertanggungjawaban kelak.
Peserta yang hadir pada acara pengajian Bakda Ramadan ini sangat antusias mendengarkan pemaparan dari Ketua BPH UMMI, semoga apa yang disampaikan menjadi ilmu yang membawa kebermanfaatan dan bisa menjadi amal jariyah untuk beliau yang menyampaikan dan pahala juga bagi yang mendengarkan. (Ika Sofia Rizqiani)