KAIRO, Suara Muhammadiyah - Pada tanggal 18-19 September 2023, empat dosen Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka mengadakan kegiatan sosialiasi Islam Wasathiyah untuk mahasiswa dan diaspora Indonesia di negara Mesir. Jumlah mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh pendidikan di negeri Kinanah saat ini mencapai angka 13.000 dan karenanya menyimpan potensi besar bagi penguatan moderasi Islam sekembalinya mereka ke Indonesia.
Acara pengabdian masyarakat internasional ini dapat terealisasi atas kerja sama Uhamka dengan Kedutaan Besar RI untuk Mesir dan Pimpinan Cabang Internasional Muhammadiyah-Aisyiyah (PCIM-PCIA). Pemilihan PCIM dan PCIA sebagai mitra dalam kegiatan pengabdian masyarakat karena memiliki 700 kader yang sangat potensial dalam penyebaran dan gerakan dakwah Islam wasathiyah. Kegiatan sosialisasi bertempat di aula Gedung Markaz Dakwah Muhammadiyah Kota Kairo.
Diikuti sebanyak 70 peserta yang terdiri dari mahasiswa Indonesia yang tengah belajar di Universitas Al-Azhar Mesir, para kader dan pimpinan Cabang Istimewa PCIM-PCIA Mesir, serta perwakilan dari Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia Mesir (PPI Mesir).
Dalam pertemuan dengan dosen Uhamka, Duta Besar Indonesia untuk Republik Mesir Dr. Lutfi Rauf mendukung sepenuhnya kegiatan yang dilakukan oleh para dosen Uhamka untuk mengajarkan keterampilan menulis Islam Washatiyah bagi mahasiswa Indonesia di Mesir. Ia mengatakan bahwa mahasiswa Indonesia yang belajar di Al Azhar Mesir sudah memiliki pondasi keilmuan Islam yang kokoh. Langkah berikutnya yang diperlukan adalah pengembangannya melalui interaksi dan integrasi dengan keilmuan modern seperti antropologi, sosiologi, komunikasi, diplomasi, serta penguasaan skill menulis. Hal ini penting agar substansi nilai keislaman bisa menjadi solusi dari kompleksitas persoalan di masyarakat. Selain itu, mahasiswa dan alumni Al Azhar bisa menyuarakan nilai-nilai wasathiyah Al Azhar melalui media tulisan.
Hadir dalam kegiatan secara langsung, Prof Bambang Suryadi selaku Atase Pendidikan dan Kebudayaan Kedubes RI di Mesir juga merasa senang dan menyambut positif kegiatan para dosen Uhamka ini. Dalam sambutannya, Islam wasathiyah merupakan modal sosial penting dari Islam Indonesia yang perlu terus dikembangkan dan diharapkan dapat membentuk karakter dan pola pikir yang maju.
Acara ini berlangsung selama dua hari. Pemateri pertama, Ai Fatimah Nur Fuad menyampaikan sosiasialisasi pentingnya dakwah Islam wasathiyah sebagai nilai yang harus dipegang ditengah kontestasi dan perkembangan ideologi-deologi global yang mengajarkan nilai-nilai anti kemajuan, tidak ramah hak asasi manusia, bahkan ada yang melegalkan aksi-aksi kekerasan.
Sementara itu, Ilham Mundzir dalam paparannya menyampaikan tentang perlunya mahasiswa Indonesia ikut terlibat aktif menyebarluaskan Islam wasathiyah melalui dakwah bil kitabah atau dakwah melalui tulisan. Mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Universitas Al-Azhar memiliki keunggulan dalam akses dan penguasaan terhadap turats atau khazanah Islam yang sangat kaya, yang perlu disebarluaskan untuk memberikan pencerahan pemahaman agama kepada masyarakat baik di Indonesia maupun dunia pada umumnya.
Pada hari kedua, narasumbernya adalah Nur Melinda Lestari yang menyampaikan materi “Pengembangan Bisnis Syariah pada UMKM dibawah Bimbingan PCIM dan PCIA Mesir dengan Branding Image dan Analisa Kelayakan Bisnis.” Hal ini karena jumlah mahasiswa Indonesia yang belajar di Mesir mengalami peningkatan signifikan. Kondisi ini membuat peluang bisnis di kalangan mahasiswa dan diaspora Indonesia tampak menggeliat mulai dari bisnis rumah makan, pakaian, bumbu-bumbu makan bahkan sampai bisnis pertukaran uang dan bisnis perjalanan wisata.
Sementara itu, Ari Widayanti mensosialisasikan mengenai program DAGUSIBU sebagai upaya meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam menggunakan dan mengelola obat. DaGuSiBu adalah Gerakan Masyarakat dalam Mendapatkan, Menggunakan, Menyimpan dan Membuang Obat dengan Benar. DAGUSIBU merupakan salah satu program Ikatan Apoteker Indonesia (IAI), yang biasanya banyak dijumpai sebagai poster atau spanduk yang bertuliskan DAGUSIBU di sarana kesehatan terutama di apotek-apotek.
Sayangnya Penyuluhan tentang DAGUSIBU masih kurang sehingga diperlukan pemberian informasi secara khusus dan langsung kepada pasien serta masyarakat umum. Bagi mahasiswa Al Azhar yang sangat jauh dari Indonesia, penyuluhan ini menjadi sangat penting untuk meningkatkan kepatuhan dalam penggunaan obat bagi mahasiswa dan diaspora di negeri Kinanah.