Oleh: Nur Ngazizah
Allah menciptakan laki-laki dan perempuan berpasang-pasangan. Melalui akad pernikahan, mereka disatukan untuk membangun mahligai rumah tangga. Pernikahan menjadi tangga utama dalam membangun sebuah keluarga yang merupakan rumah dan lingkungan pertama bagi seseorang. Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam Al-Qur'an.
وَمِنْ ءَايَٰتِهِۦٓ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَٰجًا لِّتَسْكُنُوٓا۟ إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً ۚ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
Artinya, “Di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah bahwa Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari (jenis) dirimu sendiri agar kamu merasa tenteram kepadanya. Dia menjadikan di antaramu rasa cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir”. (Q.S. ar-Rum: 21).
Islam sangat menekankan pentingnya menjaga keharmonisan keluarga. Ini karena pada hakikatnya, baiti jannati, rumahku adalah surgaku. Keharmonisan ini terwujud dengan interaksi yang baik dan intens dengan seluruh anggota keluarga dengan menjadikan syariat Islam sebagai pedoman dan pijakannya.
Allah telah memerintahkan agar suami bergaul dengan istrinya dengan makruf, sebagaimana layaknya seorang sahabat secara sempurna. Inilah yang Rasulullah lakukan terhadap istri-istrinya, memberikan hak-haknya, nafkah, dan mahar baginya, tidak bermuka masam, dan tidak menampakkan kecenderungan kepada anita lain. Firman Allah,
وَعَاشِرُوْهُنَّ بِالْمَعْرُوْفِ ۚ فَاِنْ كَرِهْتُمُوْهُنَّ فَعَسٰٓى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْـًٔا وَّيَجْعَلَ اللّٰهُ فِيْهِ خَيْرًا كَثِيْرًا
“… Dan bergaulah dengan mereka secara patut. Kemudian jika kamu tidak menyukai mereka maka bersabarlah karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS An-Nisa’: 19)
Bagaimana untuk menggapai keluarga yang Bahagia?
1. Suami dan istri memiliki sikap qanaah
Maksudnya setiap pasangan harus dapat menerima kelebihan dan kekurangan pasangannya. Sebab adanya perbedaan dari lelaki dan perempuan itu agar untuk saling mengenal satu sama lainnya untuk selanjutnya saling menerima dan menghormati setiap pasangan.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَٰكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَٰكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓا۟ ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Surat Al-Hujurat Ayat 13).
Rasulullah tidak pernah membuat masalah dengan istri beliau. Beliau tidak pernah mencela istri ketika makanan yang dimasak tidak enak. Pernah ketika pulang ke rumah, istri beliau melarang untuk memakan sayur yang dibuatnya karena ketumpahan cuka. Rasul pun menjawab dia suka minum cuka dan sayur masam itu pun dimakannya dengan senang hati.
Begitu juga ketika istrinya memanggang roti terlalu lama hingga gosong. Rasul tetap memakannya sambil berkata roti yang dibakar memang akan hangus.
Selain itu, Rasulullah saw. pun berpesan kepada para istri agar tidak menyakiti suaminya dengan perkataan ataupun perbuatannya, terlebih mencaci-makinya. Rasulullah saw. bersabda, “Tidaklah seorang istri menyakiti suaminya di dunia melainkan istrinya dari para bidadari surga akan berkata, ‘Jangan engkau menyakitinya, celakalah dirimu! Karena ia hanya sejenak berkumpul denganmu yang kemudian meninggalkanmu untuk kembali kepada kami.'” (HR Tarmidzi)
2. Suami dan istri saling menutupi kekurangan dan berakhlaq yang baik
Tidak boleh baik suami dan istri menceritakan aib pasangannya atau ke luar keluarganya kepada orang lain. Bila terjadi permasalahan hendaknya diselesaikan secara arif bijaksana sesuai tuntunan agama.
أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ إِلَىٰ نِسَائِكُمْ ۚ هُنَّ لِبَاسٌ لَكُمْ وَأَنْتُمْ لِبَاسٌ لَهُنَّ ۗ عَلِمَ اللَّهُ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَخْتَانُونَ أَنْفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنْكُمْ ۖ فَالْآنَ بَاشِرُوهُنَّ وَابْتَغُوا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَكُمْ ۚ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ ۖ ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْلِ ۚ وَلَا تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنْتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ ۗ تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ فَلَا تَقْرَبُوهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ آيَاتِهِ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ
Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan istri-istri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa. (Al Baqarah 187).
Rasulullah saw. sangat mencintai keluarganya, beliau merupakan pribadi yang penyayang, dan dikenal sebagai sosok pelindung keluarganya. Dalam hadis yang diriwayatkan Imam At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban, Rasulullah saw. bersabda,
خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ ِلأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ ِلأَهْلِي
”Orang yang paling baik di antara kalian adalah yang paling baik perlakuannya terhadap keluarganya. Sesungguhnya aku sendiri adalah orang yang paling baik di antara kalian dalam memperlakukan keluargaku.” (HR Ibnu Majah)
Hadis ini menegaskan bagaimana perlakuan dan perhatian beliau terhadap keluarga sangatlah besar. Penuh dengan cinta kasih, akhlak terpuji, hingga kebijaksanaan yang menaungi keluarga. Hadis lainnya, “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya dan paling lemah lembut terhadap keluarga.” (HR Bukhari Muslim)
Rasulullah saw. teladan terbaik dalam bergaul dengan makruf kepada keluarganya. Dari Muawiyah al-Qusyairi, Nabi pernah ditanya, “Apakah hak seorang wanita atas suaminya?” Rasulullah menjawab, “Engkau memberinya makan jika engkau makan dan engkau memberi pakaian jika engkau berpakaian. Janganlah memukulnya pada wajah, jangan mencaci maki, dan jangan menjauhinya, melainkan dalam rumah.” (HR Ahmad, Abu Daud, dan Ibnu Majah)
Kehidupan pernikahan yang penuh persahabatan dengan istri-istrinya telah Rasulullah contohkan pada kita semua. Hal ini tampak dari bagaimana sikap dan kata-kata yang beliau sampaikan terhadap istri-istrinya. Tidak ada satu hadis pun yang menyebut bahwa Rasulullah pernah memukul atau mengumpat istrinya. Rasul menyapa istrinya dengan sapaan hangat dan baik. Rasul menyapa Khadijah dengan sebutan “Ya habibi” (wahai kekasihku). Begitu juga dengan Aisyah yang disapa dengan “Ya Humaira'” (Wahai wanita yang pipinya kemerahan).
3. Menerima nasihat satu sama lainnya
Baik suami dan istri hendaknya menjalin komunikasi yang baik untuk mencapai kebahagiaan dalam rumah tangga. Baik suami maupun istri hendaknya saling memberikan nasihat satu sama lain dengan cara yang ma'ruf. Ibnu Katsir berpendapat bahwa mu’asyarah bil-ma’ruf atau bergaul dengan patut adalah santun ketika berbicara dengan istri, sebagaimana Anda suka diperlakukan oleh istri Anda, maka perlakukan juga istri Anda sebagaimana yang Anda sukai.
Hubungan seksual antara suami dan istri adalah kebutuhan bersama. Sedangkan Imam Qurthubi berpendapat, memberikan hak-haknya dengan sempurna, yaitu membayar mahar, memberikan nafkah, dan tidak berkata-kata kasar.
Rasulullah pun pernah berpesan kepada para suami agar tetap bersabar menghadapi sikap para wanita (istri) yang kurang disukai. Meski ada hal-hal yang tidak disukai dari gelagat atau sikap istri, hal itu tidak menjadi alasan bagi para suami untuk berlaku kasar.
Rasulullah saw. bersabda dalam hadis yang diriwayatkan Imam Muslim dan Imam Ahmad, “La yafrak mu’minun mu’minatan in kariha minha khuluqan radhiya minha akhara.“ Yang artinya, “Janganlah marah (laki-laki muslim/suami) kepada seorang wanita muslimah (istri). Jika tidak menyukai perangai darinya, maka sukailah perangai lainnya.“ (HR Muslim)
Hanya suami yang memiliki sikap welas asih terhadap istrinya dan sebaliknya istrinya juga memiliki sikap rahmat dan hormat kepada suaminya, dengan bimbingan syariat Islam saja yang akan menghasilkan mu’asyarah bil ma’ruf, pergaulan yang patut dalam kehidupan rumah tangga.
Jika menjumpai permasalahan, keduanya saling memuliakan dan bijaksana dalam menyelesaikan masalah. Jika keadaan rumah tangga sudah demikian, Allah akan melimpahkan keberkahan dan kebahagiaan kepada keluarga ini.
Semoga selalu diberikan petunjuk oleh Allah dan kemampuan untuk menggapai keluarga Bahagia, mewujudkan ketaatan kepada Allah Bersama suami istri dan anak anak. Terus melakukan ikhtiar dan menyandarkan doa terbaik adalah ikhtiar yang harus dilakukan, semoga kita semua bisa menggapai keluarga Bahagia penuh berkah sehingga menjadi teladan bagi kelurga di lingkungan sekitar untuk dakwah Muhammadiyah dan Aisyiyah yang menggembirakan dan mencerahkan semesta.
Fastabiqul khairaat
Nur Ngazizah, S.Si., M.Pd, Dosen UM Purworejo. Ketua Divisi Tabligh Digital dan MTK Komunitas PWA Jateng