Anak Saleh (18)

Publish

21 November 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
290
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Anak Saleh (18)

Oleh: Mohammad Fakhrudin

"Anak saleh bukan barang instan. Dia diperoleh melalui proses yang sangat panjang dan penuh tantangan."

Di dalam “Anak Saleh” (AS) 17 diuraikan dua hal pokok, yaitu (1) kendala beristiqamah dan (2) fenomena Tsa’labah bin Khatib masa kini. Hal penting yang perlu mendapat perhatian kembali di antaranya adalah bahwa kuatnya akidah pada muslim mukmin menjadi faktor paling menentukan tumbuh berkembangnya kebagusan akhlak terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya. Jika bagus akhlaknya, dapat dipastikan keistiqamahannya terpelihara dengan baik pula. 

Di dalam kenyataan banyak muslim mukmin yang mengalami kesulitan luar biasa ketika menghadapi kendala internal. Bahkan, ada yang gagal. Namun, mereka yang kuat akidahnya dapat mengatasi kendala, baik internal maupun eksternal. Persoalan yang timbul adalah bagaimana langkah-langkah mengatasi kendala tersebut? Secara garis besar, sekurang-kurangnya ada tiga langkah strategis yang perlu ditempuh, yaitu (1) berdoa, (2) didoakan, dan (3) berikhtiar. 

Di dalam AS (18) ini diuraikan ketiga langkah strategis itu dengan contoh kasus.

    Berdoa

Di dalam Suara Muhammadiyah online pernah ditayangkan uraian tentang kedahsyatan doa (KD) 1 s.d. 10. Kiranya  banyak artikel bertopik sama yang dapat kita baca juga, baik di Suara Muhammadiyah maupun di media sosial yang lain. Ada baiknya, uraian tentang kedahsyatan doa dibaca dengan penuh perenungan agar makin yakin bahwa doa mempunyai kekuatan yang sangat dahsyat.

Dalam hubungannya dengan pentingnya berdoa, kita perhatikan kembali penegasan Allah Subhanahu wa Ta’ala bagi orang yang berdoa sebagaimana djelaskan di dalam Al-Qur’an surat Ghafir (40): 60

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُوْنِيْٓ اَسْتَجِبْ لَكُمْۗ اِنَّ الَّذِيْنَ يَسْتَكْبِرُوْنَ عَنْ عِبَادَتِيْ سَيَدْخُلُوْنَ جَهَنَّمَ دَاخِرِيْنَࣖ ۝٦٠

“Tuhanmu berfirman, Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu (apa yang kamu harapkan). Sesungguhnya, orang-orang yang menyombongkan diri tidak mau beribadah kepada-Ku akan masuk (neraka) jahanam dalam keadaan hina dina.”

Sementara itu, dari tulisan Annisa Nurul Hasana yang berjudul "Hadis-Hadis Keutamaan Berdoa" di dalam Bincang Syari'ah dapat  kita ketahui bahwa di dalam HR Ahmad, al-Bukhari, at-Tirmizi, an-Nasa’i dari sahabat Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu dengan sanad-sanad yang sahih, dijelaskan keutamaan berdoa juga. 

Berikut ini dua dari hadis-hadis yang dikajinya di dalam tulisan itu.

لَيْسَ شَيْءٌ أَكْرَمَ عَلَى اللهِ تَعَالَى مِنَ الدُّعَاءِ.

“Tidak ada sesuatu pun yang lebih mulia di sisi Allah Ta’ala daripada doa.” 

Di dalam HR Abu Ya’la dan al-Hakim dari sahabat Ali radiyallahu ‘anhu berikut ini dijelaskan tentang keutamaan doa juga.

الدُّعَاءُ سِلَاحُ الْمُؤْمِنِ وَعِمَادُ الدِّيْنِ وَنُوْرُ السَّمٰوَاتِ وَالْأَرْضِ.

“Doa itu senjata orang mukmin, tiang agama, dan cahaya langit-langit dan bumi.” 

Contoh Doa Mohon Keteguhan Hati

Baik di dalam Al-Qur’an maupun al-Hadis terdapat doa mohon keteguhan hati. 

      Di dalam Al-Qur’an:

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ اِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَّدُنْكَ رَحْمَةً ۚاِنَّكَ اَنْتَ الْوَهَّابُ

“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau condongkan kami kepada kesesatan setelah Engkau berikan petunjuk kepada kami rahmat dari sisi-Mu. Sesungguhnya, Engkau adalah Maha Pemberi." (QS Ali ‘Imran [3]: 8)

رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَتَوَفَّنَا مُسْلِمِينَ

“Ya Rabb kami! Limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri (kepada-Mu).” (QS al-A’raf [7]:126)

     Di dalam al-Hadis:

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ

“Wahai Dzat yang membolak-balikan hati, teguhkanlah hatiku berada di atas agama-Mu.” (HR at-Tirmizi)

    Didoakan

Dalam hubungannya dengan pentingnya didoakan, ada pelajaran penting yang harus kita petik dari firman Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam Al-Qur’an surat al-Hasyr (59): 10

وَالَّذِيْنَ جَاۤءُوْ مِنْۢ بَعْدِهِمْ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِاِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْاِيْمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلًّا لِّلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا رَبَّنَآ اِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌࣖ ۝١٠

“Orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Ansar) berdoa, Ya Tuhan kami, ampunilah kami serta saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu daripada kami dan janganlah Engkau jadikan dalam hati kami kedengkian terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.”

Contoh tentang pengamalan mendoakan orang lain terdapat pula di dalam surat Ibrahim (14): 41

رَبَّنَا اغْفِرْ لِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ يَوْمَ يَقُوْمُ الْحِسَابُࣖ ۝٤١

“Ya Tuhan kami, ampunilah aku, kedua orang tuaku, dan orang-orang mukmin pada hari diadakan perhitungan (hari Kiamat).”

Sementara itu, di dalam hadis-hadis berikut ini dijelaskan keutamaan saling mendoakan sesama muslim mukmin.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يَدْعُو لِأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ إِلَّا قَالَ الْمَلَكُ وَلَكَ بِمِثْلٍ

“Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) tanpa sepengetahuannya, melainkan malaikat akan berkata, Dan bagimu juga kebaikan yang sama.” (HR Muslim)

Dari ayat dan hadis tersebut kita ketahui bahwa saling mendoakan disyariatkan. Oleh karena itu, setiap muslim mukmin wajib mengamalkannya. Dengan demikian, untuk merawat keistiqamahan, kita memerlukan doa dari orang lain pula, lebih-lebih doa dari orang saleh. Banyak contoh nyata bahwa suatu keadaan atas izin Allah Subḥanahu wa Ta'ala terjadi karena dahsyatnya doa orang lain, baik pada zaman dulu, zaman kini, maupun zaman yang datang.

    Berikhtiar

Hal yang perlu mendapat perhatian serius adalah bahwa dalam setiap menghadapi  masalah apa pun dan seberat apa pun muslim mukmin tidak cukup hanya berdoa dan didoakan, tetapi juga wajib berikhtiar sebagaimana dijelaskan di dalam Al-Qur’an surat ar-Ra’d (13): 11

لَهٗ مُعَقِّبٰتٌ مِّنْۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهٖ يَحْفَظُوْنَهٗ مِنْ اَمْرِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْۗ وَاِذَآ اَرَادَ اللّٰهُ بِقَوْمٍ سُوْۤءًا فَلَا مَرَدَّ لَهٗ ۚوَمَا لَهُمْ مِّنْ دُوْنِهٖ مِنْ وَّالٍ 

"Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sesungguhnya, Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tidak ada yang dapat menolaknya dan sekali-kali tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia."

Di samping di dalam surat tersebut, di dalam surat an-Najm (53): 39-42 dijelaskan pentingnya berikhtiar juga.

Langkah strategis yang perlu kita tempuh dalam rangka ikhtiar merawat keistiqamahan adalah mengaji tentang istiqamah, baik dengan menghadiri majelis taklim maupun melalui media sosial dengan pemateri yang mencerdaskan, mencerahkan, dan memajukan. Di samping itu, bergaul dengan orang saleh merupakan langkah strategis juga. Langkah ini sangat penting karena bergaul  dengan orang saleh mendatangkan banyak pelajaran berharga bagi kehidupan. 

Setelah memperoleh bekal, berlatih melalui pembiasaan untuk melakukan internalisasi akhlak istiqamah pun tidak boleh diabaikan. Tahap internalisasi biasanya berlangsung lama. Pada tahap ini diperlukan pendampingan agar ada orang lain yang mengingatkan dan memotivasi. 

Agar internalisasi berlangsung dengan baik, keterbukaan dan pantang menyerah sangat diperlukan. Sikap mudah tersinggung dan mudah putus asa berpengaruh buruk terhadap ikhtiar istiqamah. Sangat mungkin ikhtiar istiqamah terhenti karena sikap tersebut.

Pengaruh Lemahnya Akidah terhadap Keistiqamahan

Sebagian kisah nyata yang disajikan berikut ini merupakan bagian dari tulisan “Belajar pada Kata dan Peristiwa” (9) yang ditayangkan di Suara Muhammadiyah, 23 Februari 2023. Uraian tentang keistiqamahan belum disajikan di dalam tulisan tersebut. Sesuai dengan fokus AS (18) ini, uraian tentang keistiqamahan saja yang disajikan. 
  
Untuk sekadar mengingat kembali, berikut ini disajikan ringkasan bagian yang telah ditayangkan, yakni diperolehnya ketenangan setelah Mas Jur setelah dia shalat. 

Rencana bunuh diri Mas Jur dapat saya gagalkan. Tentu hal itu semata-mata berlangsung atas izin Allah Subhanahu wa Ta’ala. 

Mas Jur mau salat, kecuali salat Jumat. Masih malu katanya. Sebagai gantinya, dia shalat duhur. Hatinya mulai tenang. 

Sayang! Terjadi antiklimaks! Setelah tenang hati dan pikirannya, dia justru tidak lagi shalat.

Rupanya teman-teman kerjanya mulai memahami kondisi kejiwaan Mas Jur. Dia butuh istri dan tempat bekerja yang secara finansial menjanjikan masa depan.

Mulailah mereka mengondisikan tempat duduk Mas Jur berdampingan dengan tempat duduk perempuan sebaya yang belum menikah. Perempuan itu teman kerjanya pula. Setelah beberapa lama, teman-teman kerja Mas Jur mulai berbicara “menyerempet-nyerempet” masalah jodoh, padahal mereka tahu ada perbedaan agama. 

Hati Mas Jur mulai oleng. Hubungan dengan perempuan itu yang semula teman biasa sedikit demi sedikit mulai berubah menjadi luar biasa. Perbedaan agama tidak lagi dianggapnya sebagai perintang.

Tidak berhenti hanya pada masalah calon istri. Pekerjaan dengan gaji yang lebih baik daripada gaji PNS pun mulai ditawarkan. Dia sangat tertarik karena beberapa kali tidak lulus tes CPNS. Pada awalnya tawaran itu tanpa syarat. Namun, akhirnya bersyarat. Mas Jur harus “menyesuaikan” dengan agama teman-teman kerjanya.

Mas Jur menyerah! Dia berpindah agama. 

Dari kasus tersebut kiranya dapat kita ketahui bahwa lemahnya akidah merupakan faktor paling menentukan ketidakistiqamahan. 


Allahu a’lam


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Tiga Prinsip Hidup Menjaga Kualitas Kemanusiaan Oleh: M. Rifqi Rosyidi, Lc., M.Ag "Wa ja'alanī mu....

Suara Muhammadiyah

27 October 2023

Wawasan

Ekonomi Berdikari Muhammadiyah Oleh: Dr Masud HMN Berdirinya gedung SM delapan tingkat yang terlet....

Suara Muhammadiyah

5 October 2023

Wawasan

Degradasi Bermuhammadiyah Oleh: Saidun Derani Pelaksanaan Pengajian bulanan Pimpinan Daerah Muhamm....

Suara Muhammadiyah

8 January 2024

Wawasan

Kenapa Tidak Ada Pemisahan Agama dan Negara dalam Islam? Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu B....

Suara Muhammadiyah

27 July 2024

Wawasan

Menakar Janji Calon Presiden Oleh : Ahsan Jamet Hamidi Muhammadiyah berhasil menghadirkan seluruh ....

Suara Muhammadiyah

26 November 2023

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah