YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Panitia Ramadhan di Kampus (RDK) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) kembali menggelar kajian menjelang berbuka yang ke-21 di Masjid Islamic Center UAD hari Jum’at (21/03). Dalam kesempatan ini, panitia menghadirkan Dr. Norma Sari, M.Hum., Wakil Rektor UAD Bidang Sumber Daya Manusia sekaligus Wakil Ketua Majelis Pembinaan Kader Pimpinan Pusat Aisyiyah, sebagai pemateri. Ia membawakan kajian bertema Integritas dalam Islam yang dikemas dengan pengalaman pribadi dan nilai-nilai keteladanan.
Mengawali kajian, Norma menyampaikan doa dan harapan agar bulan suci Ramadhan 1446 H, menjadi momen meningkatkan keimanan serta ketakwaan. Ia juga mengingatkan kondisi ekonomi yang tengah tidak stabil, menjadikan pengajian sebagai sarana penguatan spiritual, mental, serta kesehatan finansial.
“Setiap malam dan setiap sujud saya berdoa karena kita semua tahu kondisi ekonomi Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Maka, majelis ilmu seperti ini menjadi tempat yang tepat untuk memperkuat iman dan menjaga kesehatan mental serta finansial,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia juga menyampaikan pesan agar umat Islam lebih bijak dalam mengatur keuangan, terutama menjelang Idul Fitri. “Ibu-ibu, mari kita kelola keuangan dengan baik. Jangan sampai pasca Idul Fitri kita mengalami kesulitan ekonomi karena pengeluaran yang berlebihan,” tambahnya.
Norma juga berbagi pengalaman masa kecilnya yang menggambarkan nilai integritas yang telah diajarkan sejak dini. Ia bercerita tentang sosok K.H. Abdul Rozak Fakhruddin (Mbah AR), Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada masanya, yang memberikan pelajaran berharga tentang kejujuran dan kemandirian.
“Suatu ketika, Mbah AR memanggil saya dan memberi selembar uang dari amplop yang sebelumnya diberikan panitia pengajian. Spontan, ibu saya menolak dengan berkata, ‘Ampun, Mbah.’ Namun, Mbah AR menjawab, ‘Iki nggo putuku, tak paringi duit dinggo sangu ngaji (Ini untuk cucuku, saya beri uang untuk bekal mengaji)”.
Dari kisah ini, Norma menegaskan bahwa integritas dalam Islam mengajarkan pentingnya memiliki bekal yang cukup dalam berdakwah serta menjaga diri dari godaan yang bisa mengikis nilai-nilai kejujuran.
Menurutnya, tantangan terbesar saat ini adalah bagaimana umat Islam mempertahankan integritas dalam berbagai aspek kehidupan. Ia menyoroti kasus mahasiswa yang mencoba menyuap dosen saat ujian sebagai contoh konkret rendahnya kesadaran akan integritas.
“Ada mahasiswa yang memasukkan uang ke dalam lembar skripsi saat ujian. Ini menunjukkan bahwa masih banyak yang belum memahami pentingnya kejujuran dalam meraih kesuksesan,” ungkapnya.
Di tingkat global, Norma juga menyinggung pengalaman dakwahnya di Osaka, Jepang, di mana banyak mualaf yang masih bingung mengenai batasan halal dan haram dalam Islam. Salah satu pertanyaan yang kerap muncul adalah terkait konsumsi minuman keras dan makanan yang mengandung alkohol.
“Ketika seorang mualaf bertanya, ‘Apakah saya harus menghindari minuman keras?’ Saya menjelaskan bahwa Islam mengajarkan prinsip moral yang kuat. Kita tidak hanya menghindari hal yang dilarang, tetapi juga menolak untuk mengubah prinsip yang sudah ditetapkan,” tuturnya.
Dalam kajian yang disampaikan, Norma menekankan pentingnya akhlak dalam kehidupan sehari-hari. Menurutnya, tindakan spontan yang mencerminkan akhlak seseorang adalah bukti dari kebiasaan baik yang tertanam dalam diri seseorang.
"Ketika hujan turun deras, orang yang berakhlak akan langsung berdoa 'Allahumma shayyiban nafi’an', sementara yang lain justru mengutuk hujan tanpa berpikir panjang," ujarnya.
Ia juga membagikan pengalaman menarik terkait ceramah yang pernah disampaikan oleh seorang dosen UAD saat menjadi khatib Jumat. Sang dosen menyampaikan bahwa hujan adalah berkah dan mendatangkan rezeki. Namun, selepas ceramahnya, hujan turun begitu deras sehingga para jamaah kesulitan pulang.
"Pak, gara-gara ceramah panjenengan soal hujan adalah berkah, kami jadi terjebak di sini!" keluh beberapa jamaah kepada sang dosen. Dalam percakapan yang ia bagikan, Norma mengingatkan sang dosen untuk tetap sabar dan memahami dinamika jamaah.
Selain itu, Norma juga menyinggung pentingnya memahami situasi saat menjadi imam salat. Ia mencontohkan pengalaman di musala bandara, di mana seorang imam membaca surat yang panjang sementara panggilan boarding pesawat terus berkumandang.
"Saya pernah salat di bandara, imamnya membaca surat Al-Alaq. Saat itu panggilan boarding terdengar bertubi-tubi, dan jamaah mulai gelisah. Ada yang sampai membatalkan salatnya karena takut ketinggalan pesawat," katanya.
Dalam kajiannya, ia juga membahas isu integritas dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Norma menyoroti kasus korupsi yang begitu masif terjadi di berbagai negara. "Ada sebuah negara yang rakyatnya kehilangan uang sebesar 271 triliun rupiah karena korupsi. Bapak dan Ibu, negara mana itu? Saya yakin sebagian dari Anda sudah tahu jawabannya," ungkapnya.
Ia pun menyinggung pengalaman UAD dalam memasang CCTV di masjid kampus untuk mencegah pencurian. Suatu hari, rekaman CCTV menangkap seorang pria yang mengenakan pakaian rapi sedang mengambil mukena. "Yang lucu, pencuri itu bukannya khawatir dengan CCTV, tapi malah melihat ke atas dan berkata, 'Lampunya bagus ya!'," ceritanya.
Norma mengingatkan bahwa integritas adalah pilar utama dalam membangun masyarakat yang berakhlak. Ia mengutip Surat Al-Ankabut yang menegaskan bahwa salat mencegah perbuatan keji dan mungkar. "Bukan kita yang menegakkan salat, tetapi salatlah yang akan menegakkan kita," tegasnya.
Ia juga berbagi kisah inspiratif tentang seorang gadis penjual susu pada masa Khalifah Umar bin Khattab. Ketika ibunya menyuruhnya mencampur susu dengan air agar keuntungan lebih besar, sang gadis menolak dan berkata, "Ibu, Amirul Mukminin melarang kita berbuat curang." Ibunya menjawab, "Umar tidak melihat kita sekarang." Namun, sang gadis dengan teguh berkata, "Tapi Allah melihat kita, Bu." Kisah ini begitu menggugah hati Umar, hingga akhirnya gadis tersebut dinikahkan dengan putranya. "Jadi, siapa tahu kalau kita menjaga integritas, kita bisa dijodohkan dengan anak presiden," ujarnya.
Di akhir kajian, ia mengingatkan betapa pentingnya menunaikan amanah dan menjauhi perilaku serakah. "Banyak orang yang terjebak investasi bodong karena serakah. Bayangkan, uang 600 ribu dalam satu jam naik jadi 1 juta, dua jam naik jadi 3 juta, dan akhirnya dalam delapan jam menjadi ratusan juta! Transferan terakhir tidak pernah kembali, dan akhirnya harus berhutang ke sana-sini," katanya.
Melalui kajiannya, Norma mengajak para jamaah untuk merenungkan kembali nilai-nilai kejujuran, amanah, dan tanggung jawab dalam kehidupan. "Ramadan ini adalah waktu terbaik untuk memperbaiki diri. Jangan sampai kita tergoda dengan dunia yang penuh fatamorgana, karena sekecil apa pun amanah yang kita emban, pasti akan kita pertanggungjawabkan di hadapan Allah," tutupnya. (Badru/m)