Meninggalkan Kebaikan Wujud Cinta pada Persyarikatan
Oleh: Amalia Irfani
Jika menelusuri satu persatu bakti kader pada persyarikatan, dengan mengorbankan pikiran, tenaga bahkan harta tanpa pernah berhitung dan mengeluh, entah berapa episode jika dijadikan audiovisual dalam sebuah sinetron, atau entah setebal apa seandainya dirunutkan ke baris tulisan. Semangat tersebut harus terus tersampaikan ke generasi muda Muhammadiyah-'Aisyiyah, agar dakwah tidak surut dan usang karena kemajuan zaman.
Penulis berkeyakinan siapapun kita yang mencintai Persyarikatan pasti setuju agar jalan kebaikan (semacam rekam jejak perjuangan) yang dilakukan oleh kader militan harus dijadikan pembelajaran agar penerus estafet gerakan juga melakukan hal serupa minimal mencontoh semangat untuk juga melakukan kebaikan. Jika ide tidak dituliskan maka hanya jadi cerita untuk generasi setelahnya dan akan hilang begitu saja. Padahal, digitalisasi di zaman now sudah sangat memudahkan kita menyimpan dan mengirim data, sayang rasanya jika hal tersebut tidak dimanfaatkan untuk menebar, menyebar kebaikan. Hanya memang perlu kesabaran dan keterampilan yang harus terus diasah dalam menuliskan historis masa lampau, dan yang sedang dilakukan.
Kebaikan yang Menginspirasi
Dalam pertemuan dengan beberapa kader persyarikatan baik yang sudah sepuh atau sekarang masih mengabdikan dirinya di amal usaha Muhammadiyah-'Aisyiyah yang ada di Kota Pontianak Kalimantan Barat, penulis menemukan semangat luar biasa bermula saat mereka mulai mengenal dan akhirnya mengabdi di persyarikatan karena berada didekat kader yang memiliki misi hidup berkemajuan. Ketauladanan, kegigihan, semangat berdakwah bahkan sikap lemah lembut dan tidak memaksa membuat banyak hati tertarik, dan melabuhkan diri di persyarikatan.
Manusia pilihan tersebut tidak hanya memiliki komitmen untuk memajukan, tetapi memiliki kepekaan sosial diatas rata-rata. Dian Maulidiah sekretaris Dikdasmen PWA Kalbar yang peneliti temui disela-sela kesibukannya sebagai guru TK Bustanul Athfal 3 Kota Pontianak, Rabu 6 5 September 2023 mengisahkan bagaimana kepedulian seorang Ibu pengurus dan kader di 'Aisyiyah membuatnya termotivasi dan bersemangat. Sosok tersebut menurut Dian, menginspirasi dengan cinta, memberi dengan penuh ketulusan. "Saya melihat keikhlasan itu begitu dalam, sebab itulah saya pun mulai mengabdikan diri dengan kemampuan yang ada, di 'Aisyiyah", kisahnya.
Serupa dengan pengalaman beberapa kader-kader lain dengan cerita yang kurang lebih sama. Ketokohan berpadu konsistensi bergerak adalah ciri khas yang melekat pada kader Inspiratif. Mereka pun mengambil hikmah dari generasi pendahulu, tidak merasa lelah dan putus asa untuk membuat Islam maju dan terdepan.
Tokoh Pendidikan Muhammadiyah Kalimantan Barat, dan dikenal sebagai pelopor pendidikan dasar Muhammadiyah bermutu dan akhirnya diperhitungkan hingga ke kancah dunia, Washlie Sjafie yang penulis temui dikediamannya akhir Agustus 2023 juga menguraikan bagaimana semangat yang sudah ada di dada, terpupuk karena di kader oleh individu yang memiliki semangat memajukan Islam secara kaffah. "Semangat tulus karena Allah dan ingin membumikan Islam melalui Muhammadiyah, itulah tujuan utama Pak Bari dan Bu Inin Sutan Mansur", tegas Washlie Sjafie yang tahun ini berusia 73 tahun.
Pak Washlie begitu penulis menyapa beliau, begitu bangga menjadi bagian dari perjuangan membesarkan persyarikatan. Keberuntungan bisa bertemu kader ikhlash serta dapat mengabdikan diri di perguruan Muhammadiyah dengan meninggalkan kebaikan saat masa purna tugas, adalah kepuasan batin yang tidak terukur oleh apapun. "Saya bersyukur Allah pertemukan dengan Muhammadiyah, sebab jauh sebelum saya mengabdikan diri, hati saya sudah terpaut", jelas Pak Washlie dengan gurat kebahagiaan.
Baginya, berMuhamadiyah adalah jalan hidup mengabdi kepada sang Khalik. Ia pun berpesan kepada generasi muda Muhammadiyah-'Aisyiyah agar tak surut untuk terus berbuat kebaikan, "Kiai Dahlan telah jauh berpesan, hidupi Muhammadiyah jangan sebaliknya. Pungkasnya".