Menjaga Kepribadian Muhammadiyah di Era Perubahan
Oleh: Rusydi Umar, S.T. M.T., Ph.D., Anggota MPI PP Muhammadiyah (2015-2022), Dosen Fakultas Teknologi Industri, Universitas Ahmad Dahlan
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam berkemajuan senantiasa menghadapi tantangan zaman yang terus berubah. Dalam forum Ideopolitor Muhammadiyah Regional Jawa Kalimantan II di Tangerang pada 30 Januari 2025, Prof. Haedar Nashir mengingatkan kembali tentang pentingnya sepuluh sifat kepribadian Muhammadiyah yang dirumuskan dalam Keputusan Muktamar ke-35 tahun 1962. Sifat-sifat ini menjadi identitas dan pedoman bagi Muhammadiyah dalam menjalankan gerakan dakwah, pendidikan, dan sosialnya di tengah dinamika global yang semakin kompleks.
Sepuluh sifat kepribadian Muhammadiyah bukan sekadar dokumen sejarah, tetapi prinsip dasar yang harus terus dihidupkan dalam setiap aspek kehidupan berorganisasi. Sifat-sifat tersebut mencerminkan komitmen Muhammadiyah untuk beramal dan berjuang demi perdamaian dan kesejahteraan, mempererat ukhuwah Islamiyah, serta menjadi teladan dalam amar ma'ruf nahi munkar. Lebih dari itu, Muhammadiyah juga menegaskan peran aktifnya dalam kehidupan bernegara dengan mengindahkan hukum, bekerja sama dengan pemerintah, serta membangun masyarakat yang adil dan makmur.
Prof. Haedar Nashir menekankan bahwa tantangan yang dihadapi Muhammadiyah saat ini semakin kompleks. Keberagaman paham keagamaan serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan dampak besar terhadap dinamika organisasi. Muhammadiyah yang telah tumbuh menjadi gerakan besar harus mampu menyesuaikan diri agar tetap lincah dalam menjalankan aktivitasnya. Jika tidak, organisasi ini bisa seperti gajah besar yang kesulitan bergerak.
Dalam konteks kepemimpinan regional, penguatan nilai-nilai kepribadian Muhammadiyah menjadi sangat krusial. Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) di Jawa dan Kalimantan memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa nilai-nilai ini tidak hanya menjadi doktrin, tetapi benar-benar diterapkan dalam gerakan di daerah masing-masing. Di tengah arus globalisasi dan digitalisasi, PWM harus mampu memanfaatkan teknologi sebagai sarana dakwah yang lebih luas dan efektif, tanpa kehilangan esensi kepribadian Muhammadiyah yang telah dirumuskan oleh para pendahulu.
Selain itu, tantangan ideologis yang muncul akibat perbedaan pemahaman dalam Islam menuntut Muhammadiyah untuk tetap mengedepankan prinsip lapang dada, luas pandangan, dan tetap berpegang teguh pada ajaran Islam. Sikap ini penting untuk menjaga harmoni internal organisasi serta membangun sinergi dengan berbagai pihak dalam upaya menegakkan Islam yang rahmatan lil ‘alamin.
Ke depan, Muhammadiyah perlu lebih proaktif dalam menghadapi tantangan zaman dengan memperkuat basis intelektual dan spiritual warganya. Pendidikan dan kaderisasi yang berkelanjutan menjadi kunci untuk melahirkan pemimpin yang tidak hanya memahami nilai-nilai kepribadian Muhammadiyah, tetapi juga mampu mengaplikasikannya dalam konteks kekinian. Muhammadiyah harus terus mengembangkan strategi yang adaptif, baik dalam dakwah, pendidikan, maupun gerakan sosial agar tidak tertinggal oleh perubahan zaman.
Dalam menghadapi era digitalisasi, Muhammadiyah juga harus memanfaatkan media sosial dan teknologi informasi untuk memperluas jangkauan dakwahnya. Dengan pendekatan yang lebih modern, dakwah Muhammadiyah dapat lebih relevan bagi generasi muda yang semakin akrab dengan dunia digital. PWM di berbagai wilayah harus mengambil peran strategis dalam memfasilitasi inovasi ini sehingga nilai-nilai Islam berkemajuan dapat tersampaikan secara lebih luas dan efektif.
Selain pemanfaatan teknologi, Muhammadiyah juga perlu memperkuat sinergi dengan berbagai elemen masyarakat, baik di tingkat nasional maupun internasional. Kolaborasi dengan organisasi Islam lain, akademisi, dan komunitas sosial dapat memperkaya wawasan serta memperkuat posisi Muhammadiyah dalam percaturan keislaman global. Tantangan modernitas harus dijawab dengan strategi yang matang, bukan hanya dengan retorika, tetapi dengan aksi nyata yang berdampak luas.
Sebagai organisasi yang besar dan memiliki pengaruh luas, Muhammadiyah juga harus menjaga keseimbangan antara idealisme dan realitas. Kepribadian yang telah dirumuskan bukan sekadar identitas statis, tetapi harus terus berkembang sesuai dengan tantangan zaman. Ke depan, Muhammadiyah perlu terus berinovasi dalam sistem kepemimpinan, pengelolaan amal usaha, serta strategi dakwah agar tetap relevan di era yang semakin dinamis.
Di sisi lain, peningkatan kualitas kader Muhammadiyah menjadi aspek yang tidak bisa diabaikan. Regenerasi kepemimpinan yang berkesinambungan harus berjalan dengan baik agar Muhammadiyah tetap mampu menghadapi perubahan zaman tanpa kehilangan akar keislamannya. Kader yang kuat secara intelektual dan spiritual akan menjadi pilar bagi keberlanjutan Muhammadiyah di masa depan.
Dengan menghidupkan kembali semangat sepuluh kepribadian Muhammadiyah, diharapkan organisasi ini tetap menjadi kekuatan moral dan intelektual yang mampu memberikan solusi bagi umat dan bangsa. PWM di seluruh Indonesia, khususnya di Jawa dan Kalimantan, harus menjadi garda terdepan dalam mewujudkan Muhammadiyah yang tangguh, responsif, dan tetap berpegang pada nilai-nilai Islam yang mencerahkan.
Sebagaimana yang telah diwariskan oleh para pendahulu, Muhammadiyah bukan sekadar organisasi, tetapi gerakan yang harus terus bergerak maju. Jangan sampai menjadi gajah besar yang kehilangan daya geraknya, tetapi jadilah kekuatan besar yang mampu menghadapi tantangan dengan keteguhan prinsip dan kelincahan strategi. Dengan komitmen yang kuat terhadap nilai-nilai kepribadian, Muhammadiyah akan terus menjadi pelopor dalam membangun peradaban yang berlandaskan Islam yang berkemajuan.
Untuk memastikan Muhammadiyah tetap relevan dalam perkembangan zaman, evaluasi dan refleksi atas perjalanan organisasi ini juga sangat diperlukan. Kajian terhadap implementasi sepuluh kepribadian Muhammadiyah dalam konteks kekinian harus terus dilakukan agar dapat disesuaikan dengan tantangan yang ada. Dengan demikian, Muhammadiyah tidak hanya bertahan, tetapi juga semakin maju dalam memberikan kontribusi bagi umat, bangsa, dan dunia Islam secara luas.