YOGYAKARTA, Suara Muhammmadiyah - Dalam rangka menyambut Jambore Nasional I Jamaah Tani Muhammadiyah (JATAM) yang akan berlangsung pada 19-21 September 2025, Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Pimpinan Pusat Muhammadiyah melakukan konsolidasi dengan tema Daulat Pangan Indonesia Berkemakmuran (22/5). Konsolidasi ini dimaksudkan guna membahas berbagai persiapan hingga peluncuran logo serta lagu Jambore oleh Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Agung Danarto.
Ketua MPM Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nurul Yamin mengutarakan mengapa Jambore Nasional ini perlu untuk diadakan. Setidaknya ada dua alasan. Pertama, mengacu pada hasil Muktamar Muhammadiyah ke-48 di Surakarta yakni meningkatkan dan memperkuat dakwah di akar rumput. Kedua, tema Tanwir Muhammadiyah 2024 “Menghadirkan Kemakmuran untuk Semua.”
Dari dua aspek inilah Yamin menegaskan bahwa persoalan pangan tengah menjadi konsen yang serius bagi Muhammadiyah. Dalam konteks ini, petani menjadi faktor utama dan sekaligus penentu bagi ketersediaan pangan di sebuah wilayah atau negara.
“Untuk mewujudkan kemakmuran, kita harus memiliki kedaulatan. Dan untuk memiliki kedaulatan, kita harus punya yang namanya kemandirian di sektor pangan,” ujarnya.
Ia mengatakan, setidaknya ada 8 agenda penting dalam Jambore yang akan terlaksana di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Di antaranya, akan dihadiri oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, peluncuran varietas padi unggul, rembuk JATAM, forum bisnis pangan yang mempertemukan antara hulu dan hilir, bazar dan expo terkait produk inovasi pangan, tabligh akbar tentang kedaulatan pangan dan kemakmuran, serta momentum daulat pangan dengan menanam.
“Untuk kesuksesan seluruh rangkaian acara, kita perlu koordinasi yang sangat intens. Mudah-mudahan hal ini dapat menjadi bagian dari upaya perluasan kedaulatan pangan di Jawa Tengah,” ujarnya.
Agung berpendapat, di tengah kondisi dan situasi yang kurang memihak pada sektor pertanian, petani menjadi kelompok yang perlu untuk terus digembirakan. Belakangan, mereka menjadi kelompok yang sangat rentan terhadap segala rugulasi dan kebijakan dari pemerinta. Mulai dari ketersediaan pupuk, kondisi lahan, hingga harga produk pertanian yang tak dapat bersaing. Tak hanya itu, perubahan cuaca yang tidak pada waktunya juga dapat mengganggu siklus pertanian. Sehingga potensi gagal panen hingga harga jual yang terjun bebas menjadi momok yang sering menghantui kehidupan para petani.
Bercermin pada permasalahan tersebut, Muhammadiyah sejatinya dapat menjadi organisasi yang bergerak memperjuangkan kesejateraan petani. Sebagaimana sikap dan sifat yang selama ini ditunjukkan oleh Muhammadiyah, senantiasa membantu pemerintah, dan bekerja sama dengan berbagai pihak dalam menghadirkan kesejateraan untuk semua.
“Sesempit lahan yang dimiliki, tanam,” pesannya. (diko)