BANTUL, Suara Muhammadiyah – Usai Pengajian Padang Bulan semalam sebelumnya, Masjid KH. Ahmad Dahlan, Jl. Pleret Bantul kembali ramai. Kali ini pendopo Masjid dipenuhi oleh anggota Majelis Pembinaan Kader dan Sumber Daya Insani (MPK-SDI) PRM, juga perwakilan ortom se-Banguntapan Selatan. Masih dalam nuansa bulan Syawal, salah satu moment yang dimanfaatkan oleh MPKSDI PCM Bangsel untuk mengadakan halal bi halal sekaligus koordinasi, Rabu (24/4).
Aris Abdullah, Ketua PCM Banguntapan Selatan hadir menyampaikan sambutan seklaigus hikmah syawalan. Acara dilanjutkan dengan penyampaian program dan diskusi oleh MPK-SDI PCM Banguntapan Selatan. Wakil Ketua MPK-SDI PP Muhammadiyah Irfan Islami Moch Irfan Islami, MM hadir memberikan pengarahan dalam acara tersebut menuturkan pentingnya kaderisasi dan agenda ke depan.
Irfan mengutip apa yang dikatakan Prof. Mukti Ali, mantan Menteri Agama Republik Indonesia yang pernah menyampaikan bahwa, Muhammadiyah bagus karena kaderisasi yang baik yang dilakukan terdahulu.
“Baik buruknya organisasi Muhammadiyah pada masa yang akan datang dilihat dari baik buruknya Pendidikan kader yang sekarang ini dilakukan. Jika Pendidikan kader sekarang ini baik, maka Muhammadiyah di masa yang akan datang akan baik, sebaiknya apabila jelek maka Muhammadiyah pada masa yang akan datang juga jelek,” katanya.
Irfan menegaskan bahwa Kader dan Sumber Daya Insani yang meliputi jamaah ini harus mulai diperhatikan dan dibina dengan baik. Bahwasanya nomenklatur majelis itu berbeda dengan lembaga dan bidang. Majelis harus ada dari struktur pusat hingga ranting. Sedangkan lembaga boleh ada, boleh tidak. Begitupun bidang, dibuat sesuai dengan kebutuhan setiap tingkatan kepemimpinan.
Hal itu menunjukkan bahwa MPK-SDI harus ada, bahkan di tingkat PRM sekalipun. Perkaderan menjadi sangat penting, bahkan dari 8 prioritas pokok hasil Muktamar 48 di Solo, sebanyak 4 hal di antaranya berkaitan dengan kaderisasi;
Pertama, Internasionalisasi Muhammadiyah. Yaitu Upaya menjadikan Muhammadiyah di kenal dunia, bukan hanya personalnya, namun juga dalam ranah spirit gerakan dan ideologinya. Kedua, Diaspora kader. Irfan menegaskan bahwa kader Persyarikatan ini jangan hanya ditempatkan di Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) saja.
Kader perlu ditempatkan pada ranah kebangsaan yang lebih luas, seperti dalam struktur pemerintahan. Syukur menjadi anggota dewan, Kepala Daerah, Kepala Desa bahkan di tingkat RT sekalipun. Di wilayah kota, Ketua RT sering menjadi incaran umat beragama lain. Sekarang Muhammadiyah melalui MPKSDI mulai berbenah, sehingga para hakim, polisi, TNI dan sebagainya mulai dikonsolidasikan sehingga lebih bermanfaat untuk umat dan persyarikatan.
Ketiga, Reformasi kaderisasi Muhammadiyah. Pembenahan ini sejak mulai rekrutmen. Data yang dimiliki, seperti Nomor Baku Muhammadiyah (NBM) rupanya belum tembus angka 2 juta, padahal umur Muhammadiyah sudah lebih dari satu abad. Sehingga rekrutmen menjadi penting, program ini dapat dilakukan dengan membuka stand pendaftaran ketika pengajian umum.
MPKSDI PCM Banguntapan Selatan telah membuat parameter tentang tingkat keaktifan di Muhammadiyah. Misalnya dalam hal inisiatif aktif memiliki 20 point, aktif menjadi muballigh atau kategori inisiatif kontributif atau juga menjadi donatur masing-masing memiliki point. Kemudian di total, apabila nilainya kurang dari 50 orang tersebut dinyatakan tidak aktif, jika pointnya sekian dan sekian dinilai kurang aktif, aktif atau bahkan aktif sekali.
Keempat, Peneguhan nilai dan ideologi Muhammadiyah. Peneguhan ini dilakukan baik di Ortom, keluarga dan Komunitas. PCM memiliki rencana bagaimana keluarga pengurus bisa melakukan kegiatan bersama seperti Baitul Arqam dan sebagainya. Hal itu sudah pernah dilakukan oleh salah satu PRM di Bantul, sebanyak 150 orang mengadakan semacam Baitul Arqam di Kaliurang. Kemudian Dakwah Komunitas, beberapa program yang direncanakan antara lain PanahMu, PisauMu, GowesMu, dan sebagainya. Harapannya Masjid KHA. Dahlan in bisa digunakan sebagai pusat kegiatan tersebut. (DF/Cris)