WAJO, Suara Muhammadiyah - Ketua Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiya, Muh Nur Yamin mendorong, Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulawesi Selatan kembali menghelat Sekolah Kader Pemberdayaan masyarakat (SEKAM).
Hal itu ia sampaikan saat menjadi pembicara dalam Rapat Kerja Wilayah MPM PWM Sulsel bersama Wakil Ketua MPM PP Muhammadiyah Irvan Mawardi, di Ruang Pola Kantor Bupati Wajo, pada Sabtu, 7 Oktober 2023.
Yamin menyebut, periode lalu, MPM PWM Sulsel sudah sempat menggelar forum kaderisasi itu, hanya saja tidak terkawal dengan baik. "Seingat saya, MPM Sulsel sudah sempat laksanakan itu, tinggal manage alumninya saja yang kemarin. Jadi, perlu dikomunikasikan lagi," kata dia.
Sekam merupakan upaya MPM untuk terus menyediakan generasi muda yang memiliki karakter pemberdayaan masyarakat. Sekam dihelat untuk generasi muda berusia maksimal 35 tahun yang akan menjadi aktor pendamping perubahan masyarakat bersama MPM Muhammadiyah.
Yamin menantang, di periode ini, MPM PWM Sulsel dapat menggelar forum penyediaan fasilitator tersebut. Hal itu demi keberlangsungan pendampingan dan pemberdayaan masyarakat oleh MPM di Sulsel.
"Kerja-kerja pemberdayaan masyarakat itu membutuhkan waktu panjang, juga amunisi, dan logistik yang banyak. Karena itu, kaderisasi dan regenarasi harus dilakukan," tegas dia.
MPM PP Muhammadiyah menjadikan Sekam sebagai salah satu program prioritas. Hingga kini, kader pemberdayaan masyarakat sudah mencapai 1000 orang. Ia berharap, kader Sekam dari Sulsel bisa semakin memasifkan gerak pemberdayaan masyarakat oleh Muhammadiyah.
Menurut Yamin, kehadiran kader pemberdayaan masyarakat akan membuat kerja MPM jadi sangat efektif.
"SEKAM itu kan ada beberapa level. Untuk dasar, mereka disiapkan untuk menjadi fasilitator pendamping masyarakat secara umum. Untuk level kedua, SEKAM tematik. Di sini, mereka lebih spesifik untuk bidang tertentu, misal khusus pemberdayaan pertanian, buruh," kata dia.
Tidak hanya SEKAM, Yamin juga mendorong MPM PWM Sulsel untuk memasifkan gerakan Jamaah Tani Muhammadiyah (JATAM). Secara nasional, MPM PP Muhammadiyah menargetkan 10.000 jemaah tani.
"Sulawesi Selatan bisa berkontribusi berapa dalam mengonsolidasikan jemaah tani? Tentu dengan rincian data, ya, petani cabe ada berapa, petani jahe, berapa?"
"Kita harus berbasis data. Ketika kita bicara by data, bargaining kita ketika berinteraksi dengan lembaga-lembaga mitra, kita bisa berdiri dengan kepala yang tegak. Orang berkumpul 10.000 petani dengan data yang konkret, itu akan menjadi kekuatan yang dahsyat," tegas dia.
Selain itu, ia juga berharap MPM PWM dan PDM, paling tidak, menghadirkan, paling tidak, satu program khusus berbasis potensi daerah atau kearifan lokal daerah masing-masing.
"Sehingga ketika kita mencari sesuatu, X misalnya, kita ke Wajo saja. Ketika kita mencari Y, kita ke Sidrap atau daerah lain, misalnya. Sehingga, ketika orang bertanya ke MPM Pusat, apa yang menjadi rujukan di Indonesia Timur, kita bisa arahkan, oh, ke Sulsel saja, ada ini, keunggulan-keunggulan khususnya," tandas Yamin. (fikar)