BANTUL, Suara Muhammadiyah - Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Agus Taufiqurrahman menyebutkan, kehadiran Persyarikatan Muhammadiyah pada tahun 1912 yang diinisiasi Kiai Haji Ahmad Dahlan memiliki orientasi penting, yakni memajukan kehidupan. Hal ini telah menjadi komitmen yang melekat dalam denyutan nadi para pendiri organisasi Islam modern terbesar di Indonesia, bahkan di dunia tersebut.
"Para pendahulu kita membangun organisasi yang kita kenal dengan Muhammadiyah. Salah satu ikhtiarnya adalah memajukan hal-hal beragama dari para anggota-anggotanya. Juga memajukan umat dan bangsa yang kita cintai ini," katanya saat Resepsi Milad ke-106 Madrasah Mu'allimin Muhammadiyah Yogyakarta, Ahad (8/12) di Kampus Terpadu, Bandut Lor, Argorejo, Sedayu, Bantul.
Agus mengatakan, istilah memajukan atau berkemajuan telah melekat dalam sukma Muhammadiyah. "Itu memang spirit sejak awal kelahiran Muhammadiyah," terangnya. Oleh karena itu, Agus meminta agar spirit ini dapat diteruskan secara berkelanjutan, khususnya bagi para kader-kader muda Muhammadiyah di masa depan.
"Kita harus teruskan spirit berkemajuan ini dalam kehidupan. Karena Muhammadiyah itu membangun dan memajukan bangsa," ujarnya.
Kiprah yang dilakukan Muhammadiyah itu tidak sekadar romantisme kata-kata dan retorika semata. Kiprah Muhammadiyah juga bukan sekadar banyak berteori dalam membangun dan memajukan kehidupan, tapi mengaktualisasi dengan pembuktian melalui karya nyata.
Sampai saat ini, Muhammadiyah telah mendirikan ribuan sekolah/madrasah, ratusan perguruan tinggi baik di dalam negeri maupun di luar negeri, ratusan rumah sakit, klinik kesehatan, dan masih banyak lagi. Semuanya sangat dirasakan kebermanfaatannya secara merata oleh masyarakat luas.
"Muhammadiyah mencintai bangsa dengan memberikan kontribusi lewat berbagai gerakan dan amal usahanya," tegasnya.
Kontribusi itu yang kemudian dilakukan oleh para tokoh dan kader-kader terbaiknya. Yang sampai kemudian atas dedikasi dan kerja kerasnya Pemerintah menganugerahkan gelar pahlawan nasional. Yakni Soekarno yang menjadi anggota resmi Muhammadiyah menjabat sebagai Ketua Majelis Pendidikan dan Pengajaran Muhammadiyah. Juga Panglima Jenderal Besar Sudirman sebagai guru di sekolah Muhammadiyah.
"Kini tugas kita melanjutkan peran itu (dari para tokoh). Orang Muhammadiyah harus tetap berkiprah untuk bangsa dan negara," ajaknya.
Dosen Universitas Islam Indonesia itu meminta kepada kader Muhammadiyah optimis untuk menunaikan misi adiluhung tersebut. Kuncinya terletak pada bersungguh-sungguh seraya disertai pertanggung jawaban dalam menjalankan pendidikan di Muhammadiyah.
"Bagi Muhammadiyah lulusan pendidikan Muhammadiyah itu kata Kiai Haji Ar Fachrudin cirinya akan unggul moral-spiritual, unggul intelektual, dan unggul dalam peran sosial karena memiliki soft skill yang dibutuhkan dengan baik ketika nanti berada di masyarakat," jelasnya. (Cris)