SURAKARTA, Suara Muhammadiyah – Tim Deteksi Dini Skabies - Menuju Indonesia Bebas Skabies (DESKAB–MIBS), Pesma Internasional KH Mas Mansur UMS, dan dan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta (FK UMS) menggelar kegiatan Deteksi Dini dan Eradikasi Skabies sebagai bagian dari program nasional menuju Indonesia Bebas Skabies 2030, Ahad (23/11).
Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit Kelamin Indonesia (PERDOSKI) Cabang Surakarta, MPKU PP Muhammadiyah, PT Galenium Pharmasia Laboratories juga turut serta melakukan implementasi aktif kerja sama dalam bidang pengabdian kepada masyarakat ini. Kegiatan ini melibatkan berbagai pihak, mulai dari akademisi, organisasi profesi, hingga jejaring pesantren Muhammadiyah di Jawa Tengah dan sekitarnya.
Dekan FK UMS, Dr. dr. Flora Ramona Sigit Prakoeswa, M.Kes, Sp.D.V.E., Dipl.STD-HIV/AIDS, FINSDV, FAADV, dalam sambutannya menegaskan bahwa upaya pengendalian skabies sangat penting dilakukan secara masif dan terstruktur. Ia menyoroti stigma yang selama ini melekat pada santri pesantren, seolah-olah skabies adalah penyakit khas santri.
“Stigma tersebut harus dihentikan melalui program kerja berupa konseling, informasi, edukasi, pemeriksaan, serta pengobatan massal secara berkala dan terencana,” ungkapnya.
Dekan FK UMS mengapresiasi program eradikasi skabies yang sudah berlangsung sebelumnya di Jawa Timur, dan nantinya akan berlanjut ke Jawa Barat, Sumatra Barat, serta daerah lainnya.
Dekan FK UMS didampingi oleh Wakil Dekan 1 FK UMS, dr. Ratih Pramuningtyas, Sp.D.V.E, FINSDV, FAADV, Wakil Dekan 2 FK UMS dr. Erika Diana Risanti, M.Sc, AHK, dan Wakil Dekan 3 FK UMS, dr. Sulistyani, Sp.N, berharap agar kader santri dapat terus belajar dan berperan aktif dalam menjaga kesehatan lingkungan pesantren.
Menurutnya, kemauan untuk menjadi pembelajar adalah pilihan, dan para santri memiliki potensi besar untuk turut serta menjadi bagian dari gerakan nasional bebas skabies.
Selain memberikan sambutan, Dekan FK UMS juga menjadi narasumber penyuluhan bagi para Mahasantri Pesma Internasional KH Mas Mansur UMS.
Dalam paparannya, dijelaskan bahwa eradikasi skabies tidak bisa dilakukan secara parsial. Pemeriksaan harus dilakukan menyeluruh, termasuk pengobatan massal bagi ratusan santri yang terdeteksi. Setelahnya, santri dibekali pengetahuan untuk mencegah penularan kembali.
“Para santri yang telah dilatih juga diharapkan menjadi ujung tombak eradikasi skabies, khususnya di Jawa Tengah, melalui program pemberdayaan tenaga non medis, sebagai kader kulit sehat di setiap pesantren, dengan menggunakan instrumen berupa formulir untuk mendeteksi skabies,” paparnya.
Perwakilan Rektorat UMS, Dr. Azhar Alam, Lc., M.SEI., menegaskan bahwa kegiatan ini selaras dengan misi UMS dalam bidang Al-Islam dan Kemuhammadiyahan, terutama dalam penguatan kaderisasi dan pelayanan masyarakat. Ia menyampaikan bahwa Indonesia merupakan negara dengan kasus skabies terbanyak di dunia, sehingga gerakan bersama seperti ini sangat dibutuhkan.
“Kolaborasi antara UMS, Muhammadiyah, tenaga kesehatan, dan pesantren dapat menjadi tonggak perubahan menuju perilaku hidup bersih dan sehat,” ujarnya.
Ia juga mengajak seluruh kader santri untuk menjadi duta kesehatan di lingkungan masing-masing, sekaligus menghapus stigma bahwa santri identik dengan penyakit kulit.
Dalam sambutannya, Azhar berbagi pengalaman pribadi sebagai alumni pesantren. Ia menekankan bahwa edukasi sanitasi, kebersihan air, dan pengelolaan fasilitas bersama sangat penting dalam mencegah skabies.
“Kebiasaan-kebiasaan kecil ini jika diterapkan secara disiplin dapat mengurangi risiko penularan secara signifikan,” tegasnya.
Sementara itu, Wakil Ketua Perdoski Cabang Surakarta, Dr. dr. Nur M Rachmat Mulianto, MSc., Sp.D.V.E. (K), FINSDV, FAADV, menjelaskan bahwa skabies merupakan masalah umum yang sering ditemui di pesantren. “Karena prevalensinya sangat tinggi, perlu dilakukan pelatihan bagi santri senior agar mampu melakukan deteksi dini terhadap gejala penyakit kulit, termasuk skabies,” tuturnya.
Ia menjelaskan bahwa kegiatan kali ini merupakan lanjutan dari program pelatihan sebelumnya, dan pada kesempatan ini Perdoski akan melakukan konfirmasi diagnosis sekaligus tindakan pengobatan. Ia juga berharap kegiatan ini menjadi ibadah dan memberikan manfaat jangka panjang bagi pesantren dan masyarakat.
Ketua Tim DESKAB–MIBS, Prof. Dr. dr. Sandra Widaty, Sp.D.V.E.(K), FINSDV, FAADV menambahkan bahwa Indonesia menempati peringkat pertama dunia dalam beban penyakit skabies berdasarkan Global Burden of Disease 2015. Oleh karena itu, kolaborasi lintas institusi diperlukan untuk menurunkan angka kasus dan meningkatkan kualitas hidup santri dan siswa di sekolah berasrama.
Ia menegaskan bahwa skabies bukan hanya persoalan medis, tetapi juga memengaruhi kenyamanan belajar dan produktivitas santri. Program deteksi dini, edukasi, dan eradikasi yang dilakukan bersama Perdoski, FK UMS, Muhammadiyah, dan mitra lainnya diharapkan menjadi model gerakan penanggulangan skabies di Indonesia.
Perwakilan MPKU PP Muhammadiyah, Dr. Husnan Nurjaman, S.Ag., M.Si., menyampaikan bahwa keterlibatan Muhammadiyah dalam isu kesehatan, termasuk skabies, bukan sekadar bentuk kepedulian, tetapi merupakan bagian dari misi keagamaan Muhammadiyah dalam mewujudkan kemaslahatan umat. Menurutnya, keberagamaan yang sempurna harus diwujudkan melalui kerja nyata memecahkan persoalan masyarakat.
Ia menekankan bahwa mengurus kesehatan masyarakat merupakan tugas utama Muhammadiyah sejak awal berdiri, berdampingan dengan upaya pendidikan dan pelayanan sosial. Karena itu, MPKU PP Muhammadiyah mendukung penuh program pemberantasan skabies di pesantren-pesantren Muhammadiyah dan lembaga pendidikan lainnya.
Kegiatan ini turut melibatkan PT Galenium Pharmasia Laboratories sebagai mitra penyedia produk kesehatan untuk mendukung program pemberantasan skabies.
Perwakilan Galenium, Agus Ahmad Yani, S.Si., Apt., menyampaikan komitmen perusahaan untuk menyediakan produk berkualitas dan berperan aktif dalam edukasi kesehatan masyarakat bersama Muhammadiyah.
Ia menjelaskan bahwa Galenium berkomitmen untuk mendukung kenyamanan belajar santri melalui produk-produk yang aman dan efektif seperti Scabimite Cream®.
“Kolaborasi ini diharapkan dapat mempercepat upaya pemberantasan skabies di pesantren dan masyarakat luas,” pungkasnya.


