MAKKAH, Suara Muhammadiyah – Dalam rangka Musyawarah Cabang ke-3, Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah Kerajaan Arab Saudi menyelenggarakan rangkaian agenda yang berlokasi di dua tanah suci, di antaranya adalah Pembukaan Musyawarah Cabang & Bonding serta Diskusi Panel. Dua agenda tersebut diselenggarakan di Istirahah Romantic Resort, mulai Jum’at hingga Sabtu atau bertepatan dengan 12-13 Januari 2024.
Dimulai dengan sidang pleno ke-5 dan ke-6, kemudian dilanjut dengan pembukaan musycab (musyawarah cabang) yang dihadiri oleh sejumlah tokoh dari persyarikatan maupun dari pejabat Konsulat Jenderal Republik Indonesia, Jeddah.
Adapun para ayahanda dari persyarikatan yang hadir dalam acara tersebut yaitu Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah Ustadz Fathurrahman Kamal, Lc., M.Si., Wakil Ketua IV Majlis Tabligh PP/Dekan FAI UMS Dr. Drs. H. Syamsul Hidayat, M.Ag, Ketua PWM Yogyakarta/Wakil Ketua V Majlis Tabligh PP Muhammadiyah Dr Muh. Ikhwan Ahada, S.Ag., M.Ag, Rektor Universitas Ahmad Dahlan Prof. Dr. Muchlas, M.T, dan Rektor Universitas Muhammadiyah Riau Dr. H. Saidul Amin, MA.
Sedangkan para pejabat KJRI Jeddah yang turut hadir adalah Konsul Jenderal Replublik Indonesia, Jeddah Yusron Bahauddin Ambary dan Pelaksana Fungsi 1 Penerangan Sosial dan Budaya Soeharyo Tri Sasongko.
Acara dimulai dengan sambutan ringan oleh ketua PWM Yogyakarta, beliau menyampaikan beberapa hal termasuk di dalamnya tiga konsekuensi bermuhammadiyah, yaitu menghidupkan dan membertebal keimanan, menumbuhkembangkan amal solih, serta mengoptimalkan akal budi lii’la’i kalimatillah melalui persyarikatan. Beliau juga menyampaikan bahwa dengan tema yang diusung dalam musycab ke-3 ini, diharapkan para kader Muhammadiyah yang berdiaspora di Arab Saudi mampu mengimplementasikan teologi al-Ma’un sebagai upaya mencerah kan semesta dari tanah suci.
Sambutan selanjutnya disampaikan oleh Konsul Jenderal RI Jeddah, Yusron Bahauddin Ambary banyak menyampaikan terkait keberadaan ormas termasuk Muhammadiyah sebagai non-state actor, memberikan dampak positif secara tidak langsung bagi diplomasi Indonesia. Kolaborasi yang baik antara Muhamamdiyah dengan kedutaan didapatkan melalui peran dan fungsi para kader persyarikatan baik yang berstatus mahasiswa maupun pekerja migran.
Sinergi yang baik tersebut akan terus mengantarkan Indonesia sebagai negara yang semakin dipandang di kancah internasional. Terakhir beliau menyampaikan bahwa sebagai warga negara asing, para kader perlu dan wajib memperhatikan peraturan serta ketentuan yang berlaku di Arab Saudi.
Sambutan terakhir disampaikan oleh Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, Ustadz Fathurrahman Kamal menyampaikan tentang hakikat identitas persyarikatan serta berbagai upaya dalam program internasionalisasi Muhammadiyah. Muhammadiyah huwa manhaji wa thariqati atau Muhammadiyah sebagai metodeku serta tarekat dan jalanku dalam beragama Islam.
KH Ahmad Dahlan sebagai pendiri persyarikatan, tidak mendatangkan Muhammadiyah sebagai agama ataupun tradisi baru, sebab Muhammadiyah didirikan atas dasar alquran dan sunnah. Tagline Muhammadiyah sebagai organisasi pembawa risalah Islam berkemajuan nenawarkan alternatif baru dalam beragama yang konkrit.
Berkemajuan sama halnya dengan taqaddum, al taqaddum huwa al-‘ilm, sedangkan ilmu adalah lawan dari al-jahl atau kebodohan. Nabi saw. datang membawa Islam sebagai ilmu di tengah-tengah kejahiliahan bangsa Arab kala itu, maka Islam itu adalah taqaddum, karena dampak dari keislaman adalah kemajuan dalam segi ilmu, amal, dan ihsan. Selain itu Muhammadiyah juga menegaskan identitasnya sebagai muassas mabniyyun ‘ala tauhid (pelopor berlandaskan tauhid), marja’ qur’an wa sunnah (pesoman quran dan sunnah), ihya’ ijtihad wa tajdid (menghidupkan perjuangan dan pembaharuan), tanmiyah wasathiyyah (pengembangan moderasi), wa nasyrul islam rahmatan lil alamin (syiar islam sebagai agama rahmat bagi alam semesta).
Di akhir Ustadz Fathurrahman Kamal menyampaikan bahwa penegasan atas identitas persyarikatan di kancah internasional adalah salah satu upaya internasionalisasi Muhammadiyah, dan merupakan hal yang wajib bagi para kader untuk melaksanakan tugas tersebut terkhusus di Kerajaan Arab Saudi ini
Pada pagi hari Sabtu, PCIM Saudi kembali melanjutkan rangkaian agenda musycab, yaitu diskusi panel. Diisi oleh dua panelis yang sangat kompeten dalam menyampaikan materi sesuai dengan tema yang diusung dalam musycab ketiga ini.
Dalam diskusi panel yang pertama, Yasmi Ardiansyah, Ph.D., selaku wakil ketua LKHI (Lembaga Kerjasama dan Hubungan Internasional) PP Muhammadiyah menyampaikan banyak poin tentang program internasionalisasi persyarikatan. Beliau menyampaikan bahwa peran Muhammadiyah di kancah internasional yang bahkan belum dikenal oleh objek dari peran tersebut, menjadi tantangan bagi Muhammadiyah sendiri untuk lebih gencar dalam kontribusi dan diseminasi atas capaian tersebut ke dunia internasional.
Muhammadiyah juga dinobatkan sebagai ‘The Largest Modern Muslim Organization in the World’, yang salah satu faktornya adalah banyaknya para kader di dalamnya yang terdidik, pikiran brilliant, dan yang paling penting adalah bertindak dan berkontirbusi. Masukan dari beliau untuk para kader persyarikatan yang hadir kala itu adalah perlunya skill bahasa dan tim yang deducated dalam misi internasionalisasi ini.
Pada diskusi kedua, M. Ilham Effendy selaku Pelaksana Fungsi 2 Penerangan Sosial dan Budaya KJRI Jeddah, menyampaikan tentang Peran Kawasan Timur Tengah dalam Peta Global. Diplomasi yang terjalin baik dan kuat antara Indonesia dan negara-negara teluk terutama Arab Saudi menjadi kesempatan bagi para mahasiswa khususnya yang tengah mengenyam pendidikan di tanah suci ini untuk menjadi agent of change atau agen perubahan, sebagai penyambung Nabi saw. dalam menyampaikan risalah Islam, berpikir moderat dan bergerak progresif untuk Indonesia yang satu dan berkemajuan.
Acara yang berlangsung kurang lenih dua hari di kota suci ini berjalan baik dan mendapatkan antusias dari para hadirin, baik para kader maupun tamu undangan. Rangkaian agenda musycab ketiga ini ditutup dengan pemilihan formatur yang kemudian menentukan ketua umum baru PCIM Kerajaan Arab Saudi untuk periode 2024-2026. Atas izin Allah, Ustadz Hanif Asaduddin yang merupakan mahasiswa Universitas Islam Madinah di Fakultas Dakwah, terpilih sebagai ketua umum baru menggantikan Ustadz M. Hamka.
Syukur dan terimakasih kepada ketua lama atas dedikasinya yang luar biasa untuk kemajuan PCIM Saudi dan persyarikatan, dan juga harapan kepada ketua baru agar dapat melanjutkan estafet perjuangan pendiri dan para pendahulu dalam menjadikan Muhammadiyah sebagai persyarikatan yang membawa risalah Islam berkemajuan, wallahu a’lam bisshawab. *