BATU, Suara Muhammadiyah - Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr H Haedar Nashir, MSi menyebut dalam konteks keagamaan, hampir semua agama mengajarkan ajaran moderasi. Merujuk pandangan Islam, istilah moderasi sering dinamakan dengan wasathiyah atau konsep jalan tengah. Yaitu keberagamaan yang adil, kasih sayang, sikap-sikap toleran, dan membangun komitmen kemanusiaan semesta.
“Dalam perspektif kami, semua agama mengajarkan moderasi. Dan di situlah kita bertemu,” ujarnya saat memberikan Seminar Kebangsaan Yayasan Pelayanan Pekabaran Injil Indonesia (YPPII) di Balai Persekutuan “Bukit Zaitun” Batu, Jawa Timur, Kamis (4/7).
Dalam konteks kebangsaan, Pancasila sebagai dasar negara yang mengandung nilai-nilai moderat atau tengahan. Bahkan proses terjadinya kesepakatan Pancasila sebagai dasar negara itu menjadi klimaks dari titik temu pikiran moderat para pendiri bangsa. Salah satu tokohnya berasal dari Persyarikatan Muhammadiyah yaitu Ki Bagus Hadikusumo, Ketua Umum PP Muhammadiyah periode 1942-1953.
“Jadi, ini anugerah Tuhan sekaligus juga kearifan dari para pendiri bangsa kita dari berbagai latar belakang dan golongan, baik agama, daerah, suku, aliran politik dan lain sebagainya. Sehingga Pancasila akhirnya menjadi kesepakatan nasional sebagai dasar negara,” tuturnya.
Haedar menerangkan, dari sila pertama sampai kelima jika ditinjau dari nilai (value), Pancasila mengandung pandangan-pandangan moderat. “Jadi betapa moderatnya Pancasila itu sebagai sebuah nilai dasar dalam berbangsa-bernegara,” tegasnya.
Dipertegaskan oleh Haedar bahwa Pancasila selalu ada relasi-relasi konseptual yang memberikan keseimbangan. Misalnya, persatuan Indonesia. Sila ini sebut Haedar sebagai orientasi untuk memperkokoh Bhinneka Tunggal Ika. “Ketika kita ingin merawat Indonesia, kuncinya di persatuan Indonesia di tengah keragaman,” lanjutnya.
Guru Besar Sosiologi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta itu menyimpulkan secara substansial Pancasila sebagai ideologi moderat. Dan pada saat bersamaan merupakan proses hasil dari kesepakatan nasional. Sebab itu, Haedar mengatakan dalam perspektif Muhammadiyah menyebutnya sebagai Dar al-Ahdi wa al-Syahadah.
“Pancasila merupakan manifestasi dari kebijaksanaan dan kecerdasan para pendiri negara dalam memformulasikan nilai-nilai yang hidup di Indonesia yakni agama dan kebudayaan luhur bangsa Indonesia. Karenanya Pancasila sangat kokoh sebagai dasar negara, yang niscaya diaktualisasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” jelasnya. (Cris/Lika/Fab)