YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr H Haedar Nashir, MSi menyebut, Indonesia merdeka yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945 memiliki denyut nadi perjalanan sarat sejarah. Hal itu tampak dari eksistensi perjuangan segenap pejuang bangsa yang niscaya memberi jiwa dan nyawa dalam diri kepribadian bangsa.
"Nyawa utama Negara Republik Indonesia adalah Pancasila," sebutnya dalam Pidato Kebangsaan HUT ke-79 Republik Indonesia, Jumat (16/8).
Pancasila, lanjut Haedar, digali dari rahim sejarah kehidupan bangsa. Pancasila mengandung nilai-nilai fundamental yang sangat penting dan berharga bagi hajat hidup bernegara.
"Pancasila adalah dasar, ideologi, dan falsafah bangsa," ujarnya. Menukil pandangan Soekarno, Pancasila dikategorisasikan sebagai “philosophische grondslag”. Lebih lanjut, juga disebut Weltanschauung atau pandangan dunia. Yakni konsep dasar filsafat yang mengacu pada persepsi mengenai dunia luas serta menjadi kerangka kerja tentang ide dan kepercayaan bangsa Indonesia dalam menafsirkan dunia dan berinteraksi dengannya.
"Pancasila menjadi rujukan utama yang menentukan misi, visi, arah, tujuan, dan cita-cita luhur Negara Republik Indonesia. Agar perjalanan Negara Indonesia mesti berada di jalur yang benar dan tidak salah arah," tuturnya.
Jika Indonesia maju di segala bidang kehidupan, sambung Haedar, maka kemajuannya niscaya bertumpu di atas jiwa dan kepribadian Pancasila. "Bukan kemajuan fisik dan kemajuan serba boleh berdasarkan hasrat orang perorang yang tidak sejalan dengan Pancasila," tegasnya.
Dengan spirit kemerdekaan, Haedar mengajak segenap warga bangsa untuk berefleksi. Merayakan kemerdekaan tentu mengandung rasa gembira sebagai ekspresi kesyukuran atas karunia Tuhan yang sangat berharga. Namun kegembiraan mesti disertai penghayatan akan makna merdeka dan nilai-nilai dasar yang menjadi nyawa Indonesia agar kegembiraan itu tidak bersifat lahiriah semata.
"Pancasila niscaya menjadi praktik hidup berbangsa dan bernegara yang luhur dan utama. Wujudkan dan praktikkan Pancasila dalam kehidupan politik, ekonomi, pendidikan, sosial budaya, dan kebijakan-kebijakan publik secara nyata," tuturnya.
Sedemikian rupa substansialnya Pancasila, momentum kemerdekaan hendaknya menghayati dan mengejawantahkan nilai-nilai dasar itu yang menjadi nyawa Negara Republik Indonesia. Jangan berhenti di kulit luar dan kesemarakkan lahiriah semata.
"Bangunlah jiwa Indonesia agar lahir Indonesia Raya yang bernyawa. Yakni Indonesia yang benar-benar merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur sebagai tujuan dan cita-cita nasional yang digoreskan para pendiri negara. Bawalah negara dan bangsa tercinta ini pada cita-cita luhurnya yang mulia," tandasnya. (Cris)