YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Pengajian Ramadhan 1445 H Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang mengangkat tema besar Dakwah Kultural terasa semakin bernyawa. Ketua PP Muhammadiyah Dr Agung Danarto dalam amanat penutupnya bahkan menampilkan beberapa pantun.
Sawah dicangkul tanahnya berair basah.
Kecapi dimainkan kalau hujan telah reda.
Dakwah Kultural memperluas basis masa bawah,
Melengkapi pula dakwah Muhammadiyah yang sudah ada.
Agung Danarto mengungkapkan berbagai keputusan persyarikatan membutuhkan waktu bertahun - tahun untuk mencapai akar rumput. Sebut saja seperti Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah (PHIWM) hingga Dakwah Kultural perlu proses transformasi ide gagasan serta menjadi gerakan dan wawasan bersama,
“Dakwah kultural yang akan kita gaskeun ini, ini bukan untuk mengganti pula dakwah yang sudah ada, dakwah yang sudah ada sekarang ini tetap kita laksanakan, tetap kita perkuat, hanya kemudian untuk memperluas basis masa anggota kita lakukan dakwah kultural,” ungkap Agung Danarto di UMY, Sabtu (16/03/2024).
Tentu ada beberapa hal penyesuaian-penyesuaian misalnya, dakwah Islam amar ma’ruf nahi munkar. “Oke, nahi munkar, tapi nahi munkarnya dengan cara yang ma’ruf. Terus kemudian memahami bid'ah, memahami bid'ah, jangan semua aspek kultur kemudian dibid'ahkan,” tambahnya.
Bid'ah dilokalisir hanya untuk masalah-masalah ibadah mahdhah. Non-ibadah mahdhah tidak masuk kategori bid'ah. Sehingga karenanya kalau bid'ah secara bahasa. “Dulu saya masih ingat ada yang menyampaikan, perbanyaklah bid'ah di Muammadiyah dalam tanda petik, bid'ah non-ibadah mahdhah, tapi bid'ah dalam pengertian inovasi-inovasi baru,” tutur Agung
Agung mengulas beberapa materi Pengajian yang mengangkat tema "Dakwah Kultural: Perluasan Basis Komunitas dan Akar Rumput Muhammadiyah" dari berbagai narasumber. Bahwasannya manusia merupakan homo religius (makhluk beragama), juga homo festivus yang suka perayaan. Kemudian homo simbolicum, yang suka simbol-simbol, kemudian homo ridens yang senang humor, homo ludens - suka bermain, dan homo estetikus - suka berkesenian dan hiburan.
Itulah kenapa salah satunya ada Lembaga Seni Budaya supaya hidup berseni dan supaya warga Muhammadiyah happy (senang) termasuk juga ada Lembaga Pengembang Olahraga (LPO), Lembaga Dakwah Komunitas (LDK), dan lain sebagainya.
“Ini dalam rangka untuk menunaikan perintah Nabi yassiru wala tu’ayiru wabasyiru wala tunafiru. Gembirakanlah, jangan buat lari. Sehingga karenanya ber-Muhamadiyah itu bergembira,” ajak Ketua Badan Pembina Harian UMY tersebut seraya melanjutkan dengan pantun,
Perkutut kita milik tokoh penting.
Jamur kanjil, bentuknya keren.
Perkuat cabang, perkokoh ranting,
Makmurkan masjid, kembangkan pesantren.
Kemudian Agung menyampaikan tentang pengembangan ranting, cabang, pesantren, dan masjid. Ada best practice dari cabang – ranting serta Amal Usaha Unggulan.
Mempesona kanal tua di kota Semarang,
Menyanyikan lagu dentingkan piano,
Membina agensi dan milenial bentuk peduli masa yang akan datang,
Jangan ragu mainkan TikTok, Instagram,WhatsApp, Youtube dan Facebook.
Selain itu Agung berharap pimpinan Muhamamdiyah dapat berkolaborasi dengan generasi muda yang melek IT. Hal ini dimaksudkan untuk mempergencar dakwah di jagat digital.
Kemudian proses dengan sedemikian rupa lewat berbagai macam jalur sisi kemanusiaan. Sehingga memberikan kemaslahatan untuk warga persyarikatan Muhammadiyah, warga, bangsa, dan kemanusiaan universal. (riz/abdur)