JAKARTA, Suara Muhammadiyah - Pulau Payung, Kepulauan Seribu, menjadi tempat pelaksanaan Rapat Kerja Suara Muhammadiyah, Sabtu (11/1). Raker ini merupakan bentuk proyeksi SM dalam mencandra program strategis yang akan diejawantahkan dalam setahun ke depan.
Rapat kerja ini menempuh perjalanan darat. Jarak tempuhnya sekitar 474 kilometer. Lokasinya menyeberangi lautan yang memakan tempo kurang lebih 1,5 jam.
Selama perjalanan, menggunakan speed boat (kapal motor dengan kecepatan tinggi). Tubuh kapal motor itu bergetar terempas deburan ombak. Suasana mendebarkan tersemburat dari paras para karyawan.
"Ahhhhhhh," pekik seorang karyawan perempuan dengan keras.
Kapal motor itu terus melaju. Tibalah jua di lokasi. Tempatnya sangat molek. Terbentang pasir putih, airnya pun tak pelak lagi sangat jernih.
"Bagus sekali tempatnya," celetuk seorang karyawan.
Kelakar karyawan terpancar setibanya di lokasi. Cerita jenaka, lucu, dan sarat gelitik tawa tak terperi dilontarkan oleh satu karyawan dengan yang lainnya. Macam-macam ceritanya, mengasyikkan sekali.
Direktur Utama PT Syarikat Cahaya Media/Suara Muhammadiyah Deni Asy'ari tak pelak sangat menikmati Raker ini. Ia menyebut, pemilihan tempat Raker ini bukan serampangan, namun ada simbol dibaliknya.
Menurutnya, pulau tersebut sangat kecil di antara ribuan hamparan pulau-pulau di yang ada di lautan lepas.
"Pulau ini mungkin sudah puluhan bahkan ratusan tahun. Dia masih berdiri kokoh di tengah laut lepas. Dia begitu kuat dari empasan ombak dan angin," ujarnya.
Bagi Deni, meskipun pulaunya kecil, jauh dari pusat kota, namun mengandung banyak pelajaran dan inspirasi yang sangat penting. Terutama bagi SM, kini dan masa depan.
"Walaupun SM kita ini tidak terlalu besar alias kecil, Insyaallah kecilnya kecil cabe rawit. Kecilnya seperti Pulau Payung yang siap bertahan di tengah empasan gelombang badai angin dan sebagainya," ungkapnya.
Deni merespons perjalanan ke pulau itu. "Tidak mudah. Selesai jalan darat, bersambung jalan menyebrangi laut. Gelombangnya lumayan besar," bebernya.
Meskipun demikian, perjuangan begitu rupa menuju ke tempat itu tidak berakhir sia-sia. Setibanya, disuguhkan dengan panorama keindahan alam yang luar biasa.
"Artinya untuk mencapai puncak keindahan, kenikmatan, tidaklah ujug-ujug. Semuanya dilalui proses yang panjang dan melelahkan. Dengan perjalanan begitu melelahkan, semoga ini menjadi kesadaran baru kita untuk bisa mencapai puncak kenikmatan," tegasnya. (Cris)