JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Ketua Majelis Pendidikan Dasar Menengah dan Pendidikan Nonformal Pimpinan Pusat Muhammadiyah Didik Suhardi menyampaikan, Indonesia punya cita-cita besar yaitu terwujudnya generasi emas tahun 2045. Baginya, untuk mewujudkan cita-cita tersebut, diperlukan generasi hebat, berkarakter, dan spiritualitasnya juga baik.
“Tentu ini perlu disiapkan tidak bisa kemudian tiba-tiba generasi emas (terwujud). Perlu strategi dan juga kebijakan yang matang,” tuturnya di Ruang Publik TVMu, Sabtu (5/4).
Untuk itu, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah mengeluarkan kebijakan yaitu pola hidup sehat dan normal. Melalui kebijakan ini, Didik mengatakan, anak-anak Indonesia dapat terbiasa dengan menerapkan pola tersebut.
“Untuk membentuk suatu peradaban atau budaya yang hidup sehat dan normal itu, perlu dibiasakan. Kemudian menjadi kebutuhan. Kebutuhan menjadi karakter, kemudian karakter menjadi budaya atau peradaban suatu masyarakat,” sebutnya.
Karena itu, Majelis Dikdasmen dan PNF PP Muhammaidyah menyambut baik kebijakan tersebut. Ia mengatakan kebijakan itu sangat relevan dengan kehidupan anak-anak saat ini.
“Kami sudah mengimplementasikan di sekolah atau madrasah Muhammadiyah. Bahkan beberapa sekolah sudah menerjemahkan dalam bentuk jurnal sehari-hari,” ungkapnya.
Praktiknya dengan mengisi jurnal tersebut sesuai kegiatan yang dilakukan. Seperti aktivitas sejak bangun tidur sudah diminta untuk membuat catatan khusus. Termasuk, aktivitas peribadatan dan olahraga, juga tidak luput dari monitoring dan dilaporkan kepada sekolah masing-masing.
“Tentu pembiasaan ini sangat bagus untuk menciptakan bahwa setelah melakukan pembiasaan ini, maka kita bisa melakukan langkah berikutnya, bagaimana memberikan mereka pengetahuan yang dibutuhkan untuk masa depan menyambut Indonesia Emas 2045,” tegasnya.
Dalam kesempatan itu, Didik menyoroti ihwal tradisi literasi di Indonesia. Diakuinya, daya ketahanan membaca mengalami peluruhan di tengah penggunaan gadget yang semakin tinggi. Indeks literasi di Indonesia mencatat kemampuan literasi masyarakat masuk dalam ketegorisasi sedang. “Belum tinggi. Jadi, memang perlu ditingkatkan,” imbuhnya.
Didik mendorong agar penggunaan gadget ini dilakukan secara bijaksana. Di situlah peran pemerintah dalam mengatur strategi dalam penggunaannya, agar tidak dilakukan secara serampanga dan jauh dari nilai-nilai kemaslahatannya.
“Berbijaksana dalam pengertian kalau memang terpaksa dilakukan di sekolah itu betul-betul dilakukan dalam rangka menunjang proses pembelajaran yang itu bisa membantu anak-anak kita. Di luar itu, saya kira memang perlu kita batasi supaya anak-anak kembali hidup yang sehat dan normal tadi. Tentu memang perlu pengawasan kita semua,” urainya. (Cris/Nad/Tia)