PALANGKA RAYA, Suara Muhammadiyah - Angkatan Muda Muhammadiyah Kalimantan Tengah (AMM Kalteng), mengadakan pengajian rutin dilakukan 2 (dua) bulan sekali, yang bertempat di masjid Darul Arqom (Pusat Dakwah Muhammadiyah Kalimantan Tengah), Jl. RTA. Milono KM. 1,5 Palangka Raya, pada Sabtu, 29 September 2024, Pada kajian ini mengangkat tema “ Membumikan Risalah Rasullullah SAW sebagai Rahmatan Lil ‘Alamin”.
Kajian ini dibuka dengan tadarrus quran, Adapun yang menjadi narasumber pada pengajian kali ini adalah ustadz Prof. Dr. H. Normuslim, M. Ag. yang merupakan Mubaligh Muhammadiyah Kalimantan Tengah, Pada pengajian kali ini di hadiri juga oleh pengurus PWPM kalteng, Pengurus NA kalteng, Pengurus IMM Kalteng, IPM Kalteng, Tapak Suci Kalteng, mahasiswa Pendidikan kader ulama Muhammadiyah (PKUM), serta para Jamaah.
“Pengajian AMM di selenggarakan sebagai ajang silaturahim antara kader persyarikatan Muhammadiyah, sebagai generasi muda Muhammadiyah dan kita semua, banyak sekali Inspirasi (risalah) serta semangat dalam kehidupan atau berdakwah yang di ajarkan oleh Rasullullah SAW, khususnya untuk mengajak kepada kebaikan menghindari diri dari akhlak tercela,” ungkap Aris Pratama Gunawan pada saat memberikan pengantar pada kegiatan Pengajian.
Aris Pratama Gunawan mengungkapkan bahwa keberadaan Rasullullah SAW dalam membawa pesan (risalah) dalam kehiduapan sesuai dengan keadaaan umat Islam pada saat itu yang amat jahilliyah (buruk) sehingga dengan adanya pesan (risalah) yang diajarkan kepada manusia menuju peradapan yang berkemajuan.
“Alhamdulillah, narasumber hari ini merupakan seseorang yang memang memiliki kompetensi dan kapasitas di bidang tersebut, yaitu ustadz Prof. Dr. H. Normuslim, M. Ag. Selain sebagai Mubaligh, beliau merupakan salah satu guru besar di Kalteng. Sehingga, sangat tepat untuk menyajikan informasi terkait risalah Rasullullah SAW, termasuk implementasi dalam kehidupan bermasyarakat,” ujarnya.
Apa yang disampaikan oleh, Aris Pratama Gunawan langsung mendapatkan respons dari Prof. Dr. H. Normuslim, M. Ag. dalam pemaparannya, bahwa keberadaan Rasul melalui pesan (Risalah) sangatlah besar pagi masyarakat Mekah pada masa itu, terjebak dalam "jahiliyyah", zaman kebodohan spiritual, Mereka menolak ajaran tauhid yang dibawa Nabi Muhammad SAW, mempertahankan tradisi penyembahan berhala dan praktik-praktik sosial yang tidak adil.
Meskipun demikian, Nabi Muhammad SAW tidak pernah menyerah. Dengan kesabaran dan keteguhan hati, beliau terus menyampaikan pesan Islam, perlahan tapi pasti menanamkan benih-benih perubahan dalam masyarakat yang keras kepala itu. Pesan Nabi Muhammad SAW tentang keesaan Tuhan (tauhid) dan penolakan terhadap penyembahan berhala menimbulkan kekhawatiran besar di kalangan masyarakat Makkah. Mereka terbiasa dengan sistem kepercayaan yang melibatkan ratusan berhala, yang bahkan menjadi daya tarik wisata religi bagi suku-suku di sekitarnya.
“Islam itu diibaratkan sebatang pohon, akar yang kokoh, berdaun yang lebat serta berbuah yang baik dan bagus. Bagaimana bisa berbuah baik dan bagus kalau akarnya tidak kokoh dan batang tidak kuat, seperti itulah Islam yang di ajarkan paling utama adalah masalah tauhid (aqidah), semua yang dilakukan ibadah (ibadah Ma mahdhah), artinya murni karena iman dan tidak tercampur dengan apa pun selain dengan niat karena Allah SWT,” ujarnya.